Merdeka.com - Warga perkotaan lebih banyak menolak pemilu ditunda dibanding warga pedesaan. Dalam survei LSI Denny JA, ada 71,8 persen penduduk kota yang sangat tidak setuju penundaan pemilu. Sedangkan, penduduk desa 65,8 persen.

Peneliti LSI Denny JA Ikrama Masloman menyebut, warga kota umumnya lebih mengikuti dan mendiskusikan informasi politik dan pemerintahan dibandingkan dengan mereka di desa. Mereka pun lebih sensitif terhadap isu hak asasi dan demokrasi.

"Di pemilih yang tinggal di perkotaan, sebesar 71.8 persen menyatakan menolak penundaan pemilu. Dan di pemilih yang tinggal di pedesaan, sebesar 65.8 persen menentang isu penundaan pemilu," kata Ikrama dalam paparan surveinya, Kamis (10/3).

Sementara, di segmen pemilih berdasarkan gender sebanyak 73.1 persen laki-laki menyatakan menolak penundaan pemilu. Sedangkan, pemilih perempuan 64.6 persen.

Selain itu, pemilih yang mengidealkan sistem demokrasi sebagai sistem bernegara, ada 71.2 % responden menentang wacana penundaan pemilu.

Sedangkan, pemilih yang mengidealkan sistem negara berdasarkan agama, sebanyak 65% responden menyatakan menolak isu penundaan pemilu.

Survei tatap muka terbaru LSI Denny JA yang dilengkapi dengan riset kualitatif pada tanggal 23 Februari - 3 Maret 2022, menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia.

Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2.9 %. Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif (analisis media dan indepth interview), untuk memperkuat temuan dan analisis.