Merdeka.com - Di era millenial ini, banyak pemilik start-up yang mempunyai beberapa aplikasi atau usaha sekaligus. Dampaknya, pengusaha yang idealis tidak berhenti bekerja bahkan saat matahari terbenam. Pertanyaannya, apakah bekerja '24/7' baik untuk pertumbuhan start-up? Tentu tidak.
Bekerja tanpa kenal waktu membuat tubuh kelelahan. Parahnya, banyak dari pengelola start-up melupakan waktu istirahat demi terus kemajuan usaha mereka. Sayangnya, pola kerja semacam ini sangat berdampak pada perkembangan start-up, khususnya bagi start-up yang berbasis layanan.
Dalam start-up dan industri kreatif lainnya yang dibutuhkan adalah kesadaran sepenuhnya akan alur kerja, kemampuan, dan batasan diri sebagai manusia dan individu. 'Kesadaran' itu bisa menuntun pengelola start-up memaksimalkan kerja tanpa melemahkan diri saat bangun keesokan paginya.
Jika Anda sebagai pengelola start-up tetap memaksakan diri dan melupakan istirahat, hal-hal buruk dipastikan bakal menghantui. Berikut dampak buruknya berdasarkan artikel Alexander Lee dari Channel NewsAsia.
Selain soal pola istirahat, kerjasama tim juga sangat penting. Sangat menyusahkan apabila ada seseorang dari tim yang tidak bekerja dengan maksimal pada hari-hari yang membutuhkan usaha 110% seperti peluncuran produk atau rapat kenaikan penjualan.
Maka itu, sebagai seorang pengusahadalam mengelola usaha, terlebih dahulu kelola lah kesehatan diri Anda, sehingga Anda tidak akan mengambil keputusan-keputusan buruk yang akan merusak pekerjaan Anda.
Steve Jobs mungkin pernah tidur di bawah meja kerjanya, namun paling tidak dia mendapat istirahat yang cukup. Jangan lupa untuk menjaga tim Anda, karena mata rantai yang lemah bisa menyebabkan rusaknya keseluruhan jaringan yang sudah dibangun. [bbo]