Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Perlu Menerima Imunisasi untuk Cegah Pneumonia
Pada anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, penting untuk mencegah pneumonia dengan imunisasi.
Anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB) memiliki risiko kesehatan yang lebih besar dibandingkan anak-anak normal. Salah satu risiko yang sering dihadapi adalah infeksi paru-paru yang berulang, termasuk pneumonia. Oleh karena itu, imunisasi menjadi langkah penting yang harus dilakukan untuk melindungi anak-anak dengan PJB dari infeksi yang lebih berat.
Ahli kardiologi anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM), dr. Sarah Rafika Nursyirwan, Sp.A(K), menegaskan bahwa imunisasi pada anak-anak dengan PJB sangatlah penting.
-
Bagaimana mencegah pneumonia pada anak? Berikut adalah beberapa cara mencegah pneumonia pada anak: Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi. ASI eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak dan melindunginya dari infeksi bakteri, virus, atau jamur yang dapat menyebabkan pneumonia.
-
Bagaimana mencegah pneumonia anak? 'Vaksinasi, menjaga jarak dengan orang yang sakit, tidak berpergian ketika sakit, datang ke dokter, dan mendapatkan perawatan jika dibutuhkan,' terang Januar dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah Pneumonia pada anak? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi berbagai langkah intervensi untuk mencegah pneumonia pada anak-anak. Banyak dari langkah-langkah ini berfokus pada peningkatan gizi dan mengurangi paparan terhadap faktor risiko lingkungan dan sosial.
-
Mengapa pneumonia anak perlu diwaspadai? Mycoplasma pneumonia menjadi perhatian penting dalam kesehatan anak-anak.
-
Bagaimana cara mengatasi pneumonia pada anak? Cara mengatasi pneumonia pada anak merupakan komponen penting dari strategi untuk mengurangi angka kematian anak. Imunisasi terhadap Hib, pneumokokus, campak dan batuk rejan (pertusis) merupakan cara paling efektif untuk mencegah pneumonia. Nutrisi yang cukup merupakan kunci untuk meningkatkan pertahanan alami anak, dimulai dengan pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupannya. Selain efektif dalam mencegah pneumonia, hal ini juga membantu mengurangi lamanya penyakit jika seorang anak jatuh sakit. Mengatasi faktor lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan (misalnya dengan menyediakan kompor dalam ruangan yang bersih dan terjangkau) dan mendorong kebersihan yang baik di rumah yang ramai juga mengurangi jumlah anak yang terkena pneumonia. Pada anak yang terinfeksi HIV, antibiotik kotrimoksazol diberikan setiap hari untuk mengurangi risiko tertular pneumonia.
-
Siapa yang terdampak pneumonia anak? Mycoplasma pneumonia adalah infeksi yang menular melalui droplet di udara saat batuk atau bersin, menyerang tidak hanya anak-anak usia sekolah tetapi juga orang dewasa.
“Nggak hanya anak normal yang penting apalagi PJB karena dia berisiko infeksi paru berulang, nggak hanya saluran napas atas tapi lebih ke bawah lebih berat yaitu radang paru atau pneumonia,” kata dr. Sarah dalam sebuah diskusi daring dilansir dari Antara.
Anak dengan PJB tidak memiliki kontraindikasi untuk melakukan imunisasi. Artinya, anak-anak tersebut tetap harus mendapatkan imunisasi lengkap layaknya anak-anak sehat lainnya. Bahkan, imunisasi pada anak PJB menjadi krusial untuk mencegah infeksi yang dapat memperparah kondisi kesehatan mereka. Beberapa imunisasi yang sangat penting untuk anak dengan PJB adalah imunisasi Pneumokokus (PCV), Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT), serta imunisasi rotavirus yang mencegah infeksi saluran cerna.
Jika jadwal imunisasi terlewat atau tidak lengkap, dr. Sarah menekankan bahwa imunisasi tersebut harus segera dikejar agar perlindungan terhadap infeksi dapat optimal.
“Kalau dia terlambat perlu di catch up, justru harus dikejar supaya proteksi dirinya agar tidak terkena infeksi berulang, agar nggak banyak kondisi penyulitnya,” ucap dr. Sarah.
Penyakit jantung bawaan sering kali sudah dapat dideteksi pada bayi baru lahir. Salah satu faktor risiko utama adalah keturunan, terutama jika orang tua atau saudara kandung mengalami PJB. Gejala awal pada bayi dengan PJB seringkali meliputi sesak napas, mudah lelah, serta menyusu yang terputus-putus akibat cepat lelah dan berkeringat. Tanda-tanda ini bisa menjadi peringatan bagi orang tua untuk segera memeriksakan anaknya ke dokter.
Namun, ada juga kasus di mana anak dengan PJB tidak menunjukkan gejala yang spesifik saat bayi, dan kondisi ini baru ditemukan ketika mereka sudah lebih besar. Penemuan PJB secara tidak sengaja bisa terjadi ketika anak dibawa ke dokter untuk imunisasi atau pemeriksaan kesehatan lainnya, seperti saat mengalami diare.
“Di-cek ternyata ada bising jantung jadi ditemukan secara accidental, waktu dievaluasi lebih lanjut dari EKG, ronsen toraks, USG Ekokardiografi ternyata ada jantung bawaan bisa saja ketemu seperti itu,” ungkap dr. Sarah.
Orang tua juga perlu mengenali tanda-tanda penting yang mengindikasikan anak mereka mungkin memiliki penyakit jantung bawaan. Beberapa tanda yang harus diwaspadai antara lain adalah perubahan warna pada bagian tubuh tertentu seperti punggung, mulut, dan lidah yang membiru, serta saturasi oksigen yang rendah, biasanya di bawah 95 persen.
Penting bagi setiap orang tua untuk memahami bahwa imunisasi bukan hanya melindungi anak-anak dari penyakit menular, tetapi juga menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan anak dengan PJB dari infeksi yang dapat memperburuk kondisi jantung mereka. Dengan imunisasi yang lengkap dan sesuai jadwal, anak-anak dengan PJB dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan terhindar dari komplikasi serius seperti pneumonia.