Kemenkop UKM Dorong Kemandirian Petani Sawit Lewat Koperasi, Ini Tujuannya
Merdeka.com - Kementerian Koperasi dan Usaha Menengah Kecil (Kemenkop UKM) berupaya untuk mendorong kemandirian para petani di sektor industri sawit nasional melalui aktivitas di dalam koperasi.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, dengan mendorong kemandirian petani sawit melalui koperasi diharapkan ke depannya mereka tidak bergantung lagi kepada industri besar.
"Sehingga para petani sawit tidak bergantung kepada industri besar," ujarnya di Medan, Sumatra Utara mengutip dari Antara (30/5).
Mampu Hilirisasi Produk
Nirmatullah ©2023 Merdeka.com
Menurutnya, melalui koperasi para petani sawit dapat melakukan hilirasasi produknya dan tidak hanya menjual Tandan Buah Segar (TBS). Selain itu, petani yang sudah tergabung dalam koperasi mampu memproduksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak makan merah (RPO).
"Kami sudah membuat kebijakan afirmasi bahwa koperasi sawit dapat membangun pabrik CPO dan minyak makan merah per 1.000 hektare," tambah Teten.
Dengan mendorong kemandirian petani sawit ini, Menteri Koperasi dan UKM beserta pemerintah berharap kesejahteraan para petani sawit akan lebih cerah di masa yang akan datang.
Memiliki Pilihan Sendiri
©YouTube/Liputan SCTV
Tak hanya bertujuan untuk kesejahteraan petani, masyarakat juga dimudahkan dalam memilih jenis minyak yang akan digunakan untuk memasak, antara minyak goreng atau minyak makan merah.
Terkait harga di pasaran, minyak makan merah dijual dengan harga yang lebih murah dari minyak goreng biasa, yaitu sekitar Rp9 ribu rupiah karena metode produksinya terbilang sederhana.
"Harganya murah karena produksinya lebih sederhana dan konsep pabriknya sudah terintegrasi langsung dengan kebun dan juga pasarnya," ungkap Teten.
Dengan begitu, masyarakat tidak lagi dibingungkan dengan berbagai macam pilihan produk minyak goreng.
Fokus dalam Negeri
Abdul Sani ©2022 Merdeka.com
Teten mengungkapkan, minyak makan merah (RPO) saat ini hanya boleh diproduksi oleh petani sawit dan hanya diedarkan di Indonesia saja.
Namun, Teten mengaku sudah pernah dihubungi oleh negara Malaysia terkait peluang untuk ekspor minyak makan merah. Karena kandungannya kaya akan vitamin yang bisa mencegah stunting.
"Mereka mau beli karena menjadi sumber Vitamin A dan Vitamin E untuk mencegah stunting. Namun, kami saat ini lebih fokus di dalam negeri," pungkasnya.
(mdk/adj)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkop UKM dan KPPU Sepakat Dorong Pelaku UMKM Masuk Rantai Pasok Industri Besar
Teten bilang, selama ini kemitraan antara pelaku UMKM dengan produsen besar masih bersifat kegiatan sosial saja.
Baca SelengkapnyaSido Muncul dan Kemenkop UKM Kolaborasi Bantu Petani Rempah Agar Lebih Maju & Berdaulat
Sido Muncul bersama Kemenkop UKM berkomitmen untuk saling bahu membahu membantu para petani herbal dan UMKM di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenkop UKM Revitalisasi Pasar Kareka Nduku Selatan untuk Penuhi Kebutuhan Masyarakat Sumba Barat
Kemenkop UKM meresmikan Pasar Kareka Nduku Selatan di Kabupaten Sumba Barat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kemnaker Terima 1.475 Laporan Terkait THR yang Melibatkan 930 Perusahaan
Kementerian Ketenagakerjaan menerima 1.475 pengaduan terkait THR yang diadukan pegawai perusahaan swasta.
Baca SelengkapnyaMenakar Langkah Bupati Dico Turunkan Kemiskinan di Kendal
Relasi kerja dengan industri, merupakan inovasi bertujuan untuk percepatan penanganan pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Kendal
Baca SelengkapnyaUpaya KKP Lawan Pencurian Ikan dengan Penangkapan Terukur Dapat Dukungan FAO
Program ini salah satu tujuannya untuk memastikan keberlanjutan populasi perikanan.
Baca SelengkapnyaMenKopUKM: Agregator Dorong Usaha Mikro Naik Kelas
KemenKopUKM berupaya untuk menghubungkan usaha mikro ke dalam rantai pasok industri.
Baca SelengkapnyaMuncul Usulan Pembentukan Kementerian Makan Siang Gratis, Mungkinkah?
Anggaran makan siang gratis itu pasti lebih tinggi dari seluruh anggaran Kemendikbudristek.
Baca SelengkapnyaMenteri Teten Sebut UMKM Mebel Sulit Beralih Jadi Bisnis Ramah Lingkungan, Ini Alasannya
Memang kontribusi sektor kriya memang tidak sebesar subsektor kuliner atau fesyen tapi masih berpotensi untuk pertumbuhan.
Baca Selengkapnya