'Semesta mendukung AHY jadi pemimpin'
Merdeka.com - Partai Demokrat terus menjajaki koalisi dengan partai di luar pendukung Joko Widodo. Para pimpinan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Gerindra sudah bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku ketua umum partai. Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih jadi pilihan utama sebagai calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres).
Kader Partai Demokrat yakin AHY maju dalam kontestasi Pilpres 2019. Mereka merasa alam semesta mendukung. Ini berdasarkan waktu dan persyaratan. Sebab dalam aturan untuk maju menjadi capres dan cawapres minimal berusia 40 tahun. Sedangkan waktu akhir pendaftaran Pilpres tepat tanggal 10 Agustus 2018.
Kondisi ini dibaca Wakil Sekjen Partai Demokrat Putu Supadma Rudana sebagai keajaiban. Tepat tanggal 10 Agustus nanti, AHY tepat berulangtahun ke-40. Usia tersebut sudah sesuai aturan di konstitusi menyebut bahwa capres dan cawapres minimal 40 tahun.
Pihaknya juga melihat kondisi di Indonesia mengalami perubahan dengan hadirnya banyak generasi milenial. Bukan menjadi penghalang. Justru, kata dia, ini menjadi keuntungan bagi AHY bila resmi maju di Pilpres 2019.
"Artinya alam semesta mendukung AHY. Pemimpin itu dukungannya harus komprehensif. Dukungan partai koalisi, dukungan fisik dari semua pihak, warga semua dan dukungan alam semesta. pemimpin memang ada zamannya. Zaman memilih pemimpinnya. Mungkin itu jawabannya, AHY zamannya sekarang," kata Supadma kepada merdeka.com, Kamis kemarin.
Menurut Supadma, ketua Kogasma Partai Demokrat tersebut tak pernah sulit bekerja sama dengan siapa saja. Termasuk untuk urusan Pilpres. Sebagai orang dekat, dirinya yakin AHY pasti siap. Termasuk bila disandingkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Namun, pihaknya sadar bahwa masih ada proses politik sebelum menghasilkan keputusan terbaik.
"Untuk AHY, siapapun yang dipasangkan nanti, beliau siap. Beliau pada prinsipnya memiliki karakter yang betul-betul mengerti namanya proses politik itu proses koalisi," ujar pria asal Bali tersebut.
Agus Yudhoyono bersalaman dengan Putu Supadma ©2018 Merdeka.com
Partai Demokrat, kata dia, sedang bersemangat. Pihaknya optimis. Terutama untuk dalam Pemilu dan Pilpres 2019. Sikap partai berlambang bintang Mercy itu sudah bulat. Tak ingin menjadi penyeimbang lagi di tahun depan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Supadma menegaskan bahwa partainya ingin menang. Sehingga mereka tidak akan sekedar ikut menjadi peserta Pemilu. Demokrat bahkan optimis mampu menghasilkan calon pemimpin. Pilihan mereka sesuai keputusan partai sudah memutuskan nama AHY. Maka itu pihaknya terus mendorong sosok tersebut.
"Artinya Demokrat ingin memenangkan pertarungan Pilpres 2019. Kita tak ingin sekedar yang ikut saja. Kita ingin menang," tegas dia.
Mengenai pilihan koalisi, Supadma menyadari partainya memutuskan pilihan. Tetapi, dari kacamatanya terlihat bahwa Demokrat saat ini lebih condong untuk bergabung dengan Partai Gerindra. Sebenarnya, kata dia, partainya ingin bergabung mendukung Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 nanti. Namun, kondisi itu sulit terjadi. Dia menyadari bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi penghalang untuk Demokrat mendukung Jokowi.
"Pak SBY itu sebenarnya penyeimbang. Kita ingin mendukung Jokowi. Tapi pintunya agak sulit. Ada sekat. Sekatnya siapa? itu ketua umum PDIP," tegas dia.
Terkait penghalang Demokrat untuk mendukung Jokowi telah disampaikan SBY dalam jumpa pers di kediamannya bilangan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis malam kemarin. Di sana dia mengaku sebenarnya Jokowi sudah meminta partainya untuk bergabung. Kala itu SBY belum memberi keputusan. Salah satu alasannya terkait tidak ada keharmonisan hubungan dirinya dengan Megawati.
Memasuki bulan Juli 2018, SBY mengaku ada perubahan dinamika politik. Dia melihat ada hambatan bagi partainya untuk merealisasikan dukungannya untuk Jokowi. Sinyal hambatan ditangkap SBY terkait pernyataan salah satu dari enam ketua umum parpol pendukung Jokowi di Istana Bogor, Senin malam pekan ini.
Pernyataan itu intinya menyebut jika ada parpol lain ingin bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi maka harus disepakati semua parpol pendukung. SBY mempunyai penafsiran sendiri terkait ucapan tersebut. "Saya ini orang tua. Saya mengerti maksudnya bahwa memang tidak mudah bagi Demokrat untuk berada di dalam," ujar SBY.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah 3 Karyawan Satu Kantor Beda Pilihan Capres Cawapres 2024, Sering Adu Argumen tapi Tidak Bermusuhan
Tak jarang mereka saling mengejek capres cawapres pilihan temannya, tapi tidak pernah berujung pertengkaran
Baca SelengkapnyaAturan Terbaru Debat Pilpres: Capres-Cawapres Tak Boleh Bertanya Pakai Singkatan
KPU menyebut, aturan ini dikeluarkan demi menghindari polemik berkelanjutan di masyarakat.
Baca SelengkapnyaAnies Lepas Tim Hukum Gugat Hasil Pemilu 2024: Harapannya Proses di MK Bisa jadi Pelajaran
Anies-Cak Imin melepas Tim Hukum Nasional (THN) untuk menggugat hasil Pemilu 2024 Mahkamah Konstitusi atau MK.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Harapan Pekerja Tembakau ke Presiden Terpilih: Jangan Kecilkan Hati 230.000 Tenaga Kerja
Ketiga pasangan calon Capres dan Cawapres, diharapkan memiliki tekad dan komitmen untuk tidak mengecilkan hati serta nasib para pekerja di IHT.
Baca SelengkapnyaCEK FAKTA: Hoaks Format Debat Capres-Cawapres 2024 Diubah Tanpa Penonton
Beredar informasi jika KPU telah mengubah format debat tanpa dihadiri pendukung atau penonton.
Baca SelengkapnyaKPU Pertahankan Format Debat Capres Cawapres, Ini Alasannya
Durasi waktu yang telah ditentukan itu memberi kesempatan yang sama bagi tiap capres atau cawapres.
Baca SelengkapnyaJelang Masa Tenang Pemilu 2024, Menpan RB Ingatkan ASN Wajib Netral dan Bebas Pengaruh Politik Tak Sehat
Sejumlah alasan mengapa ASN harus netral karena sebagai bentuk kewajiban profesionalism.
Baca SelengkapnyaPolisi Ingatkan Warga Hormati Pilihan, Jangan Menjelekkan Capres Cawapres
Kepolisian mengingatkan kepada warga agar tetap menjaga persatuan selama Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya