ChatGPT Teknologi AI Berpisau Mata Dua
ChatGPT Teknologi AI Bagai Pisau Bermata Dua

Teknologi AI Bagai Pisau Bermata Dua

ChatGPT

Kehadiran Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan besutan perusahaan startup Open AI yang didirikan sekelompok ilmuwan dan pengusaha, termasuk Elon Musk, kian masif.
Lantas bagaimana dampak kehadiran dari Chat GPT, chatbot pintar berbasis kecerdasan buatan AI terhadap industri media?
-
Apa yang dilakukan dengan ChatGPT? Dalam postingan Tiktok yang diunggah oleh akun @/dillaressss, menunjukkan bahwa ia menggunakan Chat GPT untuk untuk melakukan percakapan seolah ia sedang berbicara kepada sang Ibu yang sudah meninggal.
-
ChatGPT o1 apa? OpenAI telah meluncurkan ChatGPT o1, model terbaru dengan kemampuan pemikiran yang lebih dalam dan respons lebih matang. Model ini menawarkan perubahan besar bagi pengusaha dan pemilik bisnis yang menggunakan AI.
-
Siapa yang menggunakan ChatGPT? Dalam postingan Tiktok yang diunggah oleh akun @/dillaressss, menunjukkan bahwa ia menggunakan Chat GPT untuk untuk melakukan percakapan seolah ia sedang berbicara kepada sang Ibu yang sudah meninggal.
-
Bagaimana ChatGPT dilatih? Melihat hal itu, insiden ini menyoroti bagaimana cara kerja model bahasa besar seperti ChatGPT ini dilatih dan batasan apa yang diberlakukan oleh pembuatnya.
-
Siapa yang mengembangkan ChatGPT? ChatGPT yang diciptakan oleh OpenAI berfokus pada NLP dengan arsitektur GPT (Generative Pre-trained Transformer).
-
Bagaimana ChatGPT bisa memberikan jawaban yang menyentuh? Dalam percakapan tersebut, pemilik akun meminta Chat GPT untuk memposisikan diri sebagai ibunya dan tidak disangka chatbot tersebut memberikan jawaban yang sangat menyentuh.


Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut memandang kehadiran ChatGPT memiliki plus minus apabila media khususnya pekerjaan mengadopsi kecanggihan dari AI.
"Artinya bahwa dari sisi publisher jurnalis pasti ada isu apakah ChatGPT aman dari sisi etik, moralitas, dan yuridis dan sejenisnya, pasti ada pertanyaannya seperti itu. Tapi dari sisi bisnis orang bisa bilang ini menghemat banyak, bisa menambah jumlah volume,"
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut

Dengan dua gambaran garis besar plus minus dari kehadiran ChatGPT, Wenseslaus memandang industri media bisa secara bijak melakukan langkah hybrid. Yakni melimitasi beberapa sektor pekerjaan yang bisa memakai AI dan sektor lain tetap mempertahankan dikerjakan secara manual.
"Nah saya kira industri publisher bisa memakai secara bijak dengan melimitasi hybrid tidak murni tapi di-hybrid. Kedua, hybrid pun bisa delimitasi di konteks-konteks yang low risk regulasi, etik dan moralitas,"
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
Wenseslaus menganalogikan kemajuan teknologi AI ChatGPT ibaratkan pisau bermata dua bagi industri media. Karena, pekerjaan media, khususnya jurnalis harus tetap memiliki perasaan dari manusia.

Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
"Ada plus dan minusnya, pisau bermata dua. (Jurnalis) tak akan pernah tergantikan karena unsur mendefinisikan kepentingan publik meraba perasaan publik itu kan membutuhkan manusia. Tidak bisa dikerjakan si mesin, menganalisis, lagi-lagi media itu membutuhkan independensi,"

Wenseslaus menegaskan jurnalis harus bisa menjalankan tugas tersebut. Ketika sikap independen dipandang berbeda dengan netral yang masih bisa dijangkau AI.

Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut
"Karena kalau netral itu si A bilang hujan si B bilang kering, tapi si media menulis dua-duanya. Kata si A hujan dan si B kering. Nah independen itu dia keluar langsung mengecek memastikan hujan atau kering itulah independen, bukan netral,"