Patah hati Heru bakal ditinggal Ahok
Merdeka.com - Sejak jauh-jauh hari, Basuki Tjahaja Purnama, mantap menyatakan dirinya bakal maju kembali di Pilgub DKI 2017. Dia tak peduli meski tanpa kendaraan politik.
Memang, di pertengahan kepemimpinannya di DKI, Ahok, sapaan Basuki, memutuskan mundur dari Partai Gerindra yang mengusungnya di Pilgub 2012 lalu. Sebabnya, Ahok dan Gerindra punya pandangan berseberangan terkait pilkada langsung. Ahok ngotot kepala daerah di pilih rakyat, sementara Gerindra ingin kepala daerah dipilih DPRD.
Pascakeputusannya mundur dari partai besutan Prabowo Subianto, sejumlah partai politik di DPRD DKI juga mulai tak sejalan dengan gaya kerja Ahok. Hubungan Ahok dan partai di DPRD bak kucing dan tikus yang tak pernah berhenti berseteru. Sampai muncullah wacana pemakzulan Ahok sebagai gubernur DKI.
Dihadapkan pada kondisi demikian, Ahok masih ngotot ingin memimpin DKI dua periode. Singkat cerita, dibantu sekelompok orang yang membentuk relawan Teman Ahok, mantan bupati Belitung Timur itu mantap melangkah menuju 2017.
Sekitar awal tahun 2016 ini, Ahok kemudian mendeklarasikan siap maju lewat jalur independen bersama Teman Ahok. Mulanya, dia ingin mengajak wakilnya saat ini, Djarot Saiful Hidayat kembali berpasangan. Namun, Djarot tak mau bila harus meninggalkan PDIP dan maju melalui jalur perseorangan.
Dikarenakan aturan harus mencantumkan nama wakil gubernur di berkas dukungan yang dipersiapkan Teman Ahok, dia lantas memilih Kepala Badan Pemeriksa Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemprov DKI Jakarta, Heru Budi Hartono. Ahok memang pernah bercita menggandeng PNS DKI sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta saat koleganya Joko Widodo menang di Pilpres 2014 lalu.
Penunjukan Heru agaknya membuat kaget sebagian pihak. Tak terkecuali Heru. Di mata Ahok, Heru salah satu PNS yang tak neko-neko.
"Kenapa Heru? Anak udah umur 23 tahun, udah kerja dan istri kerja. Enggak ada kasus dipanggil BPK. Beberapa kali yang terkait kasus UPS dipanggil, aku gak pernah dengar Heru terlibat. Semenjak jadi wali kota enggak pernah meras," jelas Ahok sekitar bulan Maret lalu.
"Saya cuma mau buktikan ada lho PNS jujur, namanya Heru Budi Hartono. Kalau dia bagus bisa ikut misalnya jadi terpilih berarti masih ada politisi baik. Kepercayaan lebih penting," tambah dia."
Heru agak kaget saat tahu Ahok memilihnya menjadi cawagub. Meski demikian, dia mengaku sebagai bawahan hanya manut pada perintah atasan.
"Saya siap, biasa juga diajak semobil bareng. Tapi saya doakan Pak Ahok, Pak Djarot direstui. Katanya kan sudah cocok, sudah berdampingan terus, jalan Pak Ahok mulus," kata Heru.
Sampai beberapa hari setelah namanya diumumkan, Heru masih tak percaya diberi amanah. "Senyum-senyum sambil ngeliatin bener enggak. Saya kan PNS enggak pernah masuk ke ranah itu," ucap Heru semringah kala itu.
Namun pertengahan Agustus, peta politik mulai berubah. Mendadak, Ahok menyinggung-menyinggung masih membuka diri untuk PDIP dan ingin dipasangkan dengan Djarot.
"Di mana-mana kalau suami istri rujukan itu ada peluang. Kan bukan talak tiga, ini bukan talak tiga kan?" terang Ahok.
Djarot juga merespons hal serupa. Dia tidak menolak bila Ahok ingin menggandengnya kembali sebagai wakil di Pilgub 2017.
"Kemungkinan segala macem bisa. Masih bisa (balik). Banyak orang juga yang mengatakan yang terbaik itu Ahok-Djarot, kita juga harus dengar seperti itu. Dan dari hasil survei juga tingkat kepuasan masyarakat cukup baik," kata Djarot terpisah.
Melihat kemesraan keduanya, Heru hanya bisa pasrah. Heru akan bersikap legowo bila batal dipilih sebagai wakil Ahok. Dia menyerahkan sepenuhnya keputusan pada Ahok dan tidak terlalu berhasrat menjabat orang nomor dua di Ibu kota.
"Iya terserah, saya serahkan ke pak Gubernur (Ahok). Enggak mau komentar dulu ya. Diserahkan saja sama pak Ahok, saya kan cuma stafnya beliau," klaim Heru.
Di tengah kebimbangan Ahok dan kegalauan Heru, Teman Ahok terus bekerja mengumpulkan KTP dukungan. Sampai pada pertengahan Juni lalu, Teman Ahok mengumumkan telah mengumpulkan 1 juta KTP.
Setelah 1 juta KTP dukungan terkumpul, nyatanya Ahok makin galau. Dia akhirnya memutuskan maju lewat partai politik setelah bertemu dengan relawan Teman Ahok dan tiga partai pendukung.
"Malam ini kita harus menghargai parpol. Makanya tadi ngomong sama Teman Ahok, sudahlah kita pakai parpol saja lah," ujar Ahok di markas Teman Ahok, kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Rabu (27/5).
Ahok mengaku yakin jika dukungan yang datang kepadanya baik dari relawan Teman Ahok maupun parpol-parpol, sebuah pembuktian dari teori politik yang sudah dilakukannya sejak lama.
"Kalau kamu kerja benar, nggak terima suap, kerja buat rakyat, otomatis dapat pendukung. Keluar tenaga aja. Ini sudah terbukti," pungkasnya.
Soal pendamping, Ahok masih bingung. Padahal sampai beberapa hari terakhir, dia masih ingin dipasangkan dengan Heru.
Apapun keputusan akhir Ahok, Heru siap. Sampai menunggu sikap Ahok apakah akan memilihnya atau tidak, Heru belum berpikir melepas jabatannya.
Pengakuan Ahok, Heru pernah curhat. Dia akan meninggalkan pekerjaannya sebagai PNS DKI bila Ahok gagal maju kembali sebagai gubernur DKI.
"Karena kalau bapak enggak jadi gubernur pun aku enggak mau jadi PNS lagi pak, saya pun mungkin enggak dipakai orang di sini lagi pak. Itu prinsip pak Heru."
Sejauh ini, lanjutnya, Ahok memang mengenal baik sosok Heru. Meskipun urusan hak politiknya dia mengaku tak tahu apakah lebih nyaman jadi PNS atau ikut maju bersamanya menjadi wagub.
"Dia juga masih muda kan, saya enggak tahu pikirannya seperti apa, dia lebih suka karier di PNS atau apa saya enggak tahu. Pak Heru orangnya mah baik dari dulu Pak Heru juga bukan yang ambisius kok," puji Ahok.
"Yang minta jadi wagub bukan beliau juga, gara-gara Pak Djarot enggak mau dicantumin, bukan enggak mau sih tapi gara-gara proses partai ya saya harus pilihkan. Saya pilih pak Heru dong terus saya ajak dia, dia mah sebagai PNS dia bilang, bapak perintah ya saya ikut, itu sih," pungkasnya.
Ucapan Ahok itu dibenarkan Heru. Dia juga menegaskan tidak ada kerugian apapun jika dirinya tidak menjadi cawagub Ahok.
"Enggak kepilih pensiun saja," katanya.
Lantas, sampai kapan Heru menunggu sikap resmi Ahok? Akankah dia terpilih menjadi cawagub, atau malah berakhir sebagai korban PHP?
Ahok hanya menjawab, "Tergantung kepada perjalanan berikutnya seperti apa. Saya tidak berani katakan juga," pungkasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ahok Cerita Dihina karena Ikuti Megawati: Ngapain Ikut Nenek-Nenek Katanya
Namun baginya, keadilan dan kebenaran lah yang membuatnya tetap pada pendiriannya tersebut.
Baca SelengkapnyaAhok Kembali ke Politik, Timnas AMIN: Kalau Mengikuti Perubahan Menguntungkan Buat 01
Ahok bakal fokus memenangkan Ganjar-Mahfud di Jakarta.
Baca SelengkapnyaAhok Ungkap Jokowi Pernah Memintanya Mundur dari Pencalonan Gubernur DKI
Ahok menceritakan hanya Megawati yang mendukungnya sebagai Cagub DKI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ahok Beberkan Alasan Turun Gunung Dukung Ganjar-Mahfud
Eks Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membeberkan alasannya mendukung pasangan calon nomor urut 03 Ganjar Pranowo- Mahfud Md.
Baca SelengkapnyaTerungkap Alasan Ahok Tak Ikuti Langkah Jokowi yang Condong ke Prabowo
Ahok ragu nantinya Prabowo akan melanjutkan program Jokowi.
Baca SelengkapnyaAhok Klaim Beri Masukan untuk Pembangunan IKN tapi Tak Dijalankan Jokowi
Basuki Tjahja Purnama alias Ahok meluruskan dirinya bukanlah orang yang menolak pembangunan IKN yang telah dicanangkan Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaProfil Lengkap Ahok, Komut Pertamina yang Mundur dari Jabatan karena Dukung Ganjar-Mahfud
Surat pengunduran diri Ahok telah diberikan kepada Sekretaris Dewan Komisaris agar dikirimkan kepada Menteri BUMN dan ditembuskan ke Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaOgah Jadi Ketua KPK, Ahok Lebih Ingin Jadi Jaksa Agung atau Menteri Keuangan
Ahok berandai jika ditawari dan berkesempatan menempati jabatan di pemerintahan.
Baca SelengkapnyaAhok Turun Gunung Kampanyekan Ganjar-Mahfud, Ini Respons Anies
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan mengaku tak terganggu dengan turun gunungnya Basuki Tjahja Purnama alias Ahok untuk mengampanyekan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Baca Selengkapnya