Mengenal Merdang Merdem, Tradisi Kerja Tahunan Khas Suku Karo
Merdeka.com - Indonesia mempunyai ribuan ragam tradisi dan budaya yang tersebar di seluruh penjuru daerah. Bahkan, tiap suku di Indonesia pastinya mempunyai tradisi yang hingga saat ini masih terus dilakukan turun-temurun untuk menghormati para leluhurnya.
Di Sumatra Utara, tepatnya di Kabupaten Karo, masyarakat asli Suku Karo mempunyai satu tradisi bernama Merdang Merdem atau disebut dengan Kerja Tahun. Tradisi ini merupakan perayaan tahunan khas Suku Karo yang biasa dilaksanakan setelah musim tanam padi selesai.
Dalam pelaksanaan Merdang Merdem, biasanya dilaksanakan selama enam hari dengan tata cara yang berbeda-beda dan tentunya memiliki makna yang berbeda pula. Penasaran dengan pelaksanaan Merdang Merdem khas Suku Karo ini? Simak rangkuman selengkapnya yang dihimpun dari beberapa sumber.
Bentuk Rasa Syukur
Pelaksanaan Merdang Merdem merupakan bagian dari bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas selesainya musim tanam padi, sambil meminta doa dan berkat agar tanaman itu terhindar dari hama serta bisa panen melimpah tanpa gagal satu pun.
MEngutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Merdang Merdem melibatkan peran seluruh warga masyarakat Karo, bahkan sampai kaum muda-mudi juga memanfaatkan tradisi ini sebagai ajang untuk mencari jodoh. Biasanya acara ini juga menampilkan gendang guro-guro aron atau tari tradisional Karo.
Setiap kecamatan mempunyai waktu pelaksanaan Merdang Merdem yang berbeda-beda. Kalau Kecamatan Munte, biasanya melaksanakan pada hari ke-26 beraspati medem atau pada bulan Juli.
Pelaksanaan Merdang Merdem
Proses pelaksanaan Merdang Merdem berlangsung selama enam hari. Setiap harinya memiliki tata cara berbeda dan juga makna yang berbeda. Berikut detail pelaksanaan Merdang Merdem dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id.
Hari pertama atau cikor-kor. Biasanya masyarakat Karo sedang bersiap menyambut Merdang Merdem yang ditandai dengan kegiatan mencari kor-kor, sejenis serangga yang ada di tanah.
Hari kedua atau cikurung. Hari kedua tak jauh beda dengan hari pertama. Hanya saja, ditandai dengan kegiatan mencari kurung di ladang atau sawah. Kurung adalah binatang yang hidup di tanah basah atau sawah. Lalu dijadikan sebagai lauk oleh masyarakat Karo.
Hari ketiga atau ndurung. Biasanya masyarakat Karo akan menandai dengan mencari nurung atau ikan yang hidup di sawah atau sungai. Pada hari itu, satu kampung akan makan lauk ikan seperti nurung mas, lele atau belut.
Hari keempat atau mantem. Sehari menjelang pelaksanaan puncak perayaan Merdang Merdem, biasanya masyarakat memotong lembu, kerbau, bahkan babi bagi yang agama kristani untuk menjadi lauk.
Hari kelima atau matana. Ini hari yang ditunggu-tunggu masyarakat Karo, yaitu matana atau puncak perayaan. Pada hari tersebut masyarakat saling mengunjungi kerabatnya dengan menghadirkan menu makanan yang sudah dikumpulkan dari hari pertama. Pusat perayaan biasanya terletak di alun-alun yang biasa disebut los. Intinya, pada hari matana semua masyarakat Karo berpesta dan bersenang-senang karena kegiatan menanam padi sudah terlaksana.
Hari keenam atau nimpa. Di hari itu masyarakat membuat makanan khas Karo, yaitu cimpa atau biasa disebut lepat. Biasanya, cimpa disajikan sebagai hidangan penutup setelah makan besar. Tak lupa, cimpa juga menjadi menu oleh-oleh khas tanah Karo.
(mdk/adj)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung
Kesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMengenal Tarian Rentak Kudo, Kesenian Tradisional Kolosal Khas Suku Kerinci
Salah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita
Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran
Semua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaRatusan Personel Datang ke Mako Menghadap Komandan Brimob, Sang Jenderal Langsung Bereaksi Begini
Berikut potret ratusan Perwira hingga Tamtama datang ke Mako menghadap Komandan Brimob.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Adang yang Sakral, Ritual Memasak Warga Serang Sambut Hari Besar Keagamaan
Kabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Andung, Ungkapan Perasaan Duka saat Upacara Kematian Ala Suku Batak Toba
Ketika seseorang telah pergi untuk selamanya, bagi kelompok Suku Batak Toba orang tersebut layak untuk mendapatkan penghormatan.
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca Selengkapnya