Merdeka.com - Di masa banyak produsen mengurangi jumlah produksi, LG Electronics (LG) akan memperluas bisnis TV dengan tujuan diversifikasi lebih lanjut jejak produksi serta meningkatkan kapasitasnya.

Komponen utama dari strategi ini adalah fasilitas LG Cibitung di Indonesia sebagai pusat regional baru, yang mengambil dua lini produksi dari total enam lini produksi di Gumi, Korea Selatan.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi TV LG di seluruh dunia dengan Gumi mempertahankan statusnya sebagai pusat pengendalian (control tower) untuk melakukan pekerjaan lebih banyak untuk bisnis LG lain yang sedang berkembang.

Dalam rilisnya pada Merdeka.com, kemarin, langkah ini bagian dari gambaran lebih besar untuk menyelaraskan kembali strategi produksi LG agar lebih bisa menyesuaikan dengan perubahan permintaan pasar.

Peningkatan kapasitas di Indonesia akan memungkinkan LG untuk menyediakan produk bagi konsumen secara lebih baik dari sebelumnya, khususnya untuk negara Asia dan Australia.

Pasar Eropa yang lebih besar akan seterusnya dipasok oleh pabrik Mlawa di Polandia. Sementara Reynosa dan Mexicali di Meksiko akan menjadi sumber utama TV LG di Amerika Utara.

Kapasitas LG Cibitung Naik 50 Persen

©2018 Merdeka.com

Didirikan pada 1995, fasilitas lini produksi TV, monitor, dan produk signage digital di Cibitung akan ditingkatkan dengan teknologi otomatisasi canggih termasuk proses perakitan, inspeksi kualitas dan pengemasan produk. Dengan ekspansi dan peningkatan, LG Cibitung akan meningkatkan kapasitas tahunan hingga 50 persen.

Peran LG Gumi sebagai pusat pengendalian (control tower) untuk bisnis TV dan display seluruh dunia akan menjadi lebih penting dengan rencananya untuk memproduksi display yang berteknologi tinggi seperti TV ultra-premium dan monitor medis. Gumi akan menjadi pusat penelitian dan tempat pengujian untuk proses manufaktur yang lebih efisien.

LG Electronics Inc memiliki wilayah operasi dan manufaktur di lebih dari 100 lokasi di seluruh dunia. Pada 2917, penjualan global LG mencapai US$ 55,4 miliar atau setara KRW 61,4 triliun.