Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya penundaan dan pembatalan penerbangan tersebut. Sriwijaya Air memastikan seluruh pelanggan akan menerima kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Seluruh penumpang Sriwijaya Air yang sebelumnya sempat tertahan di Bandara Soekarno-Hatta, kini telah diberangkatkan ke daerah tujuannya masing-masing.

Terdapat 11 nama karyawan Garuda Indonesia yang kembalikan baik setingkat jabatan vice president maupun senior manager terhitung sejak 7 November 2019.

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo Abdullah Usman mengatakan sudah sekitar satu bulan ini Sriwijaya Air mengurangi penerbangan rute dari dan ke Solo. Jadwal Sriwijaya yang biasanya terbang setiap hari, sudah dikurangi menjadi 3 kali dalam seminggu.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, menggelar pertemuan dengan sejumlah stakeholder di sektor penerbangan udara di Kantornya, Jakarta. Adapun pertemuan ini dilakukan terkait dengan konflik yang ada di tubuh Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia.

Pembatalan penerbangan karena PT Gapura Angkasa selaku ground handling yang melakukan penanganan operasional darat untuk Sriwijaya tidak bisa melakukan penanganan karena ada arahan kantor pusat PT Gapura.

Penerbangan Sriwijaya Air ke Malang melalui Bandara Soekarno-Hatta dibatalkan. Puluhan penumpang belum mendapat kejelasan terkait alasan pembatalan tersebut. Seharusnya pesawat akan berangkat pada pukul 13.10 WIB. Salah satu penumpang, Nasrul Utama, merasa ditipu.

Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) mengimbau agar maskapai Sriwijaya Air dan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Dia melanjutkan kisruh ini sifatnya internal sehingga asosiasi tidak bisa berkomentar banyak.

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, menanggapi soal kembali retaknya hubungan maskapai Sriwijaya Air dan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia. Menhub Budi mengatakan pihaknya akan memanggil kedua maskapai untuk mencegah perpecahan bisnis terjadi.

General Manager Sriwijaya Airlines areal Bali dan Nusa Tenggara, Hermawan membantah bus yang mengangkut penumpang berpelat nomor apron Sriwijaya 003 mengeluarkan percikan api. Dia menuturkan bahwa bus hanya keluar asap.

Pembatalan rute Sriwijaya Air dilakukan selama sebulan penuh yakni mulai tanggal 1 hingga 31 Oktober 2019 untuk penerbangan SJ 210 / SJ 213. Kemudian untuk penerbangan SJ 214 / SJ 215 rute Cengkareng - Solo - Cengkareng dilakukan selama tanggal 3 hingga 20 Oktober 2019.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara, menyatakan pihaknya bisa kembali merawat pesawat milik Sriwijaya Air untuk dapat beroperasi secara bertahap. Sejak putusnya kerjasama dengan GMF AeroAsia menyebabkan hanya 12 armada dari 30 pesawat milik Sriwijaya Air yang dapat beroperasi.

GMF berharap, kerja sama dengan Sriwijaya Air ini bukan cuma menguntungkan para pihak sebagai pelaku industri tetapi juga memberikan keuntungan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi udara di Tanah Air.

Nasib Sriwijaya Air tengah berada di ujung tanduk. Bahkan, beredar rekomendasi penghentian sementara operasional Sriwijaya Air Group dari Direktur Quality, Safety, dan Security Sriwijaya Air Toto Subandoro kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I. Jauwena.

Direktur Operasi Sriwjaya Air Captain Fadjar Semiarto mengatakan, Sriwijaya Air Group menunggak utang senilai Rp 800 miliar kepada PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia untuk perawatan pesawat. Tunggakan utang tersebut menjadi alasan pemutusan kerja sama dengan anak usaha Garuda Indonesia untuk perawatan pesawat.

Kisruh di tubuh Sriwijaya Air Group ditengarai karena adanya dua kepemimpinan hingga berujung pada rapor merah perusahaan. Dualisme kepemimpinan ini mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil, dan berujung pada status Hira berstatus merah, artinya berpotensi membahayakan apabila Sriwijaya Air dipaksakan beroperasi.

Dua direktur Sriwijaya Air mengundurkan diri akibat surat permohonan untuk menghentikan operasional secara sementara Sriwijaya Air Group tidak direspon oleh dewan direksi, dalam hal ini Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I Jauwena.

Sriwijaya Air direkomendasikan untuk setop operasi. Hal ini merupakan usulan dari Direktur Quality, Safety and Security Sriwijaya Air Capt Toto Soebandoro melalui suratnya kepada Plt Dirut Jefferson I. Jauwena. Melalui suratnya yang beredar, dirinya merekomendasikan Sriwijaya Air menyatakan setop operasi.