Apakah Donor Plasma Konvalesen Bisa Dilakukan oleh Semua Penyintas COVID-19?
Merdeka.com - Salah satu cara yang biasa dilakukan terhadap penderita COVID-19 adalah pemberian plasma konvalesen. Cara ini dianggap bisa membantu untuk mengatasi infeksi COVID-19 yang dialami seseorang.
Terapi plasma konvalesen adalah terapi yang dilakukan dengan pemberian plasma atau cairan darah. Cairan ini diambil dari seseorang yang memiliki zat antibodi terhadap penyakit tertentu dan diberikan kepada pasien yang sedang sakit.
Dalam situasi pandemi COVID-19, donor plasma konvalesen memiliki tujuan memberi antibodi virus SARS-CoV-2 kepada penerima donor (resipien).
Lantas apakah semua penyintas COVID-19 dapat menjadi pendonor plasma konvalesen?
Menurut Ketua Kolegium Kedokteran Indonesia dr. Putu Moda Arsana, SpPD-KEMD, FINASIM semua orang yang sembuh dari COVID-19 bisa jadi donor konvalesen jika dalam plasmanya mengandung antibodi dalam jumlah tertentu.
“Akan tetapi, tidak semua penyintas mempunyai antibodi yang tinggi dalam plasmanya sehingga tidak memenuhi syarat menjadi donor,” ujar Putu dalam seminar daring Plasmahero.id beberapa waktu lalu.
Syarat Jadi Pendonor
Berdasarkan penjelasan di atas, Putu menyimpulkan bahwa orang yang bisa menjadi pendonor hanyalah orang yang pernah terkena COVID-19 (penyintas).
Di samping itu, ada pula beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh calon pendonor yakni:
-Mempunyai antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 dalam darahnya dengan kadar (titer) tertentu. Pada umumnya, titer diukur dengan jumlah pengenceran yang masih positif. Semakin banyak pengencerannya maka semakin tinggi titernya.
-Sudah tidak membawa virus dalam tubuhnya yang dilihat dari tes PCR negatif.
-Plasmanya tidak mengandung kuman tertentu yang berbahaya bagi penerima (resipien).
-Bersedia menjadi donor.
Selain itu, ada pula syarat bila hendak menjadi penerima donor yakni:
-Mempunyai golongan darah (AOB Sistem) yang sama dengan pendonor.
-Bersedia menerima plasma konvalesen.
Akibat Jika Penyintas diambil Plasmanya
Putu menambahkan, ada anggapan bahwa pengambilan plasma untuk didonorkan akan membuat plasma tubuh menjadi berkurang dan membahayakan bagi pendonor. Padahal, anggapan tersebut tidak benar.
“Pada umumnya tidak didapatkan efek samping yang berarti jika seorang donor diambil plasmanya,” kata Putu.
“Karena cairan plasma yang diambil dengan alat plasmapheresis diganti dengan cairan albumin pada saat yang sama,” tandasnya.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaKombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bagaimana Seseorang Bisa Sembuh dari HIV?
Sebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca SelengkapnyaCovid-19 Meningkat, Kemenkes Siapkan Vaksin Booster Ke-3 Gratis Sampai 31 Desember
Vaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaCovid-19 Naik Lagi, Kemenkes akan Beri Vaksin Booster Ketiga Untuk Masyarakat
Rencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaAntisipasi Covid-19 dan Pneumonia, 5 Pendeteksi Suhu Tubuh Dipasang di Bandara I Gusti Ngurah Rai
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi lonjakan Covid-19 dan temuan mycoplasma pneumonia di luar negeri.
Baca Selengkapnya