'Jika turuti surat Setnov, tamparan bagi martabat DPR & lonceng kematian Golkar'
Merdeka.com - Tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP Setya Novanto (Setnov) mengirimkan 'surat sakti' meminta tak dilengserkan dari jabatannya sebagai Ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar. Surat tersebut dinilai menjadi bukti bahwa Setnov tak ingin kehilangan kekuasaan.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai surat tersebut membuktikan bahwa Setnov sangat menikmati jabatan prestisius sebagai Ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar. Setnov tak mau mundur atau dilengserkan sehingga menghalalkan segala cara agar tak terpental dari jabatannya.
"Nikmatnya kekuasaan cenderung membuat penguasa ingin terus merengkuhnya hingga kapan pun. Saya kira keinginan Novanto ke DPR dan Golkar agar posisinya di puncak tertinggi itu tidak buru-buru diganti lebih banyak didorong oleh dorongan akan kenikmatan dari kekuasaan sekaligus keinginannya untuk terus mereguk nikmat dari kekuasaan itu. Setnov nampaknya sulit menerima kegetiran hidup tanpa kekuasaan dalam tempo yang sangat singkat," kata Lucius melalui pesan singkat yang diterima merdeka.com, Rabu (22/11).
Ambisinya itu menunjukkan bahwa Novanto bukan seorang pemimpin yang menganggap kekuasaan sebagai sebuah amanah dari orang-orang yang dipimpinnya. Keinginan berkuasa hanya karena kekuasaan itu memberinya kenikmatan bagi dirinya sendiri.
"Keinginannya untuk tak diganti dari posisinya walaupun faktanya dia sudah ditahan oleh KPK karena dugaan korupsi e-KTP, memperlihatkan bahwa Setnov memang menikmati indahnya kekuasaan bagi dirinya sendiri. Dia tak mempertimbangkan kepentingan orang lain yang dipimpinnya." katanya.
Lucius melihat, saat Setnov tersangkut kasus korupsi e-KTP, dia cenderung menggunakan kekuasaannya untuk terlepas dari jerat hukum. Setnov seolah tak mempedulikan aspirasi publik yang memintanya legowo meninggalkan dua jabatan yang dipegang guna fokus menjalani proses hukum.
"Dan parahnya keinginan untuk terus berkuasa itu masih saja dia perjuangkan bahkan ketika dia sudah jelas-jelas dibatasi ruang geraknya oleh proses penahanan yang dilakukan KPK. Saya kira sudah jelas bagaimana kualitas kepemimpinan seperti yang dijalankan oleh Setnov ini," katanya.
Surat sakti yang dikirimkan pada Selasa (21/11) dari balik tahanan KPK tersebut dinilai sebagai cara otoriter. "Dia menjalankan kepemimpinannya hanya untuk dirinya sendiri. Karena yang dipimpin sudah kehilangan kepercayaan, maka keputusannya pun sudah kehilangan legitimasi. Maka dalam sejarah, penguasa yang haus dan ingin mempertahankan kekuasaan sekalipun sudah kehilangan kepercayaan dari rakyat akan menggunakan cara-cara yang otoriter."
MKD dan Golkar tak perlu penuhi permintaan Setnov
Lucius meminta Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tak menuruti permintaan Setnov. Apabila dituruti justru menjadi bumerang bagi DPR yang harus menghormati permintaan dari seorang Setnov yang kini menjadi tahanan di KPK.
"Jika DPR menerima permintaan itu artinya semakin dahsyat tamparan terhadap kehormatan lembaga karena mereka bahkan mau memenuhi permintaan dari Setnov yang justru kuat diduga telah menggerayangi kehormatan DPR baik karena statusnya sebagai tahanan juga karena aksi-aksinya yang secara langsung menampar martabat lembaga parlemen," katanya.
Sebaliknya, apabila MKD bersidang dan memutuskan memberhentikan Setnov maka itu akan memberikan kehormatan bagi DPR di mata rakyat. Hal sama juga berlaku bagi Partai Golkar. Lucius berharap ada baiknya partai berlambang pohon beringin itu melanjutkan proses pergantian ketua umum.
"Ini tentu semata-mata untuk menyelamatkan partai di mata publik. Mempertahankan Setnov di hadapan kenyataan proses hukum yang tengah dijalaninya hanya akan menjadi lonceng kematian bagi partai," katanya.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekjen Gerindra Ungkap Golkar Berpotensi Besar Dukung Prabowo: InsyaAllah Bulan Agustus Ini
Muzani menyebut, Gerindra menghormati proses keputusan di internal Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaGolkar Nomor Dua di Pileg 2024, Mungkinkah Jatah Menteri di Kabinet Prabowo Bertambah?
Airlangga ditanya apakah kursi menteri dari Partai Golkar pada pemerintahan Prabowo-Gibran bakal bertambah.
Baca SelengkapnyaRespons Istana Soal Kabar Jokowi Jadi Kader Sejak Tahun 1997 dan Ketum Golkar
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menyebut, desas-desas Jokowi akan menjadi ketum parpol sudah lama digulirkan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ungkapan Hati Titiek Soeharto Usai Prabowo Dinyatakan Menang Pilpres, Ini Doa yang Dipanjatkannya buat Mas Bowo
Kemenangan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 sontak membuat Titiek Soeharto bahagia dan mengungkap isi hatinya.
Baca SelengkapnyaDorong Prabowo Rangkul Kubu Ganjar, Bamsoet Golkar: Kita Tidak Butuh Oposisi
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai, pemerintahan ke depan tidak membutuhkan oposisi.
Baca SelengkapnyaEmpat Menteri Bersaksi di Sengketa Pilpres, Semua Dilarang Bertanya Kecuali Hakim
Suhartoyo meminta semua pihak untuk hadir dan mendengrkan kesaksian dari empat menteri terkait.
Baca SelengkapnyaPrabowo: Kita Dapat Laporan Ada Niat-Niat Tidak Baik Mau Merusak Surat Suara
Prabowo Subianto mendengar kabar ada pihak-pihak yang ingin berbuat curang di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaIsu Pemakzulan, Ketum Golkar Tegaskan Jokowi Didukung 80 Persen Susunan Kabinet
Airlangga memandang, keadaan sekarang berbeda dengan pemilu sebelumnya yang panas imbas pilgub DKI 2017.
Baca SelengkapnyaUsai Kritik Prabowo, Ganjar Siapkan Solusi Jitu Ini untuk Memperkuat Pertahanan Negara
Ganjar Pranowo mengkritik pembelian alutsista bekas dan kebijakan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan saat Debat Capres.
Baca Selengkapnya