Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Sir Arthur Ignatius Conan Doyle

Profil Sir Arthur Ignatius Conan Doyle | Merdeka.com

Arthur Conan Doyle lahir di Picardy Place, Edinburgh pada 22 Mei 1859 dari pasangan Charles Altamont Doyle dan Mary Foley. Karena masalah alkohol yang dialami sang ayah, Doyle kecil dan keluarganya terpecah pada 1864. Atas dukungan para pamannya yang cukup kaya, calon pengarang besar ini bisa menempuh pendidikan di Jesuit Preparatory School, Stonyhurst pada 1868 - 1870. Doyle melanjutkan ke Stonyhurst College hingga 1875 dan menyelesaikan pendidikan menengah di Stella Matutina Jesuit School setahun kemudian. Pada 1876, Doyle melanjutkan studi ke University of Edinburgh untuk mempelajari ilmu kedokteran dan obat-obatan.

Arthur Conan Doyle menikah dengan Louisa Hawkins pada 1885 (meninggal akibat tuberculosis pada 4 July 1906) dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri. Doyle menikah kembali dengan Jean Elizabeth Leckie dan dikarunia 3 orang anak. Terlepas dari kuatnya latar belakang religi yang mendasari pendidikan dasar hingga menengah, sastrawan besar Arthur Conan Doyle lebih memilih menjadi agnostik ketika beranjak dewasa.

Semasa menempuh pendidikan tinggi, Doyle mulai serius menekuni hobi menulis cerita pendek. Bahkan salah satu karyanya, The Haunted Grange of Goresthorpe, berhasil dimuat dalam sebuah jurnal di Edinburgh. Di masa ini juga Doyle mengikuti kelas salah seorang dosennya, Dr. Joseph Bell, yang terus mendorong calon dokter sekaligus pengarang ini untuk selalu menggunakan kekuatan observasi dalam melakukan diagnosis terhadap kondisi pasiennya. Tidak heran jika dosen yang sama tersebut bakal menjadi model dari salah satu karakter detektif paling terkenal dan enigmatik sepanjang sejarah sastra modern, Sherlock Holmes.
   
Bersamaan dengan selesainya masa kuliah ilmu medis pada 1880, Doyle sempat bekerja sebagai dokter kapal penangkap paus sebelum diangkat sebagai ahli bedah dalam kapal SS Mayumba untuk misi sosial ke Afrika Barat setahun berikutnya. Doyle menyelesaikan program doktor pada 1885, atau beberapa tahun sebelum ayahnya meninggal dunia, dengan mengambil disertasi terkait Tabes Dorsalis atau penyakit yang menyerang syaraf pembawa informasi ke otak.

Seiring keaktifan dalam praktik medis, Doyle juga aktif sebagai seorang penulis. Sempat mengalami kesulitan mencari penerbit untuk meluncurkan novel perdana, A Study in Scarlet, sang sastrawan akhirnya berhasil meluncurkan karya monumental tersebut pada 1887. Disebut monumental karena melalui karya perdana tersebut dunia sastra menyaksikan kelahiran Sherlock Holmes, salah satu bangunan karakter paling unik yang pernah tercipta dalam cerita fiksi: cerdas, intuitif, ego-sentral, non-konvensional, dan tentu saja kontroversial.

Demikian monumental sosok Sherlock Holmes di mata penggemarnya, pengarangnya sendiri terpaksa menelan berjuta protes bahkan kecaman setelah Doyle merasa jenuh dengan karakter ciptaannya dan memutuskan untuk 'membunuh' Sherlock Holmes dalam cerita The Final Problem pada 1893. Tiga tahun sebelumnya, 'rencana pembunuhan' ini sempat diungkap Doyle dalam sebuah surat kepada ibunya sendiri. Alasan Doyle, seperti termuat dalam surat tersebut, adalah Holmes telah 'merampas segala hal terbaik yang pernah ada dalam pikirannya'.

Atas pernyataan tersebut, sang ibu membalas dengan mencantum tiga frase pendek, "You won't! You can't! You mustn't!" Sayangnya, peringatan ini tidak digubris Doyle. Ketika akhirnya 'hukuman mati' dijatuhkan Doyle pada karakternya sendiri, banjir protes mengalir tak terbendung. Salah satu penggemar wanita bahkan melayangkan satu kecaman singkat, kali ini bahkan hanya dalam dua kata "You Brute!" (Dasar Biadab!), yang sudah sangat menyimpulkan betapa besar animo pembaca atas kematian karakter kesayangan mereka.

 Sebuah 'pembunuhan karakter' yang fatal, memang. Alhasil, Doyle terpaksa 'menghidupkan kembali' Sherlock Holmes melalui cerita The Hound of Baskervilles pada 1901. Kemunculan Holmes menjadi cerita yang paling ditunggu pembaca setelah pengarangnya menyatakan tunduk dan menyerah pasca menerima luapan cacian, kecaman, protes dan kontroversi yang berlangsung sekitar 8 tahun.

Pada 1902, penulis sekaligus aktivis hukum dan politik serta anggota tetap Freemasonry, sebuah kelompok paling enigmatik sepanjang sejarah ini, menerima anugrah gelar kehormatan Sir (dilantik sebagai Knight Bachelor) oleh kerajaan Inggris. Pada 7 Juli 1930, sastrawan besar Sir Arthur Ignatius Conan Doyle ditemukan wafat di kediamannya akibat serangan jantung. Bersebelahan dengan istrinya, Jean, jasad Doyle dikebumikan di halaman Gereja Minstead, Hampshire, Inggris.

Riset dan Analisis: Mochamad Nasrul Chotib - Mamor Adi Pradhana

Last Update: 3 Juli 2014

Profil

  • Nama Lengkap

    Sir Arthur Ignatius Conan Doyle

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Edinburgh

  • Tanggal Lahir

    1859-05-22

  • Zodiak

    Gemini

  • Warga Negara

    Inggris

  • Biografi

    Arthur Conan Doyle lahir di Picardy Place, Edinburgh pada 22 Mei 1859 dari pasangan Charles Altamont Doyle dan Mary Foley. Karena masalah alkohol yang dialami sang ayah, Doyle kecil dan keluarganya terpecah pada 1864. Atas dukungan para pamannya yang cukup kaya, calon pengarang besar ini bisa menempuh pendidikan di Jesuit Preparatory School, Stonyhurst pada 1868 - 1870. Doyle melanjutkan ke Stonyhurst College hingga 1875 dan menyelesaikan pendidikan menengah di Stella Matutina Jesuit School setahun kemudian. Pada 1876, Doyle melanjutkan studi ke University of Edinburgh untuk mempelajari ilmu kedokteran dan obat-obatan.

    Arthur Conan Doyle menikah dengan Louisa Hawkins pada 1885 (meninggal akibat tuberculosis pada 4 July 1906) dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri. Doyle menikah kembali dengan Jean Elizabeth Leckie dan dikarunia 3 orang anak. Terlepas dari kuatnya latar belakang religi yang mendasari pendidikan dasar hingga menengah, sastrawan besar Arthur Conan Doyle lebih memilih menjadi agnostik ketika beranjak dewasa.

    Semasa menempuh pendidikan tinggi, Doyle mulai serius menekuni hobi menulis cerita pendek. Bahkan salah satu karyanya, The Haunted Grange of Goresthorpe, berhasil dimuat dalam sebuah jurnal di Edinburgh. Di masa ini juga Doyle mengikuti kelas salah seorang dosennya, Dr. Joseph Bell, yang terus mendorong calon dokter sekaligus pengarang ini untuk selalu menggunakan kekuatan observasi dalam melakukan diagnosis terhadap kondisi pasiennya. Tidak heran jika dosen yang sama tersebut bakal menjadi model dari salah satu karakter detektif paling terkenal dan enigmatik sepanjang sejarah sastra modern, Sherlock Holmes.
       
    Bersamaan dengan selesainya masa kuliah ilmu medis pada 1880, Doyle sempat bekerja sebagai dokter kapal penangkap paus sebelum diangkat sebagai ahli bedah dalam kapal SS Mayumba untuk misi sosial ke Afrika Barat setahun berikutnya. Doyle menyelesaikan program doktor pada 1885, atau beberapa tahun sebelum ayahnya meninggal dunia, dengan mengambil disertasi terkait Tabes Dorsalis atau penyakit yang menyerang syaraf pembawa informasi ke otak.

    Seiring keaktifan dalam praktik medis, Doyle juga aktif sebagai seorang penulis. Sempat mengalami kesulitan mencari penerbit untuk meluncurkan novel perdana, A Study in Scarlet, sang sastrawan akhirnya berhasil meluncurkan karya monumental tersebut pada 1887. Disebut monumental karena melalui karya perdana tersebut dunia sastra menyaksikan kelahiran Sherlock Holmes, salah satu bangunan karakter paling unik yang pernah tercipta dalam cerita fiksi: cerdas, intuitif, ego-sentral, non-konvensional, dan tentu saja kontroversial.

    Demikian monumental sosok Sherlock Holmes di mata penggemarnya, pengarangnya sendiri terpaksa menelan berjuta protes bahkan kecaman setelah Doyle merasa jenuh dengan karakter ciptaannya dan memutuskan untuk 'membunuh' Sherlock Holmes dalam cerita The Final Problem pada 1893. Tiga tahun sebelumnya, 'rencana pembunuhan' ini sempat diungkap Doyle dalam sebuah surat kepada ibunya sendiri. Alasan Doyle, seperti termuat dalam surat tersebut, adalah Holmes telah 'merampas segala hal terbaik yang pernah ada dalam pikirannya'.

    Atas pernyataan tersebut, sang ibu membalas dengan mencantum tiga frase pendek, "You won't! You can't! You mustn't!" Sayangnya, peringatan ini tidak digubris Doyle. Ketika akhirnya 'hukuman mati' dijatuhkan Doyle pada karakternya sendiri, banjir protes mengalir tak terbendung. Salah satu penggemar wanita bahkan melayangkan satu kecaman singkat, kali ini bahkan hanya dalam dua kata "You Brute!" (Dasar Biadab!), yang sudah sangat menyimpulkan betapa besar animo pembaca atas kematian karakter kesayangan mereka.

     Sebuah 'pembunuhan karakter' yang fatal, memang. Alhasil, Doyle terpaksa 'menghidupkan kembali' Sherlock Holmes melalui cerita The Hound of Baskervilles pada 1901. Kemunculan Holmes menjadi cerita yang paling ditunggu pembaca setelah pengarangnya menyatakan tunduk dan menyerah pasca menerima luapan cacian, kecaman, protes dan kontroversi yang berlangsung sekitar 8 tahun.

    Pada 1902, penulis sekaligus aktivis hukum dan politik serta anggota tetap Freemasonry, sebuah kelompok paling enigmatik sepanjang sejarah ini, menerima anugrah gelar kehormatan Sir (dilantik sebagai Knight Bachelor) oleh kerajaan Inggris. Pada 7 Juli 1930, sastrawan besar Sir Arthur Ignatius Conan Doyle ditemukan wafat di kediamannya akibat serangan jantung. Bersebelahan dengan istrinya, Jean, jasad Doyle dikebumikan di halaman Gereja Minstead, Hampshire, Inggris.

    Riset dan Analisis: Mochamad Nasrul Chotib - Mamor Adi Pradhana

    Last Update: 3 Juli 2014

  • Pendidikan

  • Karir

    • Dokter, kapal penangkap paus, Hope of Peterhead, 1880
    • Ahli Bedah, kapal SS Mayumba, 1881
    • Dokter militer Inggris, Perang Boer
    • Penulis cerita fiktif dan non-fiktif

  • Penghargaan

    • Knighted (sebagai Knight Bachelor), 1902
    • Masuk dalam daftar 'Top 2000', 2001 (post-humous)
    • Critical Mass Award, 2001 (post-humous)
    • Archie Goodwin Award, 2005 (post-humous)

Geser ke atas Berita Selanjutnya