Kronologisnya, berawal dari informasi dari pihak Bank Mandiri bahwa telah terpasang alat skimming berupa ruter lengkap dengan flashdisk dan kamera tersembunyi yang terpasang di mesin ATM Bank Mandiri.

Polisi Limpahkan Berkas Ramyadjie Priambodo ke Kejati DKI. Ramyadjie hingga kini belum memberikan identitas rekannya yang memberi mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Diketahui, mesin ATM tersebut ditemukan di kamar apartemen Ramyadjie.

Ramyadjie Masih Bungkam soal Pemberi Mesin ATM untuk Belajar Skimming. Selain belum mengungkapkan siapa teman yang memberikan mesin ATM, Ramyadjie juga belum memberikan informasi soal harga mesin ATM tersebut.

Polisi Belum Temukan Aliran Hasil Skimming Ramuyadji ke Organisasi Politik. Polisi masih terus menyelidiki ke mana saja uang hasil curian Ramyadjie itu mengalir. Karena, hingga kini polisi hanya baru mengetahui kalau uang hasil curian Ramyadjie digunakan untuk membeli bitcoin.

Ramyadjie Priambodo Dapat Data Nasabah dari Komunitas Black Market. Dari situlah, Ramyadjie mempelajari teknik dan cara-cara melakukan aksi kejahatan skimming dan cara mudah mendapatkan data-data rekening korban atau nasabah.

Ramyadjie sudah 90 kali melakukan kejahatan skimming dengan nilai kejahatan yang diperoleh Rp 300 juta. Selain membeli bitcoin, Ramyadjie mengaku uang tersebut dipakai untuk kebutuhan hidup.

Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Bali Kompol Gusti Ayu Putu Suinaci menuturkan, sejak tahun 2016 sebanyak delapan kasus skimming berhasil dibongkar. Puluhan WNA pun telah ditetapkan sebagai tersangka.

Polda Bali memburu pelaku utama kejahatan skimming yang dilakukan lima warga negara Bulgaria. Direktur Reskrimum Polda Bali Kombes Pol Andi Fairan menuturkan, kelima pelaku yang telah ditangkap bertugas sebagai pengambil uang. Sementara satu orang yang masih diburu diduga bertugas mencuri data.

Para komplotan Warga Negara Asing (WNA) asal Bulgaria yang melakukan kejahatan skimming sempat melawan saat ditangkap Polda Bali. Saat mobil pelaku digeledah, polisi menemukan senjata tajam.