Makin Panas! Perang Terbuka PDIP Vs NasDem

Merdeka.com - Hubungan antara PDIP dan NasDem memanas usai Anies Baswedan dicalonkan sebagai bakal calon presiden. Lantaran, mantan Gubernur DKI Jakarta itu dianggap sebagai antitesa dari Presiden Joko Widodo. Padahal kedua partai tersebut sama-sama mengusung Jokowi dan menjadi pendukung di kabinet.
Perseteruan terbuka ini dipicu penyataan Kepala Badiklatda PDI Perjuangan DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak. Dia meminta NasDem menunjukkan sikap politik yang jelas, antara keluar dari Kabinet Indonesia Maju atau menegur Anies Baswedan yang saat ini didukung jadi calon presiden.
Dia menyinggung keputusan NasDem memecat Zulfan Lindan karena menyebut Anies Baswedan sebagai antitesis Jokowi beberapa waktu lalu.
"NasDem mengambil sikap memecat yang bersangkutan walaupun sebagai salah satu deklarator berdirinya NasDem sebagai partai. Pernyataan NasDem adalah tetap mendukung dan mengawal pemerintahan saat ini hingga berakhir di 2024," katanya dalam keterangan tertulis.
Sikap Inkonsisten NasDem
Namun saat Anies mengkritik pemerintah soal panjang jalan dengan data yang salah, Gilbert heran, NasDem hanya diam. Bahkan partai yang dipimpin Surya Paloh itu tidak mengeluarkan pernyataan mendukung pemerintah. Padahal NasDem ikut membangun apa yang saat ini ada.
Menurutnya, sikap inkonsisten NasDem itu sangat tidak etis. Gilbert menyarankan, NasDem sebaiknya menunjukkan sikap politik yang jelas.
"Lebih baik keluar dari kabinet, atau menegur Anies sebagai bukti masih mendukung/mengawal pemerintah saat ini. Anies sendiri bukanlah kader NasDem. Berada di kabinet tetapi sikapnya NasDem terlihat oposisi tidaklah dewasa secara politik," tegasnya.
NasDem Naik Pitam
Mengetahui itu, NasDem mengingatkan, Jokowi pertama kali diusung sebagai presiden atas inisiasi mereka. Jadi jangan seakan kesuksesan yang ditorehkan dua periode Jokowi hanya atas sumbangsih dari PDIP.
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menyebut, PDIP seperti kacang lupa pada kulitnya. Menurutnya, modalitas Jokowi pada periode pertama adalah dari NasDem.
"Apa yang bermuka dua? PDIP kacang lupa kulitnya, yang menjadi modalitas Jokowi di periode pertama (Jokowi-JK) periode kedua (Jokowi-Ma'ruf Amin) itu PDIP dan NasDem, NasDem dan PDIP," tegasnya di kantor DPP NasDem, Jakarta.
"Jokowi lahir dari gedung ini, Jokowi adalah anak dari NasDem, ibunya PDIP bapaknya NasDem," sambung Willy.
Dia mengungkapkan, mendukung pemerintahan Jokowi sampai habis masa periode adalah tugas konstitusional NasDem sejak awal. Willy meminta jangan ada adu domba. Karena Jokowi memulai dari NasDem.
"Ini tugas partai, tugas konstitusional partai, mencalonkan capres, Pak Jokowi sudah tidak calon lagi jangan dibolak balik akal sehat kita ini," tegasnya.
Menurutnya, NasDem akan patuh dengan Jokowi jika diusir dari pemerintahan. Namun, dia menganalogikan NasDem seperti seorang ayah untuk Jokowi.
"Kalau Presiden mengatakan NasDem Cao NasDem akan taat dan patuh bukan PDIP, Bertepuk tidak bisa sebelah tangan. Jangan saat gelak tertawa ibu-bapak kita, kita lupakan. Jangan kacang lupa pada kulit," tuturnya.
Willy pun meminta PDIP tidak memprovokasi karena perbedaan sikap politik. Dia menyinggung bahwa NasDem tak pernah mengganggu PDIP bila menolak Undang-Undang di DPR.
"Jadi PDIP bersikap dewasalah jangan provokasi seperti ini, ini provokasi recehan dan kami tidak pernah juga memprovokasi PDIP ketika menolak UU yang diusulkan pemerintahan Jokowi-Amin di DPR, gak bilang juga kenapa PDIP begitu, gak kekanak-kanakan. Kita mencoba berdiri sama tinggi duduk sama rendah," tutupnya.
PDIP Menjawab
Dinilai menjadi partai seperti kacang lupa pada kulitnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menanggapinya dengan santai. Menurutnya, hal tersebut tak masalah dilakukan dalam politik. Selama tujuannya demi kemakmuran dan keadilan rakyat.
“Kacang lupa kulitnya itu kalau spiritnya membangun reformasi, kemudian berjuang bagi kemakmuran dan keadilan rakyat, tapi dalam praktik politiknya justru terjadi penyimpangan-penyimpangan dari apa yg sudah dijanjikan,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, PDIP selalu terbuka dalam menjalankan koalisi. Termasuk dengan masukan atas kekurangan dari internal partai. Untuk itu, Hasto mengingatkan, lebih baik mengintrospeksi diri dahulu dibanding menyalahkan pihak lain.
“Maka PDIP ini berpolitik dengan merangkul, dengan bergotong royong, kalau ada kelemahan-kelemahan internal kami ini melihat ke dalam, memperbaiki ke dalam, bukan menyalahkan apalagi menyerang pihak lain. Itu etika politik yang dikedepankan oleh PDIP,” tutup Hasto.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


VIDEO: Pekik Semangat Megawati Teriakan Ganjar Sebagai Presiden Republik Indonesia Ke-8
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (28/9/2023)
Baca Selengkapnya


Asus Zenfone 10 Dirilis di Indonesia Punya 2 Pilihan Spek, Segini Harganya
Berikut harga Asus Zenfone 10 yang dirilis di Indonesia.
Baca Selengkapnya


5 Contoh Saran dalam Makalah dan Kesimpulannya yang Bisa jadi Referensi
Merdeka.com merangkum informasi tentang 5 contoh saran dalam makalah yang bisa jadi referensi.
Baca Selengkapnya


Dimasukan Jenderal Dudung ke TNI Tanpa Tes, ini Sosok Orangtua Ravi Atqiyah Pemuda Kuasai 4 Bahasa Asing
Kasad Jenderal Dudung Abdurachman beri kesempatan pemuda asal Banten lompat pendidikan ke Bintara TNI setelah sebelumnya mendaftar sebagai Tamtama.
Baca Selengkapnya


Sebelum Diloloskan TNI Tanpa Tes Ravi Atqiyah Kuasai 4 Bahasa Asing Ternyata Sempat 'Surati' Jenderal Dudung, Begini Isinya
Ravi Atqiyah sempat kirim 'surat' permohonan bertemu ke Jenderal Dudung Abdurachman setelah disarankan oleh seorang Ulama.
Baca Selengkapnya

Didukung Keluarga Besar Putra Putri Polri, Ganjar Minta Mulai Sapa dan Bantu Rakyat
Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPP Polri) mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar Pranowo.
Baca Selengkapnya

Di Depan Jokowi, Ganjar Paparkan Gagasan Kedaulatan Pangan Demi Indonesia Capai Swasembada
Ganjar Pranowo mengungkapkan ide terkait kedaulatan pangan di hadapan Presiden Jokowi.
Baca Selengkapnya

PDIP Tanggapi Isu Gibran Cawapres Prabowo: Enggak Ada Setia dengan Gebrak Meja!
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto meyakini Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka tetap setia dengan PDI Perjuangan.
Baca Selengkapnya

Ganjar Ungkap Peluang Khofifah jadi Cawapres: Sangat Mungkin Nasionalis-Religius
Ganjar Pranowo menjawab peluang Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjadi calon wakil presidennya.
Baca Selengkapnya

Dikenal Kerap Kritik Jokowi, Natalius Pigai Total Dukung Prabowo Presiden 2024
Tokoh asal Papua Natalius Pigai menilai Prabowo Subianto figur yang tepat untuk jadi Presiden ke-8. Dia menyatakan dukungannya kepada Prabowo di Pilpres 2024
Baca Selengkapnya

FOTO: Pidato Berapi-api Megawati Bakar Semangat Kader PDIP Menangkan Ganjar di Pilpres 2024
Megawati mengingatkan kadernya bahwa sumber kekuatan PDIP adalah rakyat.
Baca Selengkapnya

Anies Sebut Duetnya dengan Cak Imin Tak Pernah Diprediksi Bahkan Oleh Pengamat: Ini Bukan Rekayasa Manusia
Anies menyadari perjalanannya bersama Cak Imin ke depan bakal penuh tantangan. Sebab itu, dia membutuhkan dukungan dari masyarakat.
Baca Selengkapnya