BBM naik, SBY dan Demokrat paling banyak disalahkan publik
Merdeka.com - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah orang yang paling disalahkan publik soal kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebab, sebanyak 44,52 persen responden menyalahkan SBY.
Peneliti LSI, Adjie Al Faraby mengatakan, beberapa kali menaikkan harga BBM, SBY tidak pernah mengumumkan secara langsung kepada publik dan menyerahkan ke menteri terkait. Namun, strategi itu tidak berdampak, nyatanya sebagian besar responden tetap menyalahkan pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat itu.
"Sebanyak 44,52 persen publik menyatakan SBY adalah pihak yang paling bisa dipersalahkan atas kenaikan BBM, dan sebanyak 26,03 persen publik menyalahkan DPR," kata Adjie ketika memaparkan hasil survei LSI di kantornya, Jakarta, Minggu (23/6).
Dia menjelaskan, selain SBY, publik juga menyalahkan DPR mengenai kebijakan tersebut. Sebab, parlemen telah mengesahkan RAPBN Perubahan 2013, artinya setuju dinaikkannya harga BBM.
"Upaya SBY mengalihkan tanggung jawab ke DPR, usaha itu tidak berhasil dengan keputusan kenaikan harusnya diambil oleh presiden, tapi presiden mengalihkan isu ini ke DPR, untuk bisa meminimalisir turunnya dukungan ke presiden, tapi tetap gagal, karena publik menyalahkan SBY," imbuhnya.
Sementara itu, hasil survei LSI juga menyebutkan partai politik yang paling disalahkan naiknya harga BBM adalah Partai Demokrat. Pasalnya, Demokrat dituding sebagai partai yang paling mendukung kenaikan BBM.
"Partai koalisi sangat berani, tapi di bawah 15 persen (disalahkan publik), mayoritas menyalahkan Demokrat bukan partai koalisi dengan presentase 58,62 persen," tutur dia.
Sekedar diketahui, LSI melakukan penelitian sejak tanggal 18 Juni sampai 20 Juni 2013. Metode yang digunakan adalah metode sampling multistage random sampling. Dengan jumlah responden 1200 orang dari seluruh provinsi Indonesia. Margin of error sebesar 2,9 persen.
Berikut hasil survei terkait siapa yang paling disalahkan dengan naiknya harga BBM:
1. Presiden: 44,52 persen.
2. DPR: 26,03 persen.
3. Menteri ESDM: 7,88 persen.
4. Menkeu: 3,08 persen.
5. Lainnya: 3,42 persen.
6. Tidak tahu/tidak jawab: 15,07 persen.
Untuk parpol:
1. Partai Demokrat: 58,62 persen.
2. Partai lainnya: 15,52 persen.
3. Tidak tahu/tidak jawab: 25,86 persen.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jelang Mudik, Polisi Cek SPBU Cegah Kecurangan Pengisian BBM
Ia berharap pemudik dapat merasakan kenyamanan dan keamanan.
Baca SelengkapnyaCak Imin Luruskan Janji BBM Gratis: Kita Beri Harga Khusus untuk Orang Paling Miskin
Cak Imin meluruskan janji akan menggratiskan bahan bakar minyak (BBM).
Baca SelengkapnyaPesan SBY untuk AHY: Kesempatan Demokrat Sukseskan Pemerintahan Jokowi
SBY meminta AHY untuk bisa menjalin komunikasi dengan baik dengan pemimpin lintas sektor.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
PBNU: Pemilu untuk Memilih Pemimpin, Bukan untuk Memecah Belah
Jangan larut pada perbedaan pandangan politik, karena tujuan pesta demokrasi bukan untuk memecah belah
Baca SelengkapnyaJelang Masa Tenang Pemilu 2024, Menpan RB Ingatkan ASN Wajib Netral dan Bebas Pengaruh Politik Tak Sehat
Sejumlah alasan mengapa ASN harus netral karena sebagai bentuk kewajiban profesionalism.
Baca SelengkapnyaPenyaluran Kerap Tak Tepat Sasaran, BBM Subsidi untuk Nelayan Bakal Dihapus?
Ini tanggapan Menteri Trenggono soal penghapusan BBM subsidi untuk nelayan.
Baca SelengkapnyaTak Libatkan Kementerian ESDM, Pemprov DKI Diam-Diam Naikkan Pajak BBM
Kenaikan pajak BBM non subsidi sebesar 10 persen untuk kendaraan pribadi, dan 50 persen untuk kendaraan umum dari kendaraan pribadi meninggalkan tiga catatan.
Baca SelengkapnyaPemerintah Klaim Harga Beras Turun, BPS Ungkap Fakta Lain
BPS mencatat harga beras saat ini menjadi yang paling mahal sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaRespons Santai AHY saat Demokrat Dapat Banyak Nyinyiran Usai Gabung Pemerintahan Jokowi
AHY, menilai bergabungnya Partai Demokrat kembali ke pemerintahan sebagai bentuk amanah.
Baca Selengkapnya