Kisah Dokter 'Tanpa Tarif' di Medan, Rela Tak Dibayar demi Bantu Sesama
Merdeka.com - Sebuah praktik dokter di kawasan Jalan Puri Medan, Kelurahan Kota Masum, Medan, Sumatra Utara, kerap kali terlihat ramai dikunjungi oleh pasien. Mereka adalah pasien seorang dokter bernama Aznan Lelo, yang merupakan dokter farmakologi.
Di kediamannya itu, Aznan yang juga merupakan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara (USU) ini membuka praktik tanpa memasang papan nama dan tak pernah memasang tarif. Pasien yang datang untuk berobat kepadanya bisa membayar dengan seikhlasnya, bahkan bagi pasien yang tak mampu, Ia rela tak dibayar.
Kisah Aznan sebagai dokter 'tanpa tarif' ini sudah sangat fenomenal, bagi masyarakat di Medan, bahkan di Tanah Air. Berikut adalah kisah menginspirasi dari dr. Aznan, dilansir dari Liputan6.com.
Tak Pernah Pasang Tarif
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Aznan bercerita, praktik pengobatan ini Ia mulai sejak 1978. Saat itu Ia membuka praktik di kediaman orangtuanya, yang hanya berjarak 2 rumah dari tempat Ia tinggal sekarang. Ia sempat berhenti menjalankan praktik pada 1983 karena berkesempatan mengambil gelar Ph.D di Australia.
Sejak awal membuka praktik pengobatan, Azan tak pernah sekalipun mematok harga barang sepeser pun. Baginya, profesi seorang dokter sejatinya untuk membantu orang sakit.
Ia tidak pernah meminta pasien yang berobat padanya untuk membayar dengan memasang tarif. Jika ada pasien yang memberi, Ia akan menerimanya namun istrinya lah yang akan membuka amplop dari para pasiennya.
Mengisi Amplop Seikhlasnya
Aznan biasa membuka praktiknya pukul 17.00 WIB. Pasien yang datang kepadanya tidak pernah sepi, terus datang dan pergi silih berganti.Di meja registrasi tempatnya praktik, disediakan amplop-amplop putih. Seperti sudah hafal, pasien yang sudah sering datang tahu cara dan jumlah pengisian amplop untuk tarif “ikhlas hati” itu. Amplop yang sudah diisi kemudian dibawa masuk ke ruang praktik saat diperiksa, dan seusai pemeriksaan ditinggal di meja Aznan. Kadang Aznan memberikan obat hasil racikannya sendiri, kadang pula menuliskan resep. Obat-obat yang dipilihnya pun generik, bisa diperoleh di banyak apotek dengan harga terjangkau.
Sempat Dicekal
Perjalanan Aznan saat hendak melanjutkan studi ke Negeri Kanguru ternyata tidak berjalan mulus. Saat hendak pergi, Aznan sempat dicekal oleh pemerintah karena Ia dituding sebagai aktivis Islam ekstrimis dan sempat disamakan dengan orang-orang yang dilarang ke luar negeri.Namun, Ia tak menyerah sampai disitu. Aznan punya kepercayaan yang kuat, jika memang rezekinya belajar ke sana, maka bagaimanapun caranya pasti akan bisa. Dan benarlah, Ia akhirnya akhirnya tetap bisa berangkat ke Australia untuk melanjutkan studinya.
Tekad Kuat untuk Mengabdi ke Masyarakat
Aznan kembali ke Indonesia pada 1987. Awalnya, Ia sempat tidak ingin membuka praktik. Namun, beberapa pasien yang pernah berobat kepadanya datang lagi, dan berharap agar Ia membuka praktik untuk membantu masyarakat yang sakit.Terlahir dari ayah dan ibu yang berprofesi sebagai tukang jahit, Aznan tidak pernah memiliki cita-cita sebagai dokter. Sebagai anak yang suka pelajaran matematika saat di bangku sekolah, Ia justru mendambakan menjadi seorang sarjana nuklir.Akhirnya, Aznan membuka kembali praktik pengobatannya. Namun, tetap dengan tekad yang sama, yaitu untuk membantu masyarakat yang sakit. Ia selalu berkata, "Kalau aku gunakan profesi dokterku ini untuk jadi kaya, aku pasti sudah kaya. Tapi aku enggak mau, bagiku orang miskin lebih menghargai profesi dokter, dibandingkan orang kaya. Itu yang buat aku senang jalani profesi seperti ini,".
Dukungan Istri
Meski profesi yang disandangnya bisa saja dapat menghasilkan banyak uang, namun sang istri, Rahmayanti Yoesran, tak pernah mengeluhkan keinginan sang suami.Ia bercerita bahwa setiap harinya sang suami mengajar dari pagi hari, lalu buka praktik sore harinya. Namun tak pernah mengeluh. Justru mengaku senang dengan yang dilakukannya. Hal inilah yang membuat Ia mendukung apa yang dikerjakan sang suami.
(mdk/far)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenang Sosok Lo Siauw Ging, Dokter Dermawan Asal Solo yang Tak Pernah Pasang Tarif Berobat
Dokter Lo tutup usia pada Selasa (9/1) di RS Kasih Ibu, Solo.
Baca SelengkapnyaJenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Jenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Baca SelengkapnyaMengenal Sosok Low Siaw Ging, Dokter Dermawan dari Kota Solo yang Meninggal di Usia 89 Tahun
Selama menjadi dokter, ia sering menyisihkan uang pribadinya untuk biaya berobat pasien yang tidak mampu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perjuangan Dokter Kandungan Diungkap Istri, Tetap Layani Pasien di Bandara Padahal Mau Liburan
Diungkap sang istri, dokter tersebut kedapatan tetap melayani kendati tengah berlibur.
Baca SelengkapnyaMiris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya
Semasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Baca SelengkapnyaKasus Dugaan Pencabulan Istri Pasien Dinaikkan Penyidikan, Dokter MY Bakal Jadi Tersangka?
Cukup banyak alat bukti yang telah dikantongi penyidik, baik didapat dari TKP maupun serahan dari pelapor.
Baca SelengkapnyaIDI: Perlu Kerja Sama Strategis Mewujudkan Pemerataan Dokter di Indonesia
IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaKombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaIndonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.
Baca Selengkapnya