Merdeka.com - Pengamat politik J Kristiadi menilai, pemanggilan ketua DPD Partai Demokrat ke Cikeas, Selasa (12/6) malam, merupakan cara Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk 'menyapu' Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dari partai berlambang Mercy itu.

"Itu namanya politik nyatanya Pak SBY, bagaimana dia coba mengelimenir mas Anas, setelah ada pergantian di fraksi-fraksi sekarang mulai membangun basis kekuatan dengan mengatasnamakan semua DPD, mungkin juga deklarator dan pendiri," ungkap Kristiadi, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/6).

Menurutnya, sebenarnya ada tekanan agar SBY bisa mengembalikan politik etis yang bermartabat. "Tetapi dia harus ingat yang mau disingkirkan itu bukan orang sembarangan," lanjutnya.

Kristiadi mengakui Anas merupakan ketua umum Partai Demokrat yang memiliki basis di daerah yang kuat. Selain itu, Anas juga memiliki pendukung dari tokoh organisasi tempatnya berasal, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) atau Kahmi yang pastinya tidak akan rela Anas dilengserkan.

"Saya kira bersih-bersih ini, maka sapunya harus bersih. Sebab kalau yang hanya dibersihkan Anas, maka Anas akan mengatakan orang sapunya enggak bersih kok mau bersihkan saya," jelasnya.

"Kalau Pak SBY mau bersihkan maka selain sapunya harus bersih, kedua dia harus ambil risiko siapapun yang terkena, sanak saudara, anak dan lain-lain, maka dia harus tegas," terangnya.

Kristiadi menafsirkan upaya SBY mengumpulkan semua DPD, tanpa mengikut sertakan Anas sebagai bentuk penyingkiran terhadap ketua umum Partai Demokrat itu.

"Jadi begini loh instrumennya supaya masing-masing tidak kehilangan muka kita adakan proses semacam ini, karena tidak ada mekanisme untuk memecat dan mundur ini mungkin mekanisme seperti itu tapi ini hanya spekulasi saya saja," katanya.