Merdeka.com - Bersamaan dengan datangnya bulan suci Ramadan, penjualan makanan tak sehat di salah satu kota Pakistan ini menjadi semakin meningkat. Hal ini juga memicu peningkatan jumlah pasien yang mengalami berbagai penyakit perut, seperti keracunan, diare, dan tifus.

Kebanyakan makanan yang tidak higienis dijual secara terbuka di pedagang kaki lima. Meningkatkan risiko penyakit dan keadaan yang gawat bagi pelanggan dan pembeli yang lapar.

Hingga saat ini telah tercatat total 788 dan 569 pasien yang dirawat di Lady Reading Hospital (LRH) dan Khyber Teaching Hospital (KTH). Kebanyakan pasien mengalami sakit seperti diare dan keracunan makanan setelah berbuka puasa.

"Saya minum empat gelas minuman saat berbuka. Kemudian tiba-tiba tak sadarkan diri dan merasa perut saya sakit," kata Wahid Khan, salah seorang pasien di KTH, pada The Express Tribune.com (27/07)

Seorang pasien lain bernama Muhammad Ilyas mengatakan bahwa dia dan dua rekan kerjanya di pabrik keracunan makanan setelah mereka mengonsumsi makanan yang dibeli di pasar.

"Saat Ramadan orang selalu ingin makan makanan yang enak, namun banyak makanan yang tak berkualitas dan tak higienis yang dijual. Sementara orang tak bisa mengenalinya dengan baik," kata Ilyas.

Deputi Inspektur Medis di LRH, Dr Fayaz Ali, mengatakan bahwa sebagian besar makanan yang dijual di pasar kurang berkualitas dan tidak higienis. Makanan ini bisa menyebabkan penyakit seperti tifus, hepatitis, dan diare.

"Sekitar 54 persen penduduk Peshawar tak memiliki akses pada air bersih," tambah Ali. Dia menunjukkan bahwa penggunaan air dan minuman secara berlebihan saat berbuka puasa juga seharusnya dihindari oleh warga. Menurutnya segelas air dengan kurma sudah cukup.

Lebih lanjut Ali menyarankan agar penduduk Peshawar harus berhati-hati saat memilih makanan di pasar. Mereka harus menghindari makanan yang tidak higienis dan berkualitas buruk.