Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Empat kali Wali Kota Risma 'diseruduk banteng' Surabaya

Empat kali Wali Kota Risma 'diseruduk banteng' Surabaya Tri Rismaharini di KPK. ©2014 Merdeka.com/Dwi Narwoko

Merdeka.com - Sejak terpilih sebagai Wali Kota Surabaya pada 2010 lalu, Tri Rismaharini yang berpasangan dengan Bambang DH, membuat kebijakan-kebijakan keras. Misalnya, Risma menolak rencana pembangunan jalan tol tengah kota yang disetujui DPRD, menaikkan pajak reklame yang membuat panas pengusaha reklame, termasuk DPRD, hingga mendukung rencana penutupan lokalisasi Dolly.

Risma sudah berkali-kali terlibat ketidaksepahaman dengan Pemprov Jatim dan DPRD Surabaya. Bahkan beberapa fraksi yang ada di DPRD Surabaya sampai pernah mengajukan hak interpelasi reklame, dan mengancam akan memakzulkan Risma.

Anehnya, dalam beberapa hal, Risma juga terlibat ketidaksepahaman dengan Fraksi PDIP. Padahal semua tahu, partai berlambang banteng moncong putih itu adalah pengusung Risma. Apalagi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri selalu membangga-banggakan Risma.

Ketidaksepahaman itu, misalnya, ketika Risma mengeluarkan kebijakan menaikkan pajak reklame. Fraksi PDIP di DPRD waktu itu menjadi fraksi yang menginisiasi hak interpelasi, sampai pada munculnya wacana pemakzulan. Bahkan konflik PDIP Surabaya Vs Risma ini berlangsung panjang, hingga pernah sampai harus didamaikan di kantor DPP PDIP di Jakarta.

Selain masalah reklame dan pemakzulan, berikut ini beberapa hal yang bikin 'banteng Surabaya' menyeruduk Risma:

PDIP Surabaya ikut makzulkan Risma gara-gara pajak reklame

Tri Rismaharini pernah hendak dimakzulkan hanya karena menaikkan pajak reklame. Waktu itu, enam dari tujuh fraksi di DPRD Kota Surabaya menyetujui pemberhentian Risma dari jabatannya. Enam dari fraksi yang menyetujui itu termasuk Fraksi PDIP yang sebelumnya mengusung Risma menjadi wali kota.Sikap PDIP ini juga diikuti Fraksi PDS dan PKB, Fraksi Amanat Persatuan, Fraksi Demokrat dan Fraksi Golkar. Waktu itu, hanya Fraksi PKS yang menolak pemberhentian Tri Rismaharini.Untuk kasus ini, Risma dinilai telah melanggar undang-undang karena mengeluarkan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 56 Tahun 2010 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame dan Perwali Nomor 57 tentang Perhitungan Nilai Sewa Reklame Terbatas di kawasan khusus Kota Surabaya.Namun wali kota perempuan pertama di Surabaya itu beralasan pajak di kawasan khusus perlu dinaikkan agar pengusaha tidak seenaknya memasang iklan di jalan umum, dan agar kota tak menjadi belantara iklan. Dengan pajak tinggi, pemerintah berharap, pengusaha iklan beralih memasang iklan di media massa, ketimbang memasang baliho di jalan-jalan kota.

Bertikai karena pencalonan Wisnu Sakti Buana

Berita ini paling anyar, ketika Tri Rismaharini kembali berseteru dengan Fraksi PDIP Surabaya. Kali ini masalahnya soal pencalonan Wisnu Sakti Buana menjadi wakil wali kota Surabaya menggantikan Bambang DH yang mundur karena mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Timur.Risma sejak awal agaknya tidak setuju dengan pencalonan Wisnu. Bukan rahasia umum bila Risma dan Wisnu memiliki sejarah pertikaian panjang, terutama sejak Wisnu menjabat sebagai wakil ketua DPRD Kota Surabaya. Bahkan ketika Wisnu dilantik sebagai wakil wali kota, Risma sampai dikabarkan mundur.Namun kemudian Tri Rismaharini muncul. Dia juga mengaku belum bertemu dengan wakilnya yang baru, Wisnu Sakti Buana. Hal ini lantaran pada saat dilantik sedang berhalangan atau sakit."Saya belum ketemu, tadi pagi saya ke kantor terus ke dokter terus ke sini. Kalau sudah sehat saya ketemu. Kalau ketemu sekarang saya gak enak nanti ketularan saya," kata Tri Rismaharini saat berkunjung di Liponsos Kalijudan Surabaya, Kamis (30/1).Risma menjelaskan sebetulnya tidak ada persoalan antara dirinya secara personal dengan Wisnu Sakti. Hanya saja, lanjut dia, dia masih mempersoalkan proses pemilihan wakil wali kota yang dinilai tidak sesuai prosedur."Saya minta itu sesuai prosedur. Jangan sampai masyarakat menggugat karena itu akan menjadi beban kita semua," katanya.

Berseteru gara-gara tenaga ahli

Perseteruan ini sebenarnya menyangkut rencana pembangunan jalan tol tengah kota di Surabaya. Namun belakangan Fraksi PDIP di DPRD menuding sikap Risma yang menolak rencana pembangunan jalan itu akibat pengaruh dari tenaga ahli Risma, yakni Don Rosano.? Konflik ini berjalan lama, sampai acara rekonsiliasi antara Risma dengan anggota Fraksi PDIP digelar khusus.Pertemuan rekonsiliasi yang digagas DPD PDIP Jatim bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Wakil Walikota Surabaya Bambang DH, Ketua DPC PDIP Surabaya Wisnu Sakti Buana, Ketua Fraksi PDIP DPRD Surabaya Syaifudin Zuhri di kantor DPD PDIP Jawa Timur.Rapat internal tertutup itu beberapa hal disepakati, tapi beberapa hal lagi mentok. Risma misalnya, waktu itu berkomentar mengenai materi pertemuan yang dikabarkan alot karena adanya tarik ulur terkait keberadaan staf ahli wali kota, Don Rosano. Risma berkukuh mempertahankannya meski didesak agar dicopot.

Risma dituding tidak pro-rakyat

Serudukan lain soal kebijakan Risma yang dianggap oleh politisi PDIP Surabaya tidak pro-rakyat. Padahal, mereka berdalih PDIP merupakan partainya wong cilik. "Bu Risma sudah kita berikan pemahaman garis perjuangan partai dan nantinya kebijakan harus pro rakyat. Misalnya soal penutupan Dolly," kritik itu dilontarkan Bendahra DPC PDIP Surabaya, Baktiono.Baktiono waktu itu mengomentari rencana Risma membangun pusat perdagangan di kawasan Dolly. Diharapkan beberapa eks pekerja Dolly bisa hidup dari pusat perdagangan itu nanti setelah lokalisasi ditutup."Akan, akan, akan terus, tidak segera direalisasikan. Kalau memang mau dibangun, ya langsung saja realisasikan. Bangun segera. Jadi penertiban dampaknya jelas, mereka diberi tempat usaha. Sekarang ini, kalau mereka dilatih masak, merias, menjahit, tapi tidak memiliki tempat usaha, terus bagaimana?"Selain itu, kata Baktiono, kebijakan Risma tidak pro rakyat terlihat pada APBD 2014. Dengan kekuatan anggaran Rp 6,6 triliun, lebih banyak digunakan untuk kepentingan pembangunan multi years. Ironisnya, proyek – proyek infrastruktur yang dibangun tidak langsung bersentuhan dengan rakyat. Padahal, APBD itu setiap tahun diambilkan dari pajak rakyat.

(mdk/ren)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sambil Meneteskan Air Mata, Curhatan Sang Ibu Awal Kisah Damara Daftar Polisi

Sambil Meneteskan Air Mata, Curhatan Sang Ibu Awal Kisah Damara Daftar Polisi

Cerita haru datang dari sosok casis disabilitas yang berhasil lolos dalam seleksi SIPSS tahun 2024. Sosoknya adalah Damara Prisma Suganda.

Baca Selengkapnya
DPR RI dan Pemerintah Sepakati RUU DKJ Disahkan di Paripurna

DPR RI dan Pemerintah Sepakati RUU DKJ Disahkan di Paripurna

DPR RI dan pemerintah menyepakati Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) dibawa ke Rapat Paripurna untuk disahkan.

Baca Selengkapnya
Mensos Risma Nangis Dengar Kesusahan Warga saat Rapat dengan Komisi VIII DPR RI

Mensos Risma Nangis Dengar Kesusahan Warga saat Rapat dengan Komisi VIII DPR RI

Risma menangis bahkan sampai menundukan kepalanya, wajahnya pun memerah. Dia terlihap mengucap air matanya dengan tisu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sambut Isra Miraj, Wakil Ketua DPRD Turidi Susanto Ingatkan Silaturahmi Jangan Terputus Gara-Gara Pilpres

Sambut Isra Miraj, Wakil Ketua DPRD Turidi Susanto Ingatkan Silaturahmi Jangan Terputus Gara-Gara Pilpres

Warga juga diingatkan untuk selalu berbuat baik dalam bentuk apapun

Baca Selengkapnya
Polisi Tembak Wanita saat Ngamar Bareng di Kendari

Polisi Tembak Wanita saat Ngamar Bareng di Kendari

Polisi itu kini diperiksa Propam Polda Sulawesi Tenggara.

Baca Selengkapnya
Ribuan Personel Polisi Dikerahkan Amankan Debat Ketiga Pilpres di Istora Senayan

Ribuan Personel Polisi Dikerahkan Amankan Debat Ketiga Pilpres di Istora Senayan

Petugas akan ditempatkan di beberapa titik untuk mengamankan lokasi debat yang digelar di Gelanggang Bulutangkis

Baca Selengkapnya
Sidang Paripurna, PDIP dan PKB Minta Pimpinan DPR Serius Sikapi Wacana Hak Angket Pemilu

Sidang Paripurna, PDIP dan PKB Minta Pimpinan DPR Serius Sikapi Wacana Hak Angket Pemilu

Sebab, dia menilai saat ini pengawasan DPR RI pada Pemilu 2024 tak ada marwahnya.

Baca Selengkapnya
Ini Rincian

Ini Rincian "Malam Muda Mudi" pada Perayaan Tahun Baru 2024 di Jakarta

Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar "Malam Muda Mudi" untuk menyambut pergantian tahun dari 2023 ke 2024. Kali ini kegiatan itu dibagi dalam enam segmen.

Baca Selengkapnya
Ibu Jubaedah Mekaarkan Senyum Di Desa Miskin

Ibu Jubaedah Mekaarkan Senyum Di Desa Miskin

Ibu Jubaedah bercerita bahan dasar yang digunakan kerupuk ini adalah kencur.

Baca Selengkapnya