Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Gregorius Djaduk Ferianto

Profil Gregorius Djaduk Ferianto | Merdeka.com

Gregorius Djaduk Ferianto yang lebih populer dengan nama Djaduk Ferianto ini adalah seorang aktor dan seniman musik Indonesia. Djaduk awalnya diberi nama Guritno oleh sang paman, namun nama itu hanya bertahan sampai ia berusia 10 tahun. Karena ia kerap jatuh sakit, ayahnya mengganti nama Guritno menjadi Djaduk yang artinya unggul.

Sejak umur delapan tahun, Djaduk sudah aktif menari di Pusat Latihan Tari milik ayahnya. Anak bungsu dari Bagong Kussudiardja, koreografer dan pelukis senior Indonesia, dan adik dari monolog kawakan Butet Kertaradjasa, terbilang beruntung karena lahir dan tumbuh di lingkungan yang sangat mendukung kariernya terlebih di bidang seni musik dan teater.
 
Djaduk banyak belajar soal musik dan film dari dua tokoh perfilman legendaris, Teguh Karya dan Arifin C. Noer. Selain itu, ia secara khusus pergi ke Jepang untuk mempelajari teknik olah pernapasan dalam memainkan alat musik tiup. Ilmunya di bidang musik pun semakin bertambah saat ia belajar musik di New York.

Sepanjang perjalanan karirnya, ayah lima anak ini sempat mengalami diskriminasi, salah satunya adalah pembedaan antara lokal dan nasional. Djaduk baru bisa masuk industri musik nasional di tahun 1996. Meskipun frekuensi tampil di ibukota sangat tinggi, Djaduk memilih untuk tetap tinggal di Yogyakarta.

Dengan sederet karya dan prestasinya, Djaduk rupanya masih menyimpan bakat lain yakni berakting. Debutnya sebagai aktor ditandai dengan keterlibatannya sebagai salah satu pemeran pendukung dalam film

Profil

  • Nama Lengkap

    Gregorius Djaduk Ferianto

  • Alias

    Djaduk Ferianto

  • Agama

    Katolik

  • Tempat Lahir

    Yogyakarta

  • Tanggal Lahir

    1964-07-19

  • Zodiak

    Cancer

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Anak

    Gusti Arirang, Ratu Hening, Presiden Dewa Gana, Kandida Rani Nyaribunyi, Rajane Tetabuhan

  • Ayah

    Bagong Kussudiardjo

  • Saudara

    Purbasari Ayuwangi, Butet Kartaredjasa, Otok Bima Sidharta, Rondang Ciptasari, Elia Gupita, Ida Manutranggana

  • Ibu

    Soetiana

  • Istri

    Petra

  • Biografi

    Gregorius Djaduk Ferianto yang lebih populer dengan nama Djaduk Ferianto ini adalah seorang aktor dan seniman musik Indonesia. Djaduk awalnya diberi nama Guritno oleh sang paman, namun nama itu hanya bertahan sampai ia berusia 10 tahun. Karena ia kerap jatuh sakit, ayahnya mengganti nama Guritno menjadi Djaduk yang artinya unggul.

    Sejak umur delapan tahun, Djaduk sudah aktif menari di Pusat Latihan Tari milik ayahnya. Anak bungsu dari Bagong Kussudiardja, koreografer dan pelukis senior Indonesia, dan adik dari monolog kawakan Butet Kertaradjasa, terbilang beruntung karena lahir dan tumbuh di lingkungan yang sangat mendukung kariernya terlebih di bidang seni musik dan teater.
     
    Djaduk banyak belajar soal musik dan film dari dua tokoh perfilman legendaris, Teguh Karya dan Arifin C. Noer. Selain itu, ia secara khusus pergi ke Jepang untuk mempelajari teknik olah pernapasan dalam memainkan alat musik tiup. Ilmunya di bidang musik pun semakin bertambah saat ia belajar musik di New York.

    Sepanjang perjalanan karirnya, ayah lima anak ini sempat mengalami diskriminasi, salah satunya adalah pembedaan antara lokal dan nasional. Djaduk baru bisa masuk industri musik nasional di tahun 1996. Meskipun frekuensi tampil di ibukota sangat tinggi, Djaduk memilih untuk tetap tinggal di Yogyakarta.

    Dengan sederet karya dan prestasinya, Djaduk rupanya masih menyimpan bakat lain yakni berakting. Debutnya sebagai aktor ditandai dengan keterlibatannya sebagai salah satu pemeran pendukung dalam film

  • Pendidikan

    • Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta

  • Karir

    • Menjadi penata musik sejumlah repertoar Gandrik
    • Mengikuti pementasan keliling, termasuk Jerman, Denmark, Swedia, Belanda, dan  Turki
    • Mencipta komposisi musik, untuk ilustrasi musik film dan sinetron, jingle  iklan, untuk teater, atau sejumlah event olahraga, sejak 1982
    • Membuat musik untuk Pekan Tari Muda VI Dewan Kesenian Jakarta
    • Mendirikan Kelompok Musik Kreatif Wathathitha
    • Mendirikan kelompok Rheze, 1976
    • Menggarap musik pentas teater Pak Kanjeng, 1980-1993
    • Musik untuk upacara pembukaan-penutupan Pesparawi di Kalimantan Tengah
    • Turut serta merancang penataan musik sejumlah repertoar tari garapan Bagong  Kussudiardjo
    • Membuat musik untuk Festival Film Indonesia 1984
    • Bergabung di Teater Gandrik bersama Novi Budianto, sejak 1985
    • Menggarap komposisi musik untuk mengiringi pembacaan puisi Emha Ainun Nadjib  bersama Novi Budianto, 1993-1995
    • Mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika bersama dengan Butet Kertaredjasa dan  Purwanto, 1995
    • Berkolaborasi dengan Aminoto Kosim menggarap komposisi musik untuk acara Dua  Warna, di RCTI, 1995
    • Mendirikan Orkes Sinten Remen pada 1997

  • Penghargaan

    • Meraih Kreativitas terbaik dalam Festival Akustik se-Jawa Tengah dan DIY (1982)
    • Juara 1 Musik Humor Tingkat Nasional
    • Piala Vidia Festival Sinetron Indonesia sebagai Penata Musik Terbaik (1995)
    • Dinobatkan sebagai Pemusik Kreatif oleh PWI cabang Yogyakarta (1995)
    • Nomine Festival Sinetron sebagai penata musik terbaik dalam film Di Balik Pusaran Awan  (1996)
    • Grand Prize 2000 (Unesco)

Geser ke atas Berita Selanjutnya