Plus minus jika Risma maju Pilgub DKI
Merdeka.com - Tri Rismaharini berulang kali menolak untuk dicalonkan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017 mendatang. Dia selalu berkilah ingin terus mengabdi kepada warga Surabaya. Tetapi beberapa pihak masih percaya bahwa ibu dua anak ini sangat dibutuhkan ibukota.
Risma seakan menjadi oase dari ramainya pesta demokrasi. Namanya dianggap mampu menandingi calon inkumben Basuki Tjahaja Purnama, selain ada juga nama-nama lain seperti Sandiaga Uno, Djarot Saiful Hidayat, Yusril Ihza Mahendra dan Sjafrie Sjamsoeddin.
Mimpi memboyong Wali Kota Surabaya ini ke Jakarta masih terus tumbuh mengingat PDI Perjuangan masih belum memberikan keputusan hasil akhir penjaringannya. Dan Risma sebagai kader partai berwarna merah ini bisa maju mulus jika mendapatkan restu dari Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum.
Namun, apa dampak positif dan negatifnya jika Risma memutuskan untuk siap memimpin Jakarta?
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, jika Risma maju dalam Pilkada serentak mendatang menunjukkan meningkatnya angka kepercayaan terhadap pemimpin perempuan. Karena jumlah keterwakilan perempuan dalam Pilkada serentak 2015 masih minim.
Seperti diketahui, 116 calon perempuan dalam pesta demokrasi tahun lalu, 54 orang yang maju sebagai kepala daerah, sementara 62 lainnya maju sebagai wakil kepala daerah. Yang mana, 116 ini tersebar di 90 daerah dari 262 yang sudah terkonfirmasi ikut pilkada serentak 2015 atau sebesar 34,35 persen, yakni 76 kabupaten, 13 kota, dan 1 provinsi.
Namun, Siti mengingatkan, ikut sertanya calon perempuan ini bukan hanya dilihat sosoknya. Tetapi perlu memperhatikan rekam jejak, integritas dan kinerjanya.
"Bukan sekadar perempuan tetapi juga ada trak record, integritas, apakah yang bersangkutan jujur dan amanah. Kemudian pro-rakyat dan banyak inovasi dilakukan dan ada pengakuan baik lokal dan internasional," katanya kepada merdeka.com, Kamis (21/7) malam.
Permasalahannya adalah apakah partai berlambang banteng moncong putih ini serius akan mengusung perempuan berusia 54 tahun ini. Mengingat Risma adalah calon potensial untuk diusung sebagai Gubernur Jawa Timur.
"Sekarang tergantung apakah dia akan diambil PDIP, karena dalam posisi dia bisa saja ikut (Pilkada) yang di Jawa Timur," tutur Siti.
Menurutnya, masyarakat Jakarta saat ini sangat membutuhkan pemimpin seperti Risma yang lugas dan tegas. Walaupun begitu tetap bisa memberikan rasa aman dan edukasi.
Dan yang terpenting adalah, Siti mengungkapkan, pemimpin mampu menjadi wadah segala keluh kesah masyarakat. Namun tidak hanya ditampung, ada upaya untuk dapat menyelesaikannya.
"Tidak sekadar empati tetapi juga kepemimpinannya menyejukkan, kalau pemprov belum bisa menyelesaikannya atau mengabulkan program dengan cepat, (pemimpin) bisa menumbuhkan pemahaman dan kesabaran, jadi masyarakat tidak menggerutu," terangnya.
Sedangkan untuk sisi negatifnya, Siti dengan tegas menyampaikan tidak senang terhadap politisi yang menjadi kutu loncat. Jika Risma ke Jakarta, maka dia belum menyelesaikan sumpahnya sebagai Wali Kota Surabaya.
"Saya menginginkan siapapun dalam pelantikan bersumpah mendarmabaktikan hidupnya pada masyarakat. Itu akan hilang jika Risma ke Jakarta, maksudnya seolah-olah ini petualangan. Saya termasuk gak setuju," tegasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mensos Risma Nangis Dengar Kesusahan Warga saat Rapat dengan Komisi VIII DPR RI
Risma menangis bahkan sampai menundukan kepalanya, wajahnya pun memerah. Dia terlihap mengucap air matanya dengan tisu.
Baca SelengkapnyaSuara Pileg 2024 Melesat, Golkar Optimis Raih Kursi Ketua DPR
Meutya optimis partainya dapat menduduki posisi Ketua DPR.
Baca SelengkapnyaProfil Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting yang Meninggal Dunia Setelah Pingsan di Ruang Kerja
Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting meninggal dunia di RS Siloam, Medan, Rabu (7/2) setelah pingsan dan terjatuh di ruang kerjanya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
DPR RI Setujui Usulan Pemerintah soal Pilkada Hanya 1 Putaran
Ketua Baleg DPR RI, Supratman Andi Agtas menjelaskan pemenang Pilkada tak perlu memperoleh suara 50+1 seperti pada aturan Pilpres.
Baca SelengkapnyaSebutkan Asas Pemilu di Indonesia, Inilah Penjelasannya
Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 2017 memaparkan bahwa asas pemilu adalah langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Baca SelengkapnyaKaesang Dinilai Punya Modal Maju Pilgub DKI Jakarta
Salah satunya adalah perolehan kursi DPRD oleh PSI di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaJelang Sidang Perdana Sengketa Pilpres, Cak Imin Minta Doa ke Relawan
Cak Imin berharap agar Tim Hukum Nasional (THN) AMIN bisa sukses dalam sidang sengketa tersebut.
Baca SelengkapnyaHeru Budi Blak-blakan soal Peluang Maju Pilkada DKI Jakarta 2024: Hari Esok Penuh dengan Misteri
Heru belum mau banyak bicara isu tersebut. Dia berdalih belum memikirkan hal itu lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaJelaskan Perbedaan dengan PDIP, Kaesang: PSI yang Warna Merah Muda dan Ketumnya Muda
"Warnanya merah, tapi merah muda, beda ya yang merah muda. Ketua umumnya yang muda. Di coblos yang PSI," kata Kaesang
Baca SelengkapnyaAnak-Anak di Inggris Beri Pesan Dukungan untuk Anak-Anak Palestina dalam Unjuk Rasa di London
Anak-Anak di Inggris Beri Pesan Dukungan untuk Anak-Anak Palestina dalam Unjuk Rasa di London
Baca Selengkapnya