Begini progres penataan ulang frekuensi 2.1 GHz
Merdeka.com - Sampai saat ini pelaksanaan penataan ulang (refarming) pita frekuensi radio 2.1 GHz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler sudah memasuki minggu ke-12 sejak dimulai pada tanggal 21 November 2017 lalu. Indosat Ooredoo menjadi operator pertama yang melaksanakan refarming ini di cluster Kalimantan Tengah dan Kepulauan Bangka Belitung.
Refarming ini dilatarbelakangi oleh kesepakatan bersama antara Pemerintah dengan pengguna pita 2.1 GHz eksisting pada November 2016 bahwa setelah proses seleksi akan dilanjutkan dengan proses refarming. Setelah proses seleksi dilakukan, Tri Indonesia ditetapkan sebagai pemenang seleksi pita frekuensi radio 2.1 GHz pada Blok 11 dan Indosat Ooredoo ditetapkan sebagai pemenang seleksi pada Blok 12.
Tujuan dilakukannya refarming pita frekuensi radio 2.1 GHz ini adalah agar diperoleh tingkat pemanfaatan spektrum yang paling optimal, yakni dengan membuat penetapan pita frekuensi radio yang berdampingan (contiguous) untuk setiap penyelenggara jaringan bergerak seluler yang pada akhirnya akan memberikan solusi terbaik mengatasi Network Congestion. Ujungnya adalah masyarakat pengguna layanan seluler dapat menikmati kualitas yang lebih baik.
"Keberlangsungan refarming hingga saat ini tentunya tidak lepas dari kolaborasi dan kerja sama yang baik antara Pemerintah dengan para penyelenggara pita 2.1 GHz. Peran Pemerintah melalui Direktorat Penataan Sumber Daya, Direktorat Pengendalian SDPPI, dan UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio seluruh Indonesia adalah memastikan blok-blok frekuensi yang akan diduduki oleh pengguna pita 2.1 GHz yang melakukan refarming telah bersih dari gangguan dan siap untuk digunakan," ujar Plt Kepala Humas Noor Izza melalui keterangan resminya, Rabu (7/2).
Diakui Noor, selama pelaksanaan refarming ini ditemui adanya kendala-kendala di lapangan terutama oleh pengguna pita 2.1 GHz eksisting. BTS yang down pada saat dilakukannya refarming merupakan kendala yang paling banyak ditemui, selain itu ada juga kendala-kendala minor seperti data administrasi networkelement yang mismatch.
"Keadaan force majeure juga dapat menjadi kendala dalam refarming ini, sebagai contoh meletusnya Gunung Agung pada Desember lalu, namun hal ini dapat segera diatasi dan tidak menghambat refarming di wilayah Bali yang saat itu sedang dilakukan oleh Indosat Ooredoo," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, proses refarming ini terbagi dalam 42 cluster (wilayah) yang rencananya diselesaikan dalam waktu 156 hari kalender. Dalam proses tersebut akan dilakukan 159 kali proses perpindahan blok oleh 3 operator yang melibatkan jumlah site lebih dari 8.000 BTS.
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satelit Merah Putih 2 ini akan menjadi tolak ukur perkembangan digitalisasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaMemiliki kapasitas 32 Gbps dengan frekuensi C-band dan Ku-band, satelit Telkom akan menempati slot orbit 113 BT.
Baca SelengkapnyaJaringan backbone Gorontalo – Palu yang menghubungkan dua provinsi di Sulawesi ini mulai dibangun pada tahun 2023.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaBAKTI Kementerian Kominfo menerima usulan sekitar 80.000 titik penyediaan akses internet dari KPU.
Baca SelengkapnyaSatelit orbit rendah kini sedang ramai diperbincangkan, khususnya untuk mendistribusikan sinyal internet.
Baca SelengkapnyaMomen Lebaran selalu menghadirkan tantangan operator telekomunikasi dan data karena trafik selalu melonjak cukup signifikan.
Baca SelengkapnyaOpensignal baru saja merilis pengalaman jaringan seluler di Indonesia per Desember 2023.
Baca SelengkapnyaFokus utama layanan IOTF di IKN adalah pada instalasi dan perbaikan.
Baca Selengkapnya