Aplikasi transportasi jadi sasaran empuk peretas
Merdeka.com - Ahli malware dari Kaspersky Lab turut berkomentar terkait pencurian data pelanggan dan mitra pengemudi Uber.
Menurut Vyacheslav Zakorzhevsky selaku Head of Anti-Malware Research Team mengatakan insiden serangan siber terbaru terhadap Uber menjadi bukti lain bahwa saat ini para penjahat siber memfokuskan usaha penyerangan lebih kepada perusahaan besar ataupun perusahaan yang bisa memberikan banyak keuntungan bagi mereka.
“Dan nampaknya akhir-akhir ini tren ini terus meningkat,” ujarnya dalam pernyataan resminya, Jumat (24/11).
Lebih lanjut ia menuturkan, bila insiden pelanggaran data seperti ini terjadi, maka penting untuk diingat agar jangan pernah meremehkan konsekuensi yang ditimbulkannya.
Terlebih, konsekuensi yang terkait dengan informasi pribadi yang bisa jatuh ke tangan penyusup.
“Karena data yang diakses oleh penyusup kelak dapat digunakan untuk serangan lebih lanjut terhadap pengguna, dengan menyebarkan malware atau jenis spionase siber. Sebagai contoh, penyerang bisa menjual database curian yang berisi informasi pribadi di pasar gelap, di mana terdapat permintaan yang tinggi akan hal ini,” terang dia.
Di tahun ini, pihaknya melihat adanya peningkatan aktivitas kejahatan siber yang menargetkan aplikasi transportasi atau mobile ride-sharing. Kata dia, layanan ini akan menjadi target yang menarik. Sebab, kredensial dan data sensitif lengkap dimilikinya.
“Karena itu kami sangat menyarankan agar para pengguna memperhatikan pesan masuk yang dikirim melalui e-mail atau SMS, jangan klik tautan yang mencurigakan, dan hindari pemasangan aplikasi dari sumber yang tidak dikenal. Kaspersky Lab juga menyarankan penggunaan solusi keamanan yang andal,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Uber belum lama ini mengakui 57 juta data pengguna dan mitranya diretas hacker. Kejadian tersebut terjadi di tahun 2016. Setahun kemudian, Uber baru mengakuinya. Pengakuannya itu tertulis di dalam blog-nya.
Hacker mencuri data pribadi termasuk nama, alamat email dan nomor telepon, serta nama dan nomor lisensi pengemudi sebanyak 600.000 pengemudi di Amerika Serikat.
Perusahaan mengatakan informasi yang lebih sensitif, seperti data lokasi, nomor kartu kredit, nomor rekening bank, nomor jaminan sosial, dan tanggal lahir, belum dikonfirmasikan.
Dilaporan The Guardian pada Rabu (22/11), tak tanggung-tanggung peretas juga meminta duit senilai USD 100.000 atau Rp 1,3 miliar bila data pelanggan dan para mitra Uber tetap aman. Tak ingin membuat gaduh publik, Uber pun akhirnya membayarnya.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sopir Taksi Online di Amerika Keluhkan Persaingan Ketat dan Pendapatannya Turun, Sebulan Cuma Rp551 Juta
Sopir taksi online Uber mengaku pendapatannya mengalami penurunan sepanjang tahun 2023.
Baca SelengkapnyaDriver Taksi Online Ditangkap Buntut Ancam Penumpang Hingga Lompat dari Mobil, Ini Penjelasan Grab Indonesia
Grab Indonesia berjanji bakal melakukan langkah-langkah koreksi internal berupa peningkatan, perubahan dan perbaikan layanan konsumen
Baca SelengkapnyaKAI Tambah 344 Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen, Cek Rutenya di Sini
KAI Tambah 344 Perjalanan Kereta Api dari Stasiun Gambir dan Stasiun Pasar Senen, Cek Rutenya di Sini
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kisah Pilu Istri Menanti Suami Tak Pulang, Ternyata Driver Taksi Online Itu Dibunuh 2 Mahasiswa karena Utang
Modus pelaku, berpura-pura memesan dan meminta diantarkan ke suatu tempat. Tetapi dalam perjalanan dihabisi.
Baca SelengkapnyaCerita Pemuda di China, Putus Asa Cari Kerja Kini Gunakan Aplikasi Kencan 'Tinder' Kirim Lamaran Pekerjaan
Ratusan surat lamaran telah dikirim ke berbagai perusahaan, namun tak kunjung mendapat pekerjaan.
Baca Selengkapnya6 Aplikasi Online Travel ini Terancam Diblokir Kominfo, Ini Penyebabnya
Mereka tak merespons surat peringatan yang dilayangkan Kominfo kepadanya.
Baca SelengkapnyaPenumpang KA Jarak Jauh Melonjak Hampir 50 Persen Saat Libur Natal 2023
Kereta api masih menjadi moda transportasi pilihan masyarakat saat bepergian.
Baca SelengkapnyaAPK Bikin Celaka Bisa Dipidana, Ini Aturan Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Pemilu 2024
Banyak alat peraga kampanye (APK) dipasang sembarangan dikeluhkan warga Jakarta.
Baca SelengkapnyaAnies Desak Pemerintah Buat Standar 'Safety' Ojek Online, Ini Alasannya
Negara seharusnya tidak absen dalam pembuatan regulasi untuk menyejahterakan ojek online.
Baca Selengkapnya