Merdeka.com - Salah satu obat yang belakangan ini menjadi bahan pembicaraan adalah dexamethasone. Ramainya pembicaraan ini disebabkan hasil uji coba dari Universitas Oxford terhadap pasien COVID-19 yang memuaskan.

Namun, sebaiknya jangan sembarangan membeli dan mengonsumsi obat ini. Pasalnya, farmakolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Zullies Ikawati menegaskan bahwa dexamethasone bukan sebagai vaksin atau antivirus.

Menurutnya, dexamethasone digunakan untuk mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19 yang parah.

“Perlu digarisbawahi bahwa obat dexamethasone itu bisa mengurangi kematian akibat COVID-19 yang parah. Jadi, itu hanya pada pasien-pasien COVID-19 yang menggunakan ventilator atau membutuhkan oksigen yang kondisinya sudah mengalami semacam badai sitokin dan peradangan yang berat,” ujar Zullies kepada Health Liputan6.com beberapa waktu lalu.

“Tapi jika dipakai untuk pasien dengan tingkat keparahan yang sedang atau ringan itu tidak berefek karena memang efeknya bukan sebagai antivirus, itu yang perlu digarisbawahi,” sambungnya.

Pahami Fungsi Dexamethasone

Zullies mengimbau masyarakat untuk tidak salah mengartikan fungsi obat ini. Mengingat dexamethasone bukan obat untuk mencegah virus melainkan untuk meredakan peradangan dan menekan imun.

“Obat ini memiliki efek menekan sistem imun, biasanya dipakainya untuk orang-orang alergi. Alergi itu kan sistem imunnya berlebihan, jadi orang alergi biasanya minum obat ini,” terangnya.

Sebaliknya, jika dikonsumsi oleh orang sehat atau pasien COVID-19 dengan gejala sedang atau ringan obat ini tidak cocok karena dapat menurunkan imun dan membuat orang rentan terkena virus.Selain itu, obat ini juga termasuk obat keras yang konsumsinya harus berdasar resep dokter.

Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com