Merdeka.com - Sebuah serangan Twitter terkoordinasi terjadi ke sejumlah akun Twitter publik figur besar, seperti Bill Gates, Jeff Bezos, Elon Musk, Barack Obama, dan masih banyak lagi. Hal ini terjadi pagi ini, Kamis (16/7) waktu Indonesia Barat.

Melansir Engadget, selama meretas hacker mencuitkan tentang penipuan kripto, di mana jika mengirim bitcoin ke alamat yang dicuiitkan, uang akan dilipatgandakan. Kedok dari pengiriman bitcoin ini adalah untuk menyumbang Covid.

Sumber serangan ini masih belum jelas, namun hacker hanya menarget akun dengan pengaruh besar. Hal ini tentu bertujuan membuat pengguna dapat percaya untuk mengirimkan bitcoin.

Isi dari cuitan penipuan kripto tersebut rata-rata sama, sehingga bisa dikonfirmasi bahwa ini adalah serangan yang terkoordinasi. Selain nama-nama di atas, salah satu yang direatas juga adalah calon presiden AS Joe Biden, Kanye West, serta akun resmi Apple dan Uber.

Selain itu, akun-akun milik mata uang kripto di Twitter juga ikut diretas, seperti CoinDesk, Binance, Ripple, Gemini, dan masih banyak lainnya.

Pernyataan Twitter

Dalam pernyataannya menanggapi hal ini, Twitter menyebut bahwa pihaknya "sadar bahwa insiden ini terjadi dan berdampak untuk akun-akun di Twitter," serta menyebut bahwa mereka telah "mengambil tidakan untuk memperbaiki hal tersebut."

Twitter sendiri akhirnya melakukan pemblokiran untuk para pengguna terverifikasi (centang biru). Para pengguna centang biru tidak bisa mencuitkan apa-apa sama sekali, dan tidak bisa mengatur ulang password selama Twitter masih meninjau kejadian ini.

CEO Twitter Jack Dorsey melalui akun Twitternya menyebut bahwa "ini adalah hari yang berat bagi kami di Twitter," dan berjanji untuk memberikan lebih banyak informasi di masa depan. "Kami merasa buruk (bahwa) hal ini terjadi. Kami mendiagnosis dan akan membagikan segala yang kami bisa ketika kami faham secara lebih lengkapo tentang apa yang terjadi," cuit sang CEO.

Peretasan ini dianggap sebagai salah satu yang terbesar, mengingat hacker bisa mendapatkan akses ke banyak akun 'high profile' secara bersamaan, padahal akun-akun semacam itu pasti memiliki langkah keamanan ekstra.