Menyebarkan Informasi Keliru Soal KIPI & Vaksin Dapat Rugikan Masyarakat
Merdeka.com - Ketidakpahaman masyarakat terhadap Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sering menjadi alasan utama menolak vaksin. Hal ini diperparah dengan kesalahan dan kekeliruan informasi yang menyebar dengan cepat.
Aktivis Yayasan Orangtua Peduli dr. Endah Citraresmi Sp.A (K) memaparkan bahwa KIPI disebabkan berbagai faktor, namun efeknya selalu ringan. Misalnya, reaksi suntikan yang menimbulkan bengkak atau nyeri, serta adanya faktor kebetulan akibat suatu peristiwa lainnya yang berbarengan dengan program vaksinasi.
"Atau bisa juga reaksi suntikan tidak langsung, seperti banyak anak yang jadi ketakutan, histeris, akibat divaksin, apalagi kalau dipaksa-paksa," jelasnya dalam Webinar KPCPEN, dengan tema Disinformasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Jumat (23/10).
Endah menambahkan, reaksi KIPI lain yang umum ditemukan di semua vaksin adalah demam. Demam ini terjadi sebagai reaksi inflamasi karena tubuh sedang memproses vaksin tersebut. Sehingga jika terjadi demam setelah imunisasi merupakan reaksi yang normal dan tidak aneh.
Di sisi lain, Ainun Chomsun, Praktisi Literasi Digital dan Pendiri Akademi Berbagi mengingatkan masyarakat untuk lebih cermat dalam menyaring informasi terkait vaksin dan KIPI. Dia menyarankan untuk selalu mencari informasi dari lembaga yang kredibel seperti Kementerian Kesehatan.
"Setelah itu, cari di media, tiga media besar pasti akan menuliskan kalau itu memang penting dan berdampak akan hajat hidup orang banyak," tuturnya dalam forum yang sama.
Jika informasi yang diterima dari sumber yang belum jelas tidak bisa ditemukan di media, masyarakat diharapkan untuk menahan diri dan tidak menyebarkan informasi itu ke orang lain. Sebabnya, informasi yang salah dapat berdampak negatif dan merugikan orang lain.
"Satu-satunya yang bisa mencegah hoaks adalah diri kita sendiri. Cukup berhenti di diri kita," tutup Ainun.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI Pastikan Vaksin nOPV2 Aman Digunakan untuk Cegah Polio
Komnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaPSI: Lanjutkan Sirekap, tapi Penyempurnaan Harus Dilakukan
Sirekap penting sebagai wujud keterbukaan informasi pada masyarakat.
Baca SelengkapnyaDiseminasi adalah Penyebaran Informasi kepada Khalayak, Begini Strateginya
Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh orang-orang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaAksi Pelajar Bantu Padamkan Api di Kios Milik Pedagang Sayuran di Karawang Ini Viral, Tuai Pujian
Viral aksi pelajar bantu padamkan api di kios pedagang sayuran, tuai pujian warganet.
Baca SelengkapnyaJadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaCara Penularan Polio yang Wajib Diwaspadai Orang Tua, Kenali Faktor Risikonya
Polio bisa menginfeksi anak lewat berbagai cara. Dengan mengetahui cara penularan polio ini, orang tua bisa mewaspadai apa saja yang berisiko untuk anaknya.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaManfaat Vaksin Polio pada Anak, Lengkap Beserta Jenis dan Penjelasannya
Vaksin polio memegang peran krusial dalam melindungi kesehatan anak-anak dari penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen atau bahkan kematian.
Baca Selengkapnya