Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jeblok di survei LIPI, NasDem dianggap gagal raih 'Jokowi Effect'

Jeblok di survei LIPI, NasDem dianggap gagal raih 'Jokowi Effect' Partai masdem daftarkan bakal calon legislatif ke KPU RI. ©Liputan6.com/Angga Yuniar

Merdeka.com - Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memprediksi, PKS, PAN, NasDem dan Hanura tak lolos DPR pada Pemilu 2019. Begitu juga partai baru seperti Perindo, PSI dan Garuda, diprediksi tak mampu melewati parliamentary threshold sebesar 4 persen.

Menanggapi hasil survei itu, Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai, upaya Partai NasDem meningkatkan elektabilitas dengan 'menjual' Jokowi tak berpengaruh apa-apa. Dalam survei LIPI, elektabilitas NasDem hanya 2,1 persen saja.

NasDem gencar memasang sejumlah reklame dengan tulisan 'NasDem Partaiku Jokowi Presidenku'. Baliho, banner itu terpampang di sejumlah sudut baik ibu kota maupun daerah-daerah lainnya.

"Jokowi sudah terlanjur identik dengan PDIP. Jadi ruang NasDem untuk mengidentifikasi diri dengan Jokowi menjadi sulit. Maka yang terjadi tidak ada linearitas antara kampanye NasDem untuk Jokowi, terhadap elektabilitas NasDem," ujar Ujang kepada wartawan, Jumat (20/7).

Sebaliknya, lanjut Ujang, PDIP selaras dengan Jokowi yang sama-sama memperjuangkan wong cilik (rakyat kecil). "Di mana Jokowi juga sering blusukan mendekati wong cilik. Sedangkan NasDem masih terlihat elitis dan tidak identik dengan Jokowi," tuturnya.

Menurut Ujang, NasDem menyadari strategi lewat iklan, tidak berpengaruh terhadap elektabiltas partai. Itu makanya NasDem mengambil strategi lain, yakni merekrut para artis dan membajak kader partai lain yang sudah lolos ke Senayan.

"Memang salah satu cara yang efektif untuk menaikan elektabilitas NasDem adalah dengan cara merekrut artis sebagai Caleg. Bisa dibilang begitu dan itu wajar. Karena NasDem harus lolos lagi ke Senayan," jelasnya.

Ujang menilai, bajak-membajak dalam politik itu biasa, maka tak heran jika jelang Pileg banyak artis yang memutuskan pindah. "Itu semua karena proses kaderisasi di partai politik tidak berjalan dengan baik. Dan juga pesta demokrasi di Indonesia, seperti Pilkada, Pileg, dan Pilpres berbiaya mahal, maka yang dibutuhkan partai adalah figur yang populer dan banyak uang," tutupnya.

Untuk diketahui, elektabilitas Partai NasDem masih di bawah ambang batas parlemen 4 persen. Pada April 2018 lalu, elektabiltas NasDem ada di angka 2,5 persen. Terakhir, menurut riset LIPI, elektabilitas NasDem justru melorot menjadi 2,1 persen.

Berikut hasil survei LIPI tentang elektabilitas parpol yang digelar sejak 19 April-5 Mei 2018 dengan melibatkan 2.100 responden. Margin of error (MoE) survei sebesar +/- 2,14 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

1. PDI Perjuangan 24,1 persen

2. Golkar 10,2 persen

3. Partai Gerindra 9,1 persen

4. PKB 6 persen

5. PPP 4,9 persen

6. Partai Demokrat 4,4 persen

7. PKS 3,7 persen

8. Perindo 2,6 persen

9. PAN 2,3 persen

10. NasDem 2,1 persen

11. Hanura 1,2 persen

12. PBB 0,7 persen

13. Partai Garuda 0,2 persen

14. PSI 0,2 persen

15. Partai Berkarya 0,2 persen

(mdk/rnd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Survei Terbaru Partai Politik, LSI Denny JA Ungkap Faktor yang Buat Gerindra Bisa Salip PDIP

Survei Terbaru Partai Politik, LSI Denny JA Ungkap Faktor yang Buat Gerindra Bisa Salip PDIP

LSI Denny JA mengungkapkan dua alasan utama elektabilitas Gerindra naik mengalahkan PDIP.

Baca Selengkapnya
Indikator Politik Beberkan Alasan Elektabilitas PDIP Turun: Jokower Pindah ke Partai Lain

Indikator Politik Beberkan Alasan Elektabilitas PDIP Turun: Jokower Pindah ke Partai Lain

Elektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Elektabilitas Prabowo Capai Lebih 40 Persen, LSI Denny JA: Gemoy Disukai Masyarakat dan Faktor Jokowi

Elektabilitas Prabowo Capai Lebih 40 Persen, LSI Denny JA: Gemoy Disukai Masyarakat dan Faktor Jokowi

Salah satu faktor pendorongnya adalah penampilan Gibran dalam debat cawapres.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Survei Pilpres Terbaru Indikator di Jatim: Prabowo-Gibran 56,2%, Ganjar-Mahfud 19,9%, Anies-Cak Imin 15,7%

Survei Pilpres Terbaru Indikator di Jatim: Prabowo-Gibran 56,2%, Ganjar-Mahfud 19,9%, Anies-Cak Imin 15,7%

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencapai 56,2 persen di Jawa Timur.

Baca Selengkapnya
PDIP: Jokowi Mungkin Akan Punya Legacy Hilangkan PPP

PDIP: Jokowi Mungkin Akan Punya Legacy Hilangkan PPP

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto khawatir dengan tidak lolosnya PPP ke Senayan, karena tidak memenuhi parlementary threshold 4 persen.

Baca Selengkapnya
LSI Denny JA: Tingkat Kepuasan ke Presiden Jokowi Capai 80,8 Persen, Prabowo-Gibran Kecipratan Suara

LSI Denny JA: Tingkat Kepuasan ke Presiden Jokowi Capai 80,8 Persen, Prabowo-Gibran Kecipratan Suara

Survei LSI Denny JA yang mengusung tema "Di Ambang Pilpres Satu Putaran Saja" ini dilakukan pada periode 16-26 Januari 2024.

Baca Selengkapnya
Survei LSI: 66% Pemilih Jokowi di 2019 Dukung Prabowo di 2024

Survei LSI: 66% Pemilih Jokowi di 2019 Dukung Prabowo di 2024

Loyalis Jokowi juga malah lebih banyak memilih untuk mendukung paslon nomor urut satu Anies-Muhaimin.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Survei Indikator Politik: Faktor Jokowi Bikin Elektabilitas Prabowo Terkatrol

VIDEO: Survei Indikator Politik: Faktor Jokowi Bikin Elektabilitas Prabowo Terkatrol

Indikator Politik mencatat adanya Jokowi effect dalam melesatnya elektabilitas Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya
Survei Poltracking Ungkap Basis Pemilih NU Paling Banyak ke Prabowo, Ganjar Turun dan Anies Stabil

Survei Poltracking Ungkap Basis Pemilih NU Paling Banyak ke Prabowo, Ganjar Turun dan Anies Stabil

Tren dari pemilih NU ke paslon 02 meningkat dari Desember 2023 40,7 persen menjadi 48,2 persen di Januari 2024

Baca Selengkapnya