Wartawan pengungkap Prabowo hina Gus Dur kini dalam ancaman
Merdeka.com - Wartawan Amerika Serikat, Allan Nairn, yang mempublikasikan wawancara Prabowo yang mengaku malu memiliki presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) karena buta, kini berada dalam ancaman.
Dalam wawancara dengan program televisi "Democracy Now" tanggal 27 Juli 2014, Allan mengaku menjadi target TNI. "After my piece came out, there’s been an uproar in the Indonesian press. The army declared that I am an operational target. One of the spokesmen for Prabowo said that I was an enemy of the nation. (Setelah wawancara itu dibuka, pers Indonesia heboh. Tentara menyatakan saya menjadi target operasi. Salah satu juru bicara Prabowo mengatakan saya dulu musuh bangsa (Indonesia)," kata Allan dalam wawancara jarak jauh.
Allan yang saat ini berada di Jakarta menyatakan silakan menangkap dirinya jika mau. Allan menjamin isi wawancara dengan Prabowo tersebut seratus persen benar dan siap membuktikan di pengadilan jika Prabowo tidak terima. "I also said to General Prabowo, who has—his people have reacted very angrily against my article, denying it, making all sorts of outrageous statements—that if he wants to deny it, he should face me in Indonesian court of law. (Saya juga menyampaikan kepada Jenderal Prabowo agar –(karena) para pendukungnya bereaksi sangat marah terhadap artikel saya, menyangkal, membuat berbagai macam pernyataan yang menghina – kalau mau menyangkal (isi wawancara tersebut), dia harus menghadapi saya di pengadilan Indonesia," kata Allan dalam wawancara tersebut.
Allan juga siap membongkar bahwa selama ini Prabowo didukung Amerika Serikat. "I can talk about the U.S. role in backing Prabowo. So, I welcome the general taking up that challenge, but he hasn’t done so yet. (Saya bisa juga mengungkap fakta mengenai peran AS yang membacking Prabowo. Maka, saya siap menerima tantangan Sang Jenderal, tapi dia tak juga melakukan)," katanya.
Dalam wawancara dengan Allan Nairn pada 2001, Prabowo mengatakan malu memiliki presiden buta seperti Gus Dur. "Militer pun bahkan tunduk pada presiden buta! Bayangkan! Coba lihat dia, bikin malu saja! Lihat Tony Blair, Bush, Putin. Mereka muda, ganteng dan sekarang presiden kita buta!" kata Prabowo sebagaimana disampaikan dalam wawancara dengan Allan Nairn yang baru dibuka pertengahan Juni 2014. Selain itu, Prabowo juga menyatakan rakyat Indonesia belum siap berdemokrasi dan menyatakan siap disebut fasis. (skj)
(mdk/cza)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo Sedih Dikasih Nilai 11 Dari 100
Prabowo tidak ambil pusing dengan nilai yang diberikan kepadanya itu. Dengan logat betawi, ia menyebut tak mau memikirkannya.
Baca SelengkapnyaAHY Dukung Prabowo Rangkul Partai di Luar Koalisi: Kembalikan ke Pemimpin Kita
AHY mendukung Prabowo Subianto menarik sejumlah partai politik di luar koalisi masuk ke dalam kabinetnya.
Baca SelengkapnyaPrabowo Puji Surya Paloh: Dulu Muda Keras, Bertambah Usia Semakin Arif
Prabowo Subianto menghargai sikap partai NasDem yang mau kembali rukun setelah Pilpres 2024 selesai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Prabowo ke Relawan: Jangan Pulang Usai Nyoblos, Awasi Perhitungan
Prabowo lalu menyinggung politik uang yang rawan terjadi di masa pemilu.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Prabowo Mendapat Julukan Sahabat Santri Indonesia
Prabowo menyatakan bahwa julukan ini merupakan suatu kehormatan baginya.
Baca SelengkapnyaPrabowo Ingin Temui PPP, Ini Kata Hasto PDIP
Gerindra menyebut, Prabowo akan menemui PPP usai bertemu Ketum NasDem Surya Paloh.
Baca SelengkapnyaDilaporkan Usai Serang Prabowo Soal Lahan, Anies: Kita Serahkan Kepada Bawaslu
"Sebagai warga negara tentu berhak melaporkan. . Kami serahkan kepada Bawaslu," tuturnya," kata Anies
Baca SelengkapnyaPidato Kemenangan, Prabowo Sebut Lumayan Kenal dengan Presiden Ke-2 RI, Satu Istora Senayan Tertawa 'Kalian Gak Percaya'
Saat menyebut Soeharto, Prabowo mengaku cukup kenal.
Baca SelengkapnyaPrabowo Ingatkan Indonesia Harus Mandiri: Persaingan Antar Bangsa Kejam
Hubungan antar bangsa belum tentu akan berjalan seiringan selamanya. Semua tergantung kepentingan.
Baca Selengkapnya