Mengenal Merdang Merdem, Tradisi Kerja Tahunan Khas Suku Karo

Senin, 6 Februari 2023 17:23 Reporter : Adrian Juliano
Mengenal Merdang Merdem, Tradisi Kerja Tahunan Khas Suku Karo Mengenal Merdang Merdem, Tradisi Kerja Tahunan Khas Suku Karo. web.karokab.go.id ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Indonesia mempunyai ribuan ragam tradisi dan budaya yang tersebar di seluruh penjuru daerah. Bahkan, tiap suku di Indonesia pastinya mempunyai tradisi yang hingga saat ini masih terus dilakukan turun-temurun untuk menghormati para leluhurnya.

Di Sumatra Utara, tepatnya di Kabupaten Karo, masyarakat asli Suku Karo mempunyai satu tradisi bernama Merdang Merdem atau disebut dengan Kerja Tahun. Tradisi ini merupakan perayaan tahunan khas Suku Karo yang biasa dilaksanakan setelah musim tanam padi selesai.

Dalam pelaksanaan Merdang Merdem, biasanya dilaksanakan selama enam hari dengan tata cara yang berbeda-beda dan tentunya memiliki makna yang berbeda pula. Penasaran dengan pelaksanaan Merdang Merdem khas Suku Karo ini? Simak rangkuman selengkapnya yang dihimpun dari beberapa sumber.

2 dari 3 halaman

Bentuk Rasa Syukur

Pelaksanaan Merdang Merdem merupakan bagian dari bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas selesainya musim tanam padi, sambil meminta doa dan berkat agar tanaman itu terhindar dari hama serta bisa panen melimpah tanpa gagal satu pun.

MEngutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Merdang Merdem melibatkan peran seluruh warga masyarakat Karo, bahkan sampai kaum muda-mudi juga memanfaatkan tradisi ini sebagai ajang untuk mencari jodoh. Biasanya acara ini juga menampilkan gendang guro-guro aron atau tari tradisional Karo.

Setiap kecamatan mempunyai waktu pelaksanaan Merdang Merdem yang berbeda-beda. Kalau Kecamatan Munte, biasanya melaksanakan pada hari ke-26 beraspati medem atau pada bulan Juli.

3 dari 3 halaman

Pelaksanaan Merdang Merdem

Proses pelaksanaan Merdang Merdem berlangsung selama enam hari. Setiap harinya memiliki tata cara berbeda dan juga makna yang berbeda. Berikut detail pelaksanaan Merdang Merdem dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id.

Hari pertama atau cikor-kor. Biasanya masyarakat Karo sedang bersiap menyambut Merdang Merdem yang ditandai dengan kegiatan mencari kor-kor, sejenis serangga yang ada di tanah.

Hari kedua atau cikurung. Hari kedua tak jauh beda dengan hari pertama. Hanya saja, ditandai dengan kegiatan mencari kurung di ladang atau sawah. Kurung adalah binatang yang hidup di tanah basah atau sawah. Lalu dijadikan sebagai lauk oleh masyarakat Karo.

Hari ketiga atau ndurung. Biasanya masyarakat Karo akan menandai dengan mencari nurung atau ikan yang hidup di sawah atau sungai. Pada hari itu, satu kampung akan makan lauk ikan seperti nurung mas, lele atau belut.

Hari keempat atau mantem. Sehari menjelang pelaksanaan puncak perayaan Merdang Merdem, biasanya masyarakat memotong lembu, kerbau, bahkan babi bagi yang agama kristani untuk menjadi lauk.

Hari kelima atau matana. Ini hari yang ditunggu-tunggu masyarakat Karo, yaitu matana atau puncak perayaan. Pada hari tersebut masyarakat saling mengunjungi kerabatnya dengan menghadirkan menu makanan yang sudah dikumpulkan dari hari pertama. Pusat perayaan biasanya terletak di alun-alun yang biasa disebut los. Intinya, pada hari matana semua masyarakat Karo berpesta dan bersenang-senang karena kegiatan menanam padi sudah terlaksana.

Hari keenam atau nimpa. Di hari itu masyarakat membuat makanan khas Karo, yaitu cimpa atau biasa disebut lepat. Biasanya, cimpa disajikan sebagai hidangan penutup setelah makan besar. Tak lupa, cimpa juga menjadi menu oleh-oleh khas tanah Karo.

[adj]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini