Bisa Berujung Meningitis Hingga Disabilitas, Anak Penderita Tuberkulosis Perlu Diatasi dengan Tepat
TB otak atau meningitis yang serang anak bisa memicu kejang bahkan hingga memicu kondisi disabilitas.
Dokter spesialis anak yang juga merupakan konsultan dalam bidang saluran napas dan paru-paru anak (respirologi) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muhammad Fahrul Udin, menyatakan bahwa anak yang terinfeksi tuberkulosis (TB) harus segera mendapatkan perawatan untuk mencegah terjadinya disabilitas.
"Setelah terdiagnosis TB, penanganan harus dilakukan segera agar tidak berkembang menjadi TB otak atau meningitis, yang dapat menyebabkan kejang dan bahkan disabilitas," ungkap Fahrul saat acara Kelas Orangtua Hebat (Kerabat) seri 9 yang diselenggarakan secara hybrid bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Kamis (26/09/2024).
-
Mengapa meningitis bisa berbahaya bagi anak? Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang yang bisa berdampak serius pada kesehatan anak-anak. Penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur, dengan gejala awal yang sering kali menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, dan leher kaku.
-
Kenapa TBC perlu diwaspadai pada anak? Penularan tuberkulosis (TBC) pada anak merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian serius, terutama dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
-
Kenapa anak rentan terkena TBC? Anak-anak lebih rentan terhadap TBC karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
-
Kenapa anak-anak rentan terhadap TBC? Anak-anak: Sistem imun anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, belum sepenuhnya berkembang. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi TBC.
-
Apa penyebab penyakit TBC pada anak? TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis, yang umumnya menular melalui droplet atau percikan saat penderita TBC aktif batuk, bersin, atau berbicara.
-
Kenapa anak bisa mengalami keterbelakangan mental? Penyakit ini dapat menyebabkan seorang anak belajar dan berkembang lebih lambat dibandingkan anak lain seusianya. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berbicara, berjalan, berpakaian, atau makan tanpa bantuan, dan biasanya akan mengalami kesulitan saat belajar di sekolah.
Ia juga menjelaskan bahwa anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, merupakan kelompok yang paling rentan terhadap infeksi tuberkulosis. Kementerian Kesehatan mencatat bahwa pada tahun 2022, terdapat 100.726 anak di Indonesia yang terinfeksi TB, dengan rincian 57.024 di antaranya berusia 0-4 tahun. TB adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri
*Mycobacterium tuberculosis* dan dapat menyebar melalui udara, menurut penjelasan Fahrul. Selain menyerang paru-paru, TB juga dapat mempengaruhi kulit, mata, dan organ lainnya. "Anak-anak sangat rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang, sehingga penting bagi orangtua untuk memahami gejala dan cara pencegahan terkait TB," tambahnya.
TB dapat Menyebar Melalui Udara
Fahrul menjelaskan bahwa tuberkulosis (TB) dapat menyebar melalui udara, terutama ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Setiap kali seseorang bersin, sekitar 1000 kuman dapat terlepas. Anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular TB jika ada anggota keluarga yang menderita TB aktif. Selain itu, ventilasi yang tidak memadai di rumah dapat meningkatkan kemungkinan penularan karena kuman dapat beredar di dalam ruangan.
"Disarankan agar rumah mendapatkan sinar matahari, karena paparan sinar matahari dapat membunuh kuman," tambahnya.
Orangtua Harus Mengenali Tanda-Tanda TB pada Anak
Apabila anak terinfeksi TB, mereka mungkin akan menunjukkan beberapa tanda-tanda berikut:
- Batuk yang berlangsung lama, yaitu batuk yang terus menerus tanpa henti selama lebih dari dua minggu;
- Demam yang bertahan lebih dari dua minggu;
- Penurunan berat badan;
- Anak mengalami berkeringat di malam hari meskipun berada di ruangan yang dingin dan tidak melakukan aktivitas fisik;
- Anak tampak kurang berenergi dan lemas;
- Ada pembesaran pada kelenjar getah bening.
Apa yang Harus Dilakukan jika Anak MenunjukkanTtanda-tanda TB?
Apabila orangtua menemukan bahwa anaknya menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis (TB), mereka harus segera membawanya ke fasilitas kesehatan. "Segera lakukan pemeriksaan di faskes terdekat seperti puskesmas, dokter anak, atau dokter spesialis paru anak, serta lakukan pemeriksaan laboratorium dan ikuti arahan dokter," ungkap Fahrul.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika anak sudah terdiagnosis positif TB?
"Langkah yang diambil adalah melakukan isolasi dan pencegahan penularan. Pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup dan pantau pengobatan serta perkembangan kesehatannya, lakukan skrining terhadap anggota keluarga lain yang tinggal serumah, serta jaga kebersihan dan sirkulasi udara," jelas Fahrul.
Ia juga menekankan pentingnya vaksin BCG untuk bayi baru lahir sebagai langkah pencegahan terhadap TB, karena lebih baik mencegah daripada mengobati. Selain vaksinasi, pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat, yang dapat meningkatkan energi dan daya tahan tubuh untuk melawan kuman. Jangan lupa juga untuk mengonsumsi obat pencegahan TB (TPT).
"Ini bukan merupakan terapi, melainkan langkah pencegahan yang diberikan kepada anak di bawah lima tahun yang memiliki risiko tinggi terpapar TB karena tinggal satu rumah dengan penderita," tambahnya.