Kim Jong-Un Izinkan Korea Utara Siarkan Liga Inggris, Tapi Syarat dan Penyiarannya Agak Lain
Pemerintah Korea Utara melarang warganya untuk menyaksikan pertandingan Tottenham dan dua klub Liga Inggris lainnya. Apa alasannya?

Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-Un, telah mengambil langkah untuk melarang penayangan pertandingan dari tiga klub Premier League di negaranya, seperti yang dilaporkan baru-baru ini. Selama ini, siaran televisi di Korea Utara sebagian besar berada di bawah pengawasan pemerintah dan lebih menekankan pada propaganda. Meskipun demikian, siaran olahraga menjadi salah satu pengecualian yang memberikan kesempatan bagi warga untuk menikmati budaya olahraga dari berbagai negara.
Namun, Kim Jong-Un tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa kebijakan politik yang diterapkannya mempengaruhi tayangan sepak bola di negara tersebut. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa tiga tim Premier League tidak akan ditayangkan di Korea Utara. Dengan demikian, keputusan ini menunjukkan betapa ketatnya kontrol pemerintah terhadap informasi dan hiburan yang dapat diakses oleh masyarakat.
Brentford dan Wolves termasuk dalam daftar yang dilarang

Berdasarkan hasil penelitian dari proyek 38 North yang berlokasi di Washington, seperti yang dilaporkan oleh The Mirror, terdapat tiga klub yang dilarang untuk tayang di Korea Utara, yaitu Tottenham Hotspur, Wolverhampton Wanderers (Wolves), dan Brentford. Larangan ini disebabkan oleh adanya pemain asal Korea Selatan yang tergabung dalam masing-masing tim.
Dalam konteks hubungan yang tegang antara Korea Utara dan Korea Selatan, pemerintah Korea Utara berusaha menghindari memberikan perhatian kepada pemain dari negara yang menjadi tetangganya tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya faktor politik dalam dunia olahraga, di mana keputusan yang diambil tidak hanya berkaitan dengan performa tim, tetapi juga dengan kondisi sosial dan politik yang ada.
Dengan situasi yang semakin memanas, keputusan ini mencerminkan sikap pemerintah Korea Utara yang sangat hati-hati terhadap segala bentuk pengaruh yang berasal dari Korea Selatan. Keberadaan pemain Korea Selatan di klub-klub tersebut dianggap dapat memperburuk hubungan yang sudah tegang. Oleh karena itu, langkah ini diambil untuk menjaga citra dan stabilitas politik di dalam negeri. Ketegangan yang ada antara kedua negara memang sering kali memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk olahraga, yang seharusnya dapat menjadi jembatan untuk perdamaian dan kerjasama.
Tiga pemain dari Korea Selatan

Dari ketiga pemain yang disebutkan, Son Heung-min adalah yang paling dikenal. Ia menjabat sebagai kapten Tottenham Hotspur dan juga merupakan kapten Timnas Korea Selatan. Son diakui sebagai salah satu pemain Asia terbaik dalam sejarah Premier League, dengan catatan 324 kali bermain, mencetak 126 gol, dan memberikan 69 assist sejak bergabung dengan klub asal London tersebut.
Selain Son, tim Wolves juga memiliki Hwang Hee-chan, seorang striker asal Korea Selatan yang menunjukkan peningkatan performa yang sangat mengesankan di musim 2023/2024. Di sisi lain, Brentford menampilkan Kim Ji-soo, seorang bek muda berusia 20 tahun yang baru saja melakoni debutnya di Premier League pada musim ini.
Pelanggaran terhadap hak siar

Menarik untuk dicatat bahwa laporan tersebut mengungkapkan bahwa Korea Utara tidak memiliki izin resmi untuk menyiarkan pertandingan Premier League, sehingga mereka melanggar hukum hak cipta. Selain itu, siaran pertandingan mengalami keterlambatan selama empat bulan, dan musim baru mulai ditayangkan pada bulan Januari.
Tidak hanya itu, durasi pertandingan juga dipersingkat dari 90 menit menjadi 60 menit sebelum ditayangkan di saluran KCTV, tepat sebelum siaran berita pukul 5 sore. Diperkirakan bahwa sekitar 26 juta orang menyaksikan tayangan sepak bola setiap minggunya, menjadikannya sebagai salah satu olahraga internasional yang paling banyak disiarkan di negara itu.
Sumber: Give Me Sport