Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menaklukkan Krisis Iklim dan Krisis Kesehatan dengan Tempe

Menaklukkan Krisis Iklim dan Krisis Kesehatan dengan Tempe Ilustrasi tempe. ©Pixabay/Bintang_Galaxy

Merdeka.com - Perubahan musim yang semakin tidak teratur merupakan permasalahan yang kini kita hadapi sehari-hari. Kondisi ini bisa menyebabkan malam menjadi semakin dingin dan siang semakin panas dengan perubahan yang sangat ekstrem. Kondisi krisis iklim seperti tidak hanya mempengaruhi kita di Indonesia saja namun juga seluruh dunia.

Dampak dari terjadinya krisis iklim ini adalah adanya permasalahan kesehatan yang muncul. Pada jangka pendek, perubahan cuaca seperti ini bisa membuat kita mudah terserang masalah kesehatan seperti demam atau pusing pada kehidupan sehari-hari. Namun, pada jangka panjang, kondisi iklim yang ekstrem ini bisa menyebabkan masalah kesehatan akibat kebutuhan nutrisi yang tak tercukupi.

Dampak negatif dari perubahan iklim terhadap nutrisi ini bisa cukup luas mulai dari menurunnya produksi makanan, masalah kesehatan yang bisa menyebabkan malnutrisi, hingga perubahan pola makan yang menjadi semakin tidak ramah terhadap bumi dan emisi. Berdasar laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim bisa memengaruhi kesehatan dalam bentuk meningkatnya kematian dan penyakit akibat cuaca ekstrem yang terjadi, meningkatnya zoonosis atau penyakit yang diakibatkan oleh hewan, gangguan terhadap asupan makanan dan air bersih, meningkatnya persebaran penyakit, serta munculnya masalah kesehatan mental.

Tak hanya berdampak langsung untuk kesehatan, perubahan iklim juga memiliki dampak sosial yang berpengaruh untuk kesehatan. Kondisi krisis iklim ini menyebabkan banyak munculnya kondisi yang lebih rentan dan tidak menguntungkan bagi kelompok minoritas, masyarakat miskin, serta pada lansia terutama yang sudah memiliki penyakit bawaan.

Penelitian dari Springmann et al (2016) menyatakan bahwa pada negara dengan pendapatan menengah ke bawah terutama di Afrika dan Asia Tenggara, krisis iklim telah menyebabkan penurunan ketersediaan makanan secara luar biasa. Kondisi ini berujung menurunnya kematian akibat obesitas dan berat badan serta meningkatnya kematian akibat kurangnya berat badan. Terjadinya masalah ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan makanan sehat akibat permasalahan iklim. Bahkan, pada 2020 lalu, diperkirakan terdapat tiga miliar masyarakat yang tidak bisa memperoleh makanan sehat (Fanzo & Downs, 2021).

Fanzo dan Downs (2020) mengatakan bahwa perubahan iklim saat ini bisa menyebabkan masalah nutrisi melalui persebaran penyakit infeksi. Kondisi malnutrisi akibat kurangnya sumber air bersih dan serapan nutrisi yang tak optimal di tubuh ini bisa memperburuk penyakit infeksi yang sedang beredar atau telah ada sebelumnya. Kondisi ini juga menyebabkan penyakit infeksi lebih mudah menyebar dan berdampak berat.

Penelitian yang dilakukan Mora et al (2022) juga mengungkap bahwa perubahan iklim ini menyebabkan sejumlah patogen lebih mudah menyebar dan berdampak berat. Sebagai contoh, meningkatnya temperatur bisa menyebabkan nyamuk permbawa virus bisa bertahan hidup lebih lama. Pada individu, kondisi meningkatnya temperatur bumi ini juga menyebabkan meningkatnya stres, menurunkan kekebalan tubuh, serta menimbulkan malnutrisi. Kondisi kesehatan seperti ini kerap luput disadari seseorang dan tidak dikaitkan dengan krisis iklim yang terjadi saat ini.

Perubahan Pola Makan pada Kondisi Krisis Iklim

Krisis iklim yang terjadi pada saat ini bisa menyebabkan masalah malnutrisi pada tubuh kini. Namun, perubahan pola makan yang kita lakukan juga bisa menimbulkan dampak sebaliknya pada krisis iklim yang terjadi.

Persatuan Bangsa-Bangsa telah melakukan kampanye ActNow yang bertujuan untuk mengubah pola makan demi mengatasi krisis iklim yang sudah terjadi. Sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan krisis iklim ini adalah:

Konsumsi Makanan Sehat

Konsumsi makanan berbahan nabati secara seimbang bisa jadi cara yang mulai kita lakukan. Pastika konsumsi makanan dengan kandungan tinggi energi dan nutrisi dari berbagai jenis makanan. Pastikan untuk mengurangi konsumsi makanan yang berdampak buruk bagi bumi.

Pada negara dengan pendapatan rendah, peningkatan konsumsi daging dan olahan susu bisa menjadi sumber protein dan mikronutrisi yang penting. Sebaliknya, pada negara dengan pendapatan tinggi, konsumsi makanan berbahan nabati perlu lebih didorong. Walau begitu, tentu penting untuk menyeimbangkan konsumsi keduanya.

Kurangi Sampah Makanan

Masalah sampah makanan merupakan suatu hal yang perlu menjadi kepedulian kita bersama. Indonesia tiap tahun menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa para 2021, sebesar 28,3 persen sampah di Indonesia disumbang dari sampah sisa makanan.

Untuk mengurangi sampah makanan ini, pastikan untuk hanya membeli makanan yang akan kamu konsumsi dan butuhkan saja. Hindari membuat masakan atau membeli makanan secara berlebih agar tidak menambah sampah makanan.

Buat Makanan dengan Resep Berkelanjutan

Pastikan untuk menggunakan bahan-bahan makanan yang tak hanya lezat namun juga berdampak baik bagi bumi. Pilihan makanan tradisional dengan bahan-bahan yang bisa diperoleh di petani atau lingkungan sekitar bisa menjadi pilihan yang tepat.

Gunakan Tas Belanja

Penggunaan kantong plastik merupakan salah satu hal yang memiliki kontribusi pada perubahan iklim. Menggunakan tas belanja yang bisa dipakai berkali-kali bisa menjadi cara untuk mengurangi jumlah sampah plastik.

Fanzo and Downs (2020) mengatakan bahwa perubahan produksi dan distribusi makanan merupakan hal yang penting dalam mengatasi krisis iklim global. Sayangnya, kondisi ini tak banyak dilakukan oleh negara-negara di dunia karena hanya sedikit negara yang memiliki rencana adaptasi nasional untuk kesehatan.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Donald Rose et al (2022) mengungkap bahwa seseorang bisa menurunkan jejak karbon secara signifikan dengan mengganti jenis makanan tertentu terutama daging sapi. Salah satu pilihan makanan yang ramah terhadap lingkungan namun mampu memenuhi kebutuhan nutrisi setara daging ini adalah tempe. Makanan tradisional Indonesia ini hemat energi untuk diproduksi serta memiliki dampak kesehatan yang luar biasa.

"Empat kali lipat lebih hemat energi untuk diproduksi dan hemat emisi hingga 20 kali," terang Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno, Co-Founder & CTO Better Nature pada acara Nutriclass 2022 Sustainable Living for a Healthier Life beberapa waktu lalu.

Tempe Sebagai Sumber Pangan yang Lengkap

dr amadeus driando ahnan winarno co founder amp cto better nature pada acara nutriclass 2022 sustainable living for a healthier life beberapa waktu lalu

Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno, Co-Founder & CTO Better Nature pada acara Nutriclass 2022 Sustainable Living for a Healthier Life beberapa waktu lalu ©2022 Merdeka.com

Berdasar penelitian dari Godfray et al (2018), tempe dianggap bisa menjadi sumber makanan pengganti daging karena manfaat kesehatannya, harganya yang terjangkau, serta ramah lingkungan. Tempe sendiri diperkirakan sudah menjadi salah satu sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia selama lebih dari 300 tahun.

Dalam buku "Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia" terbitan BSN tahun 2012, nama tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe segar yang juga berwarna putih.

Tempe sendiri merupakan salah satu makanan khas dan favorit bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia bahkan mengonsumsi tempe ini dalam jumlah yang cukup besar.

"Secara rata-rata, orang Indonesia mengonsumsi sebanyak 7 kilo tempe setiap tahunnya," terang Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi tempe per kapita di Indonesia adalah sebesar 0,146 kilogram pada tahun 2021. Jumlah ini meningkat sebesar 4,29 persen dibanding konsumsi tahun sebelumnya yang sebanyak 0,146 kg.

Konsumsi makanan yang berbasis nabati ini sendiri memiliki sejumlah manfaat kesehatan yang tidak bisa disepelekan. Selain bisa menjadi sumber protein pengganti daging, konsumsi tempe serta pola makan berbasis nabati juga bisa berdampak baik bagi kesehatan mental.

"Mengadopsi pola makan berbasis nabati, orang tuh sebetulnya lebih bahagia," jelas pria yang akrab disapa Ando ini.

Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Feher et al (2020), konsumsi makanan berbahan nabati memiliki sejumlah dampak positif baik secara kesehatan maupun lingkungan. Diketahui bahwa konsumsi makanan berbahan nabati memiliki manfaat berupa (1) menurunnya risiko penyakit kronis, (2) kepuasan dan sikap yang lebih baik, serta (3) bermanfaat untuk lingkungan dan etika.

Salah satu kandungan dari tempe yang sulit diperoleh dari makanan berbasis nabati lain adalah kandungan vitamin B12 di dalamnya.

"Termasuk vitamin B12 yang memang susah diperoleh di makanan nabati," jelas Ando.

Dalam penelitian yang dilakukannya pada tahun 2020, Ando mengungkap bahwa tempe memiliki kandungan protein, energi, dan zat besi yang setara dengan daging sapi. Dibanding daging sapi, tempe juga lebih unggul dalam kandungan serat dan kalsium. Selain itu, tempe juga memiliki kandungan garam serta lemak jenuh yang jauh lebih sedikit dibanding daging sapi.

Secara harga, tempe juga jauh lebih murah dibanding makanan dengan kandungan protein yang setara. Diketahui bahwa tempe lebih murah 6,92 kali dibanding daging sapi, 1,83 kali lebih murah dibanding ayam, 2,29 kali lebih murah dibanding telur, dan 6,92 kali lebih murah dibanding susu.

Selain harga yang murah, tempe juga diketahui memiliki rasa yang lezat. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Fibri dan Frost (2020), sebagian orang beranggapan bahwa tempe memiliki rasa kacang, padat, sedap, umami, serta asin.

Fermentasi tempe ini sangat murah serta memiliki teknologi pengolahan yang sangat ramah lingkungan. Selain itu, potensi dari tempe ini bisa saja tak hanya terbatas pada kedelai saja namun juga dari jenis kacang, polong, dan biji-bijian lain.

"Potensi tempe masih banyak banget, kedelai hanya satu jenis dari kacang yang bisa diproduksi menjadi tempe," jelas Ando.

(mdk/RWP)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kenali 5 Jenis Olahan Tempe Sehat Tanpa Tepung, dari Tempe Orek Hingga Tempe Kering Teri
Kenali 5 Jenis Olahan Tempe Sehat Tanpa Tepung, dari Tempe Orek Hingga Tempe Kering Teri

Tempe termasuk salah satu sumber protein nabati yang sering menjadi pilihan dalam menu makan sehari-hari orang Indonesia.

Baca Selengkapnya
Proses Pembuatan Tempe dan Cara Mengolahnya secara Sehat, Penting Diketahui
Proses Pembuatan Tempe dan Cara Mengolahnya secara Sehat, Penting Diketahui

Proses pembuatan tempe tidak sesulit yang dibayangkan. Anda bahkan bisa mencobanya sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang sederhana.

Baca Selengkapnya
7 Menu Sahur Serba Tempe, Ekonomis dan Mudah Dipraktikkan
7 Menu Sahur Serba Tempe, Ekonomis dan Mudah Dipraktikkan

Tempe dapat diolah menjadi aneka makanan menggugah selera untuk makan sahur yang praktis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tanpa Bahan Tambahan, Ini Cara Agar Tempe Tahan Lama Tidak Mudah Busuk
Tanpa Bahan Tambahan, Ini Cara Agar Tempe Tahan Lama Tidak Mudah Busuk

Dengan cara ini, tempe dapat tetap segar selama satu minggu tanpa perlu tambahan bahan apapun. Berikut adalah prosedurnya.

Baca Selengkapnya
Cara Membuat Tempe yang Mudah dan Sederhana, Bisa Dibuat Sendiri di Rumah
Cara Membuat Tempe yang Mudah dan Sederhana, Bisa Dibuat Sendiri di Rumah

Merdeka.com merangkum informasi tentang cara membuat tempe yang mudah dan sederhana, bisa dibuat di rumah.

Baca Selengkapnya
Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik, Ini Biang Keroknya
Harga Tahu dan Tempe Bakal Naik, Ini Biang Keroknya

Kondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.

Baca Selengkapnya
Makan Tahu Tempe Bikin Asam Urat? Ini Berbagai Pantangannya
Makan Tahu Tempe Bikin Asam Urat? Ini Berbagai Pantangannya

Bagi individu yang menderita asam urat, penting untuk menghindari konsumsi makanan yang kaya akan purin.

Baca Selengkapnya
Beda dengan Cirebon, Icip Lezatnya Nasi Lengko Indramayu yang Pakai Toping Fermentasi Tempe
Beda dengan Cirebon, Icip Lezatnya Nasi Lengko Indramayu yang Pakai Toping Fermentasi Tempe

Nasi lengko ini beda, karena topingnya tempe, telur rebus dan dage atau fermentasi tempe

Baca Selengkapnya
8 Makanan yang Baik Dikonsumsi saat Buka Puasa, Jangan Asal Makan
8 Makanan yang Baik Dikonsumsi saat Buka Puasa, Jangan Asal Makan

Makanan yang baik dikonsumsi saat buka puasa adalah makanan yang dapat memberikan energi cepat, mudah dicerna, dan kaya akan nutrisi penting.

Baca Selengkapnya