Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Raja Haji, pecundangi tentara Belanda 2 kali

Raja Haji, pecundangi tentara Belanda 2 kali Raja Haji. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Nama Raja Haji Fisabilillah memang tidak setenar Tuanku Imam Bonjol atau Pangeran Antasari. Namun, kisah heroiknya dalam melawan penjajahan Belanda di Riau, tidak kalah hebat dengan deretan nama pahlawan nasional lainnya. Karena keberanian Raja Haji inilah, pemerintah menobatkannya sebagai pahlawan nasional pada tahun 1997.

Raja Haji Fisabilillah lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau pada tahun 1725. Pada usia 52 tahun, tepatnya tahun 1777, Raja Haji diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda (YDM) yang bertugas menjalankan pemerintahan Kerajaan Riau-Lingga.

Sewaktu menjabat sebagai YDM, Raja Haji berhasil memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya dengan pengelolaan rempah-rempah dan timah sebagai komoditas utama. Selain itu dia membenahi berbagai hal, ciri keberhasilannya tertuang dalam budaya rakyatnya yang kental dengan nuansa Islami.

Keberadaan tentara Belanda di Malaka, mendorong Raja Haji membangun pertahanan militernya. Raja Haji menjadikan Pulau Penyengat sebagai pusat pertahanan, dan menempatkan prajurit terbaiknya di beberapa tempat rawan perang. Meski demikian Raja Haji tidak pernah mendahului mengibarkan bendera peperangan kepada pasukan kompeni itu.

Melihat potensi yang dimiliki Kerajaan Riau-Lingga, membuat Belada tergiur untuk menguasai. Pada tahun 1782, Belanda secara terang-terangan mengerahkan angkatan lautnya mengepung Pulau Penyengat, pusat pemerintahan Kerajaan Riau-Lingga.

Pertempuran pecah di atas bumi Nusantara. Seperti dikutip dari Kisah Heroik Pahlawan Nasional tulisan Amir Hendarsah, angkatan laut Belanda mengepung Pulau Penyengat, tanpa ampun mereka ingin secepatnya merebut wilayah kerajaan. Namun, karena kuatnya pertahanan dan militer Raja Haji, membuat Belanda tidak bisa segera mewujudkan keinginannya.

Berbagai teknik peperangan dilakukan, namun semua usaha tidak membuahkan hasil. Kerugian Belanda tidak terhitung lagi jumlahnya, mulai dari kapal perang hingga prajurit. Kondisi ini membuat Belanda mengatur ulang strategi dengan melakukan gencatan senjata.

Selama gencatan senjata, Belanda kembali mendatangkan kapal perang yang lebih besar ke perairan Riau yang mengakibatkan meletupnya pertempuran untuk kedua kalinya. Kondisi ini membuat medan pertempuran semakin melebar. Untuk menghadapi kekuatan Belanda, Sultan Haji bersekutu dengan Sultan Selangor untuk memerangi tentara Belanda di Malaka pada tahun 1784.

Tidak terima dengan kekalahan untuk kedua kalinya, Belanda kembali menjajal kekuatan Raja Haji dengan menambah lagi pasukan dalam jumlah besar. Hingga akhirnya terjadi pertempuran besar sewaktu tentara gabungan pimpinan Raja Haji, menyerang pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang Belanda. Dalam pertempuran ketiga, Raja Haji tewas setelah badannya tertusuk timah panas.

Pasca meninggalnya Raja Haji, tahta kerajaan Riau-Lingga dilanjutkan Sultan Mahmud Syah. Belanda sendiri mengikat Riau dengan perjanjian yang memberikan keuntungan lebih untuk Belanda. Seperti kebebasan mengatur administrasi dan ekonomi.

Hingga pada tahun 1799 ketika VOC mengalami kebangkrutan, dan pengambil alihan peran Belanda di Riau oleh Inggris. Kerajaan Riau-Lingga kembali mendapatkan kedaulatannya setelah diberikan kemerdekaan oleh kerajaan Inggris.

(mdk/war)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda

18 Februari: Kelahiran Singsingamangaraja XII, Sosok Raja di Negeri Toba yang Getol Melawan Belanda

Sisingamangaraja XII juga dikenal sebagai Raja Tuan Marhajan Siregar, adalah seorang pahlawan dari Tanah Batak.

Baca Selengkapnya
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir

Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir

Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kouta Haji 2024 Sebesar 20 Ribu, Menag: Jemaah Reguler 50 Persen dan Khusus 50 Persen

Kouta Haji 2024 Sebesar 20 Ribu, Menag: Jemaah Reguler 50 Persen dan Khusus 50 Persen

Komposisi itu dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan jemaah haji.

Baca Selengkapnya
Tutup Bimtek PPIH Arab Saudi 2024, Menag: Layani Jemaah Haji Seperti Orang Tua & Keluarga Sendiri

Tutup Bimtek PPIH Arab Saudi 2024, Menag: Layani Jemaah Haji Seperti Orang Tua & Keluarga Sendiri

Adapun kuota jemaah haji tahun 2024 ini mencapa 241 ribu orang.

Baca Selengkapnya
Terungkap, Ini Alasan 820 Jemaah Meninggal Usai Pelaksanaan Puncak Haji 2023

Terungkap, Ini Alasan 820 Jemaah Meninggal Usai Pelaksanaan Puncak Haji 2023

Angka kematian tersebut menjadi tertinggi selama penyelenggaraan ibadah haji.

Baca Selengkapnya
Banjir di Kota Pangkalpinang, 458 Rumah Terendam

Banjir di Kota Pangkalpinang, 458 Rumah Terendam

Saat ini petugas sudah disiagakan di kota Pangkalpinang untuk memantau wilayah rawan bencana.

Baca Selengkapnya
Tak Banyak yang Tahu, Begini Sejarah Pekan Raya Jakarta yang Dulunya Acara Perayaan Ulang Tahun Ratu Belanda

Tak Banyak yang Tahu, Begini Sejarah Pekan Raya Jakarta yang Dulunya Acara Perayaan Ulang Tahun Ratu Belanda

Dulunya Pekan Raya Jakarta merupakan acara untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda.

Baca Selengkapnya
Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang

Mengulik Kisah Gunung Kendeng di Sragen, Menjadi Tempat Peristirahatan Terakhir Sang "Dewa Judi"

Pada zaman penjajahan, bukit itu juga menjadi markas prajurit Belanda

Baca Selengkapnya