Merdeka.com - PERTANYAAN:

Apakah hukumnya memasang perangkat lunak (software) Alquran di dalam perangkat handphone, sedangkan terkadang kita membawa handphone ke tempat membuang hajat?

JAWABAN DR MUHAMMAD ARIF:

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya kita melihat hukum membawa mushaf Alquran ke kamar mandi atau WC.

Para ulama sepakat bahwa mushaf Alquran harus dimuliakan, mengingat merupakan tulisan yang berisi mukjizat terbesar, yaitu firman Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32). Salah satu wujud memuliakan mushaf Alquran adalah dengan tidak membolehkan orang yang berhadas untuk menyentuhnya, selain juga tidak membolehkan untuk membawanya masuk ke dalam WC.

Meskipun kebanyakan ulama mengharamkan bagi seseorang untuk membawa mushaf Alquran ke dalam kamar mandi atau WC, namun terdapat perbedaan pandangan.

Para ulama dari mazhab Al Malikiyah secara tegas mengharamkan bagi kita yang masuk ke WC sambil membawa mushaf. Dalil-dalil yang mendasari antara lain Hadis Riwayat Abu Dawud bahwa: "Bila Rasulullah SAW masuk ke dalam WC, beliau melepas cincinnya." Sementara itu, Asy Syafi'iyah dan Al Hanafiyah tidak mengharamkan secara mutlak, melainkan memakruhkan.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menjelaskan jika seseorang yang menaruh mushaf dalam sakunya kemudian masuk ke kamar mandi, maka dia tidak berdosa, karena mushaf tersebut tidak dalam keadaan terbuka, melainkan tertutup dalam saku. Kondisi seperti itu tidak berbeda dengan seorang hafidz yang masuk ke kamar mandi sementara dalam hatinya terdapat seluruh isi Alquran. Prinsip dasarnya terletak pada penghormatan terhadap Alquran tersebut. Jika seseorang masuk kamar mandi dengan membawa mushaf dalam sakunya, sedangkan ia tetap meghormati Alquran dengan cara menutupnya, maka hal ini tidaklah mengapa. Adapun jika mushaf itu tampak terlihat, maka perbuatan tersebut dilarang karena mengindikasikan tidak menghormati Alquran.

Menurut Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al Ilmiah Wal Ifta, membawa mushaf di saku adalah boleh, namun ketika akan masuk WC terlebih dahulu harus meletakkan mushaf tersebut di tempat yang layak sebagai bentuk pengagungan dan penghormatan terhadap kitab Allah. Namun bila dalam keadaan terpaksa harus membawa mushaf, karena takut dicuri orang bila ditinggal di luar misalnya, maka boleh membawanya masuk dengan alasan karena darurat.

Bagaimana jika membawa perangkat lunak (software) Alquran di dalam handphone ke WC?

Jumhur ulama berpendapat bahwa membawa sesuatu yang terdapat tulisan nama Allah atau sesuatu dari ayat Alquran ke WC adalah makruh. Sebagaimana pendapat jumhur ulama madzab Hanafi, Syafi’i, maupun Maliki yang mengatakan bahwa makruh memasuki kamar mandi atau WC dengan membawa dirham yang di atasnya terdapat dzikrullah atau sesuatu dari ayat-ayat Alquran jika dirham-dirham itu terbuka atau tidak tertutupi. Namun, jika dirham itu tertutupi maka tidaklah makruh. Ini adalah salah satu riwayat dari Imam Ahmad, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hani’.

Bercermin pada kasus dirham tersebut, beberapa ulama berpendapat, boleh saja membawa handphone ke kamar mandi atau WC meskipun di dalamnya terdapat software Alquran asalkan handphone tersebut dalam keadaan off (mati). Argumentasinya, dari segi pemanfaatan, wujud fisik handphone berbeda dengan mushaf Alquran. Bahwa handphone baru bisa menampilkan tulisan ayat-ayat Alquran atau lantunan ayat-ayat suci jika dalam keadaan on (aktif). Sementara, dalam keadaan off (mati), tulisan atau lantunan ayat-ayat suci sebagaimana dimaksud tidak tampak atau tidak terdengar sama sekali.

Wallahu a’lam bis-shawab.