Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

2 Kubu Pilpres Bukan Adu Gagasan, Politik Olok-olok Malah Membodohi Rakyat

2 Kubu Pilpres Bukan Adu Gagasan, Politik Olok-olok Malah Membodohi Rakyat Ilustrasi Pemilu. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Belakangan ini publik disuguhkan dengan maraknya saling serang pernyataan antar kubu capres-cawapres yang akan bertarung pada Pilpres 2019. Antar kubu melontarkan berbagai pernyataan yang tak substantif dengan persoalan yang dihadapi bangsa tetapi justru melontarkan berbagai penyataan kontroversial yang justru membuat publik makin terbelah.

Hal ini disebut sebagai kampanye atau politik olok-olok. Kampanye dengan hal semacam ini dinilai ketinggalan zaman dan tak lagi relevan. Kampanye dengan bentuk semacam ini juga dinilai tak efektif menarik pemilih.

"Pada masa kampanye ini kita mendapati suatu gejala 'politik olok-olok' yaitu ketika elite politik lebih sering mengeksploitasi emosi massa lewat pernyataan-pernyataan menohok ketimbang mengeksplorasi keunggulan tawaran program mereka. Selain mengesankan dangkalnya gagasan politik, hal tersebut cenderung membodohi dan memecah belah," kata analis politik Exposit Strategi, Arif Susanto dalam diskusi di D'Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Arif mencontohkan politik olok-olok ini yaitu munculnya istilah genderuwo, sontoloyo, tempe setipis ATM dan saling kritik yang tanpa didasari data akurat. Politik semacam ini menurutnya dipicu pasangan calon yang reaksioner dan kurang antisipatif terhadap masalah.

Selain itu juga karena tim kampanye dinilai gagap menerjemahkan visi menjadi program lebih konkret. Serta minimnya terobosan kampanye cerdas dan kreatif. Arif juga menyebut penyebabnya ialah politisasi SARA yang terus menjebak politik nasional dalam kubangan kebencian.

"Politisasi SARA hanyalah bagian dari potret lebih besar 'politik olok-olok'. Hal ini menunjukkan sempitnya pola pikir, intoleransi, dan instrumentalisasi hukum untuk perebutan kekuasaan," jelasnya.

Tak efektifnya kampanye olok-olok ini menurutnya didasari pemilih yang semakin rasional. Pemilih di Indonesia saat ini tak lagi mudah termakan politik kebencian. Menurutnya, 40 persen pemilih milenial memiliki karakteristik egaliter, pluralis, kritis dan kreatif.

"Sekitar 70 persen dari pemilih Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandi merupakan pemilih loyal yang sudah memantapkan pilihan mereka," jelasnya.

Arif pun menyarankan kepada kubu atau tim kampanye kedua pasangan calon agar mengembangkan komunikasi politik yang lebih cerdas dan kreatif. Di samping itu memberikan tawaran program jelas dan berkontribusi bagi pencerdasan masyarakat.

(mdk/eko)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
JK Ingatkan Jokowi Tak Kampanye Terselubung: Kalau Melanggar Permalukan Diri Sendiri

JK Ingatkan Jokowi Tak Kampanye Terselubung: Kalau Melanggar Permalukan Diri Sendiri

JK mengapresiasi Jokowi yang menegaskan tidak akan ikut kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Baca Selengkapnya
Usai Pilpres, Bawaslu Bersiap untuk Pilkada 2024

Usai Pilpres, Bawaslu Bersiap untuk Pilkada 2024

Pengawasan media sosial menjadi salah satu hal yang didalami oleh Bawaslu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cak Imin soal Kubu Prabowo Temukan 16 Pelanggaran Pilpres 2024: Mengada-ada

Cak Imin soal Kubu Prabowo Temukan 16 Pelanggaran Pilpres 2024: Mengada-ada

Tidak ada kaitannya sama sekali dengan apa yang selama ini Cak Imin dan Anies lakukan saat masa kampanye.

Baca Selengkapnya
UntitledJokowi di Ujung Periode Kekuasaan, Dari Wacana Hak Angket Hingga Pemakzulan

UntitledJokowi di Ujung Periode Kekuasaan, Dari Wacana Hak Angket Hingga Pemakzulan

Langkah Gibran maju di Pilpres 2024 membuat sejumlah pihak meradang dan mendorong pemakzulan Jokowi.

Baca Selengkapnya
40 Kata-kata Pemilu Lucu, Lawakan Ringan yang Penuh Makna

40 Kata-kata Pemilu Lucu, Lawakan Ringan yang Penuh Makna

Kata-kata pemilu lucu ini bisa jadi hiburan menghadapi suasana politik yang seringkali tegang dan serius.

Baca Selengkapnya
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu

Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu

Para pelawak itu bersaing memperebutkan suara dari daerah pemilihan masing-masing dengan kolega satu partai maupun partai politik lain.

Baca Selengkapnya
Unggahan Unik Kapolri Sigit di Media Sosial Ucapkan Harlah ke-101 NU, Ada Warga Konoha Bersarung

Unggahan Unik Kapolri Sigit di Media Sosial Ucapkan Harlah ke-101 NU, Ada Warga Konoha Bersarung

Melalui akun media sosialnya, Kapolri menyebut NU menjadi salah satu pilar bangsa dalam mengisi kemerdekaan

Baca Selengkapnya
Kubu Anies Beberkan Pelanggaran-Pelanggaran Gibran yang Diklaim Tak Diproses Petugas Pemilu

Kubu Anies Beberkan Pelanggaran-Pelanggaran Gibran yang Diklaim Tak Diproses Petugas Pemilu

Laporan terhadap Cawapres Muhaimin Iskandar begitu cepat diproses oleh Bawaslu.

Baca Selengkapnya