10 Pemain yang Mungkin Kamu Lupakan Pernah Menang Liga Champions
Ada pemain sepak bola yang mungkin terlupakan, padahal dia pernah meraih gelar juara Liga Champions.

Liga Champions telah lama dikenal sebagai ajang prestisius bagi para atlet terbaik di Eropa. Cristiano Ronaldo, tanpa diragukan lagi, merupakan sosok yang sangat dominan dalam kompetisi ini. Dengan serangkaian prestasi yang mengesankan, CR7 berhasil membungkam semua kritik dan haters yang meragukan kemampuannya. Di usia 39 tahun, ia terus mencetak rekor dan mengumpulkan banyak medali, menjadikan Liga Champions sebagai panggung paling bersinar dalam kariernya. Namun, di balik kesuksesannya, terdapat sejumlah pemain lain yang mungkin terlupakan, meskipun mereka juga pernah meraih gelar juara di Liga Champions.
Prestasi Ronaldo di Liga Champions tidak hanya mencakup jumlah gol, tetapi juga kontribusinya dalam membawa timnya meraih kemenangan. "CR7 berhasil membungkam para haters dengan sederet prestasi gemilang di Eropa." Ini menunjukkan betapa pentingnya peran Ronaldo dalam sejarah kompetisi ini. Meskipun ia sering menjadi sorotan utama, ada banyak pemain hebat lainnya yang juga telah menciptakan kenangan indah di Liga Champions. Mereka mungkin tidak sepopuler Ronaldo, tetapi prestasi mereka patut diingat dan dihargai.
Rhian Brewster dan Ivan Perisic

- Rhian Brewster
Setelah direkrut dari akademi Chelsea, Liverpool memiliki harapan besar terhadap Brewster untuk menjadi salah satu pemain andalan Jurgen Klopp. Namun, kenyataannya, penyerang ini lebih banyak menghabiskan waktu di tim muda dan hanya mendapatkan kesempatan bermain sebanyak empat kali dengan total 191 menit di tim utama. Pada tahun 2020, ia dijual ke Sheffield United dengan harga 23 juta, dan setelah tiga tahun, keputusan itu tampak sebagai langkah yang cerdas. Meskipun Brewster tidak pernah merasakan bermain di kompetisi Eropa, ia tetap mendapatkan medali juara pada musim 2018-19 setelah duduk di bangku cadangan saat Liverpool mengalahkan Tottenham 2-0 di final Liga Champions di Madrid.
- Ivan Perisic
Perisic adalah sosok yang unik dalam dunia sepak bola. Tidak mengherankan jika ia berhasil meraih banyak prestasi, mengingat perjalanan kariernya yang gemilang di berbagai klub besar Eropa dan kemampuannya sebagai pemain sayap yang sangat berbakat. Namun, kita mungkin tidak sendirian dalam kebingungan mengapa pemain Kroasia ini bisa mendapatkan penghargaan tersebut. Selama berada di Wolfsburg, Dortmund, Inter, dan Spurs, tim-tim tersebut tidak pernah meraih kemenangan saat ia masih membela mereka, bukan? Kita juga mungkin lupa bahwa Perisic menghabiskan satu dari tujuh tahunnya bersama Inter dengan status pinjaman di Bayern Munich, di mana ia turut meraih gelar pada musim 2019-20 di bawah asuhan Hansi Flick. Pada tahun itu, ia menjadi pemain cadangan yang berkontribusi bagi Bayern, tampil dalam 17 dari 35 pertandingan sebagai pengganti, termasuk di final saat Bayern mengalahkan PSG 1-0.
Jeremy Mathieu serta Ross Turnbull

- Jeremy Mathieu
Bek asal Prancis ini sempat menjadi bahan olok-olok di Barcelona pada masa kepelatihan Luis Enrique. Meskipun sering menerima kritik, ia berhasil meraih banyak gelar selama tiga tahun berkarier di klub tersebut. Ketika membahas tentang musim treble winner Barcelona pada tahun 2014-15, pikiran kita biasanya akan tertuju pada nama-nama besar seperti Luis Suarez, Neymar, dan Lionel Messi. Namun, Mathieu juga memiliki peranan penting, di mana ia tampil sebanyak 41 kali di tahun pertamanya dan bahkan ikut bermain di masa injury time saat timnya meraih kemenangan atas Juventus di final Liga Champions.
- Ross Turnbull
Satu nama lagi yang mungkin akan diingat bersamaan dengan Brewster adalah Turnbull. Meskipun tidak pernah bermain satu menit pun di Liga Champions bersama Chelsea pada musim 2011-12, ia tetap mendapatkan medali pemenang. Hal ini terjadi karena ia berperan sebagai cadangan bagi kiper legendaris The Blues, Petr Cech. Momen tersebut menunjukkan bahwa tidak semua kontribusi dalam tim terlihat di lapangan, tetapi tetap memiliki nilai penting dalam meraih kesuksesan bersama klub.
Sulley Muntari serta Eidur Gudjohnsen

Sulley Muntari adalah seorang pemain asal Ghana yang memiliki perjalanan karier yang unik. Ia memulai kariernya di Portsmouth, kemudian bergabung dengan Inter Milan di bawah asuhan Jose Mourinho, dan akhirnya pindah ke AC Milan setelah menjalani masa pinjaman yang tak terlupakan di Sunderland. Muntari mengalami kesulitan untuk mendapatkan kesempatan bermain di bawah pelatih Rafael Benitez, yang menggantikan Mourinho. Namun, di bawah arahan pelatih asal Portugal tersebut, ia menjadi sosok yang penting dan dapat diandalkan. Meskipun hanya memulai dua pertandingan Liga Champions pada musim 2009-10 yang terkenal, ia berhasil memberikan kontribusi penting dengan masuk sebagai pemain pengganti dalam kemenangan bersejarah melawan Barcelona dan Bayern Munich.
Eidur Gudjohnsen adalah penyerang asal Islandia yang meninggalkan Chelsea untuk bergabung dengan Barcelona saat klub tersebut menjadi juara bertahan Eropa. Di Barcelona, ia terus tampil secara reguler meskipun tim mengalami penurunan performa di tahun-tahun terakhir masa kepelatihan Frank Rijkaard. Meskipun Gudjohnsen tidak menjadi salah satu pemain yang menonjol dalam treble bersejarah Barcelona pada musim 2008-09 di bawah pelatih Pep Guardiola, ia tetap menjadi bagian dari skuad tersebut. Posisi Gudjohnsen berada di belakang Thierry Henry, Samuel Eto'o, dan Lionel Messi. Satu-satunya kesempatan bermainnya di babak sistem gugur pada tahun itu adalah ketika ia masuk sebagai pemain pengganti untuk menggantikan Andres Iniesta, setelah gelandang tersebut mencetak gol penentu kemenangan di masa injury time di Stamford Bridge.
Antonio Nunez serta Nuno Espirito Santo

Antonio Nunez adalah salah satu dari dua pemain asal Spanyol yang tergabung dalam skuad Liverpool di bawah asuhan Rafael Benitez pada musim 2004-05, namun ia tidak pernah mendapatkan kesempatan bermain di level internasional. Meskipun hanya menghabiskan satu musim di Anfield, musim tersebut terbilang cukup baik baginya. Nunez tampil dalam 27 pertandingan untuk The Reds di bawah Benitez, namun ia tidak dimainkan sebagai pemain pengganti di final Liga Champions di Istanbul. Ia mungkin merupakan salah satu pemain yang paling biasa dalam sejarah Liga Champions. Selain kariernya yang lebih banyak dihabiskan sebagai pemain di klub-klub menengah di Spanyol, trofi lain yang berhasil diraihnya adalah Piala Siprus 2010 bersama Apollon Limassol.
Nuno Espirito Santo merupakan penjaga gawang cadangan di bawah asuhan Mourinho saat Porto meraih kemenangan atas Monaco pada tahun 2004. "Ketika Anda berbicara tentang Jose Mourinho, secara pribadi ia memiliki pengaruh terhadap saya. Karena saya adalah anggota skuad Porto pada tahun 2002-2003 dan 2003-2004 di Porto. Itu akan bertahan selamanya," ungkap mantan pelatih Wolves tersebut, mengenang betapa besar pengaruh Mourinho dalam perjalanan kariernya.
Roque Junior serta Jonathan Greening

Roque Junior Para pendukung Leeds United pasti akan mengatakan bahwa bek yang tiba di Elland Road pada tahun 2003 tidak mungkin orang yang sama yang pernah meraih Piala Dunia bersama Brasil serta Liga Champions bersama Milan. Penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa ini adalah seorang penipu.
Jonathan Greening Anda mungkin sudah familiar dengan nama ini, karena Greening merupakan jawaban yang tepat untuk kategori tersebut. Gelandang ini memiliki karier yang cukup terhormat bersama klub-klub seperti Middlesbrough dan West Brom, tetapi selalu terasa aneh bahwa ia memiliki medali pemenang Liga Champions.
Sumber: Planet Football