6 Hal yang Berisiko Membuat Anak Jadi Obesitas
Merdeka.com - Masalah kegemukan atau obesitas merupakan salah satu ancaman kesehatan yang nyata. Kondisi ini tidak hanya mengancam orang dewasa saja namun juga pada anak-anak bahkan pada usia sangat dini.
Seorang penderita obesitas mudah sekali mengalami masalah kesehatan lain seperti kecemasan atau depresi dibanding pada anak lain. Selain itu, potensi penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan asma juga meningkat ketika seorang anak mengalami obesitas.
Masalah ini muncul biasanya dipicu karena gaya hidup tak tepat berupa pola makan, kurang olahraga, atau juga faktor genetik. Dilansir dari The Health Site, berikut enam hal yang umum jadi penyebab obesitas pada anak-anak.
Porsi Makan
Berdasar WHO, membatasi porsi makan anak dapat membantu menurunkan risiko obesitas. Hal ini terjadi karena seseorang biasanya cenderung makan lebih banyak dari kebutuhan ketika porsi makan yang disajikan cukup besar.
Konsumsi Makanan yang Tak Tepat
Konsumsi Makanan Olahan
Konsumsi makanan dan minuman manis serta olahan seperti jus buah kemasan, susu cokelat, saus, roti, keju, dan sebagainya dapat menjadi penyebab obesitas pada anak. Berbagai makanan dan minuman tersebut mengandung sangat banyak kalori tanpa nilai nutrisi sama sekali sehingga sebaiknya dihindari.
Kekurangan Lemak Sehat
Mengonsumsi makanan dengan kandungan lemak sehat bisa menurunkan risiko seseorang mengalami obesitas. Hal ini terjadi karena makanan seperti avokad, yogurt, minyak kelapa, dan sebagainya merupakan makanan kompleks yang memiliki kandungan nutrisi penting bagi tubuh.
Faktor Lain yang Berpengaruh
Kurang Gerak
Obesitas tidak muncul seketika namun terjadi secara bertahap. Ketika seorang anak kurang gerak, energi yang ada di tubuhnya tidak seimbang karena kalori yang ada tak dapat terbakar. Penumpukan kalori di dalam tubuh ini menyebabkan munculnya obesitas.
Stres
Terpisah dari orangtua ketika kecil dapat menyebabkan masalah kecemasan dan stres pada anak-anak. Perasaan ini kemudian mendorong anak untuk makan lebih banyak demi menjaga ketenangan mereka yang pada akhirnya berujung menjadi obesitas.
Masalah Hormon
Ketika hormon yang dimiliki seorang anak tidak imbang, maka mungkin dapat terjadi masalah obesitas ini. Perubahan atau masalah pada hormon pencernaan dapat mempengaruhi sinyal pada tubuh yang menyatakan bahwa kamu telah kenyang. Hal ini dapat menyebabkan anak jadi kebanyakan makan dan akhirnya alami obesitas.
Waspadai enam hal tersebut sebagai pemicu terjadinya obesitas pada anak. Menerapkan gaya hidup dan pola makan yang tepat sejak kecil merupakan upaya yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah anak mengalami masalah obesitas.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Obesitas bisa menjadi masalah kesehatan yang memicu berbagai penyakit. Penting untuk membuat anak terhindar dari obesitas sejak mereka masih kecil.
Baca SelengkapnyaHal-hal yang perlu diwaspadai supaya anak tidak mengalami obesitas. Penyebab obesitas umumnya terjadi karena tiga faktor, yaitu perilaku, lingkungan dan genetik
Baca SelengkapnyaObesitas adalah kondisi di mana seseorang memiliki berat badan yang berlebihan akibat penumpukan lemak tubuh yang abnormal atau berlebihan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Obesitas adalah masalah kesehatan yang semakin meningkat di seluruh dunia, dan pola makan yang tidak sehat adalah salah satu faktornya.
Baca SelengkapnyaDari risiko penyakit jantung hingga obesitas, kurangnya aktivitas fisik dapat membuka pintu bagi berbagai masalah kesehatan yang seharusnya bisa dihindari.
Baca SelengkapnyaMeski tampak sama, sebenarnya terdapat perbedaan yang signifikan antara overweight dan obesitas.
Baca SelengkapnyaObesitas dan perut buncit ternyata bikin kinerja otak menjadi lelet, hal itu didukung oleh sebuah penelitian dari Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya1000 Hari pertama merupakan masa penting bagi pertumbuhan bayi yang bisa dimaksimalkan oleh orangtua.
Baca SelengkapnyaPrediabetes adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes tipe 2.
Baca Selengkapnya