Merdeka.com - Ketika otak menerima luka trauma atau kerusakan permanen yang terjadi pada sel-sel titik mati. Sel yang terluka di sekitar daerah itu melepaskan zat beracun yang menyebabkan otak membengkak. Hal ini mengurangi aliran darah dalam otak dan menyebabkan kadar oksigen menurun sehingga terjadi kematian sel, seperti yang dilansir di Gizmag.

Baru-baru ini para ilmuwan dari North Carolina Wake Forest Baptist Medical Center telah mengembangkan teknik baru yang telah terbukti mengurangi kematian sel sekunder pada otak tikus yang terluka. Proses ini dikenal sebagai resusitasi jaringan mekanik dan mencakup aplikasi tekanan negatif untuk menghilangkan cairan.

Dalam studi tersebut, para peneliti menempatkan bahan matriks buatan langsung pada area cedera di otak tikus, lalu melekatkan tabung fleksibel yang berjalan ke dalam sebuah pompa vakum yang dikendalikan komputer. Selama 72 jam berikutnya, pompa itu terus bekerjamengalirkan cairan yang dikeluarkan oleh sel-sel yang terluka.

Alhasil, otak yang diobati dengan cara ini menunjukkan lebih sedikit pembengkakan dan cairan beracun, daripada yang tidak diobati. Tikus-tikus percobaan ini dibuat kehilangan jaringan otak lebih dari 50% dan dengan metode pengobatan baru ini mereka mampu lebih cepat mendapatkan fungsi otak mereka kembali.

Teknik pengobatan baru ini siap untuk uji coba klinis. Para ilmuwan juga berpikir bahwa metode ini bisa digunakan untuk korban stroke dan pendarahan otak.

Ini merupakan terobosan terbaru di bidang ilmu medis dan tentu sangat bermanfaat bagi para pasien yang menderita luka trauma atau kerusakan permanen yang terjadi pada sel-sel otak.

Sumber:  Wake Forest Baptist Medical Center