Aktivitas Spiritual Astronot saat Berada di Luar Angkasa
Agama tidak bisa dilepaskan dari diri astronot. Mereka kerap melakukan ritual spiritual di luar angkasa.

Agama tidak bisa dilepaskan dari diri astronot. Mereka kerap melakukan ritual spiritual di luar angkasa.

Aktivitas Spiritual Astronot saat Berada di Luar Angkasa
Sejarah kehadiran agama di luar angkasa telah melibatkan upaya dari astronaut dan pemimpin agama untuk membawa makna spiritual ke dalam eksplorasi luar angkasa sejak awal penerbangan antariksa.
Saat misi Apollo 8 NASA diluncurkan di 1968, para astronaut membawa Alkitab dan membaca Kitab Kejadian, memberikan dimensi spiritual dalam perjalanan mereka mengorbit bulan.

Pada tahun berikutnya, saat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin melakukan pendaratan pertama di bulan, Aldrin bahkan diam-diam mengambil komuni, menegaskan kehadiran agama dalam momen bersejarah itu.
Di 2007, sejarah mencatat peristiwa ketika Sheikh Muszaphar Shukor dari Malaysia menjadi Muslim pertama yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional.Untuk memandu praktiknya, Dewan Fatwa Nasional Islam Malaysia mengeluarkan pedoman khusus, memberikan kesempatan bagi Shukor dan astronaut Muslim lainnya untuk menjalankan ibadah mereka dengan memperhatikan pertimbangan lingkungan luar angkasa.

Namun, tantangan tetap ada. Selama penerbangan di bulan Ramadan, Shukor dihadapkan dengan dilema menjalankan puasa.
Dewan Fatwa memungkinkannya untuk menunda puasanya hingga dia kembali ke Bumi atau berpuasa sesuai dengan zona waktu peluncuran. Demikian pula, dalam menjalankan salat, Shukor berupaya sebaik mungkin untuk menghadap ke arah Mekah sesuai dengan tuntunan agamanya.

Tidak hanya Islam, tetapi Yahudi juga menghadapi tantangan serupa dalam menjalankan praktik agama mereka di luar angkasa.
Meskipun tidak semua astronaut Yahudi berusaha menjalankan Sabat, astronaut Israel Ilan Ramon mencoba menjalankan hari istirahat Yahudi selama penerbangannya dengan Space Shuttle Columbia di 2003.

Meskipun menghadapi kesulitan, Ramon menjalankan Sabat sesuai dengan waktu di Cape Canaveral, Florida, tempat dia meluncur.
Perayaan keagamaan juga terjadi di stasiun luar angkasa, termasuk perayaan Natal dan hari raya Yahudi seperti Paskah dan Hanukkah.
Bahkan, di 1993, astronot NASA Jeffrey Hoffman memamerkan perayaan Hanukkah di luar angkasa dengan memutar dreidel dalam gaya mikrogravitasi.

Dengan demikian, sejarah kehadiran agama di luar angkasa mencerminkan upaya manusia untuk membawa dimensi spiritual ke dalam eksplorasi luar angkasa, meskipun dihadapkan dengan tantangan dari lingkungan antariksa.
Hal Ini menunjukkan aspirasi spiritual manusia tidak terbatas oleh gravitasi atau batas atmosfer Bumi, tetapi dapat membawa makna ke dalam ruang kosmos yang luas.