Profil
Rabindranath Tagore
Rabindranath Tagore adalah seorang polymath Bengali yang membentuk kembali sastra dan musik daerahnya, dan juga penulis dari Gitanjali. Ia menjadi non-Eropa pertama yang memenangkan penghargaan Nobel Prize in Literature tahun 1913. Dalam versi terjemahan, puisinya dipandang sebagai suatu yang spiritual, ditambah kepribadiannya yang tampak menghipnotis, rambut yang melambai, dan pakaiannya memberikan kesan seperti nabi bagi kaum Barat. Tagore memperkenalkan prosa baru dengan sajak-sajak baru serta penggunaan bahasa sehari-hari ke dalam sastra Bengali, demikian demikian, ia melepaskan model tradisional yang didasarkan pada klasik Sansekerta. Tagore sangat berpengaruh dalam memperkenalkan yang terbaik dari budaya India ke dunia Barat dan sebaliknya, ia dianggap sebagai seniman kreatif yang luar biasa dari India modern.
Tagore menulis puisi sejak usia delapan tahun. Di usia enam belas, ia merilis puisi substansial pertamanya dengan nama samaran Bhanusi?ha yang mengartikan “Singa Matahari”, dan dikatakan oleh pihak yang berwenang sebagai sastra klasik yang telah hilang. Sebagai eksponen dari Renaissance Bengal, ia memajukan aturan luas yang meliputi lukisan, sketsa, ratusan teks, dan sekitar dua ribu lagu, warisannya bertahan di lembaga yang didirikannya, Visva-Bharati University.
Tagore memodernisasi seni Bengali dengan menolak bentuk klasik kaku dan menentang stricture linguistik. Novelnya, cerita, lagu, tari-drama, dan esai yang membicarakan topik politik dan pribadi. Gitanjali (Song Offerings), Gora (Fair-Faced), and Ghare-Baire (The Home and the World) adalah karyanya yang paling terkenal serta syair. Komposisi ciptaannya dipilih oleh dua negara sebagai lagu kebangsaan: Jana Gana Mana (India) dan Amar Shonar Bangla (Bangladesh).
Riset dan analisa oleh : Shallysa Rachmi A