Merdeka.com - Mahkamah Konstitusi (MK) belum memutuskan gugatan soal sistem coblos pemilu. Namun demikian, mayoritas masyarakat menginginkan sistem coblos caleg di Pemilu 2024 mendatang dilakukan proporsional terbuka atau langsung memilih calon legislatif.

Hal itu mengacu hasil survei terbaru yang dilakukan lembaga survei Populi Center. Sebanyak 64,8 responden menginginkan sistem coblos pemilu dilakukan terbuka.

"Pada pertanyaan terkait cara untuk memilih dalam pemilu legislatif, mayoritas menjawab 64,8 persen yaitu memilih untuk memilih nama anggota legislatif artinya sistem proporsional terbuka," ungkap Deputi Direktur Eksekutif Populi Center, Rafif Pamenang, Senin (29/5).

Sementara masyarakat yang ingin sistem coblos pemilu hanya dengan mencoblos gambar partai atau proporsional tertutup sebanyak 26,8 persen. Lalu 5,6 persen responden menganggap dua sistem coblos itu sama saja, 1,7 persen tidak memahami pertanyaan dan 1,1 persen tidak menjawab.

18,2 Persen Masyarakat Tak Tahun Pemilu Depan

Survei juga dilakukan untuk menguji soal tahu tidaknya masyarakat pada gelaran Pemilihan Umum Serentak tahun 2024 mendatang.

"Data menunjukkan 81,8 persen masyarakat telah mengetahui Pemilihan Umum Serentak dilaksanakan pada tahun 2024. Sementara masyarakat yang tidak mengetahui sebanyak 18,2 persen," sambungnya.

Pada survei ini mayoritas masyarakat juga menilai demokrasi di Indonesia telah berlangsung secara baik.

"Data menunjukkan bahwa total sebesar 68,2 persen masyarakat menilai baik (sangat baik 4,1 persen, baik 64,1 persen) pelaksanaan demokrasi di Indonesia," ujar Rafif.

Sedangkan, masyarakat yang menilai demokrasi buruk sebesar 26,7 persen (buruk 22,9 persen dan sangat buruk 3,8 persen) serta 5,1 persen tidak memahami pertanyaannya.

Sekadar diketahui, survei dilakukan mulai tanggal 4 hingga 12 Mei 2023 lalu. Survei melibatkan 1.200 responden yang tersebar secara proporsional di 38 provinsi di Indonesia.

Pengambilan survei dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan metode acak bertingkat dengan margin of eror ±2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Reporter Magang: Alya Fathinah