Loyalitas PAN dan PKB pada Jokowi diuji dalam paripurna DPR
Merdeka.com - Koalisi partai pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla (JK) sedang menjadi sorotan. Dua partai, PKB dan PAN punya pandangan yang berbeda dari lima partai pendukung pemerintah.
PKB menolak mengikuti pandangan pemerintah dan lima partai pendukung lainnya dalam hal presidential threshold yang tengah dibahas dalam revisi UU Pemilu. PKB ingin 10-15 persen, sementara PDIP, Golkar, NasDem, Hanura dan PPP ingin 20-25 persen.
Hingga kini, PKB masih belum mau bersama koalisi pemerintah. Partai pimpinan Muhaimin Iskandar ini memilih berada di tengah antara pro pemerintah dan oposisi yang memilih presidential threshold dihapuskan.
Loyalitas PKB pun ditentukan dalam rapat paripurna pengesahan RUU Pemilu di rapat paripurna DPR pada 20 Juli nanti.
"Kita ingin menjembatani partai pemerintah dengan yang non pemerintah," kata Wasekjen PKB Daniel Johan saat dihubungi merdeka.com, Senin (17/7).
Daniel mengatakan, PKB tak ingin penentuan RUU Pemilu dilakukan dengan mekanisme voting. Meski demikian, Daniel menegaskan, PKB masih bisa berubah dari angka 10-15 persen. Tapi dia tak mau mengungkap, apakah perubahan PKB nanti merapat ke kubu oposisi atau pemerintah.
"Kita lihat tanggal 20 nanti pas paripurna, tetapi niat kita baik, agar terjadi musyawarah mufakat," jelas Daniel.
Bukan cuma PKB, malah PAN partai koalisi pemerintah yang lebih bandel lagi. Soal presidential threshold, partai pimpinan Zulkifli Hasan ini beda suara dengan pemerintah. Begitu juga soal Perppu Ormas, PAN lebih galak dari partai oposisi seperti Gerindra, Demokrat dan PKS.
Ketum PAN Zulkifli Hasan mengatakan, dirinya tak ingin RUU Pemilu digelar lewat mekanisme voting. Zul, sapaan akrabnya, ingin RUU Pemilu disahkan dengan musyawarah mufakat.
Dia juga mengisyaratkan, PAN lebih pilih 10 persen bersama PKB, ketimbang 20 persen bersama lima partai pendukung pemerintah lainnya.
"Yang penting musyawarah, nol boleh, sepuluh boleh," kata Zulkifli.
Begitu juga soal Perppu Ormas, PAN belum tentu mendukung aturan baru yang menyatakan pemerintah bisa bubarkan ormas tanpa harus lewat pengadilan itu di DPR. Wakil Ketum PAN, Taufik Kurniawan menilai, dukung atau tidaknya PAN di paripurna DPR tergantung respons masyarakat.
"Tentunya kita tunggu bagaimana reaksi masyarakat, tapi sekali lagi saya sampaikan Perppu itu domain pemerintah. Tetapi persepsi pemerintah itu bisa berbeda, bisa sama dengan persepsi DPR," kata Taufik di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/7).
PAN menjadi satu-satunya partai pendukung pemerintah yang mengkritik keras dikeluarkannya Perppu oleh pemerintahan Jokowi-JK. Sementara PDIP, Golkar, NasDem, PKB dan Hanura serta PPP mendukung Perppu tersebut.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Bertemu Prabowo dan Zulhas, Puan: Saya Tunggu Diajak Presiden
Presiden Joko Widodo bertemu dengan sejumlah ketua umum partai. Mulai dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto, lalu Ketum PAN Zulkifli Hasan hari ini.
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap Alasan Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI
Usulan kenaikan pangkat Prabowo ini merupakan usulan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Baca SelengkapnyaCuma PKS yang Tak Ikut Jokowi
Selain Gerindra, hampir semua partai besar merapat ke Pemerintahan Jokowi seperti PDIP, Golkar, Nasdem, PKB, PAN, PPP, dan Demokrat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Ditanya Soal Pro & Kontra Bintang 4 Prabowo, Begini Ekspresi Sang Jenderal 'Lap Muka Pakai Selampe'
Jokowi memberikan kenaikan pangkat secara istimewa kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi Jenderal Kehormatan.
Baca SelengkapnyaIstana Minta Keluarnya Maruarar Sirait dari PDIP Tak Dikaitkan dengan Jokowi
Maruarar memutuskan keluar dari PDIP dan memilih sejalan dengan arah politik Jokowi.
Baca SelengkapnyaReaksi Santai Anies Soal Prabowo Diberi Jokowi Pangkat Jenderal Kehormatan
Pemberian pangkat jenderal kehormatan itu menuai pro dan kontra.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Presiden Jokowi Beri Kenaikan Pangkat Jenderal Kehormatan ke Prabowo Subianto
Presiden Joko Widodo ungkap alasan dibalik pemberian kenaikan pangkat Jenderal Kehormatan untuk Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaIstana Jawab Keanggotaan Jokowi di PDIP Usai Maruarar Mundur: Jangan Dihubung-hubungkan dengan Presiden
Maruarar Sirait mengatakan langkah politiknya mengikuti Joko Widodo
Baca SelengkapnyaBicara Aturan Pemilu, PDIP Singgung Keanggotan Parpol Jokowi jika Ingin Turun Gunung Kampanye Pilpres
Keanggotaan partai politik Jokowi dipertanyakan setelah menyebut presiden boleh kampanye dan berpihak pada pasangan calon tertentu di pemilu.
Baca SelengkapnyaSEMENIT PAHAM: Ajak Orang Golput di Pemilu Bisa Dipidana, Ini Aturannya
Jangan sembarangan memprovokasi orang untuk tidak memilih di pemilu. Karena hal itu bisa melanggar pidana
Baca Selengkapnya