Merdeka.com - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan akan membuat kebijakan baru terkait tiket pesawat yang berimbas pada usaha maskapai berbiaya murah (low cost carrier/LCC). Harga tiket termurah direncanakan hanya diperbolehkan minimal 40% dari tarif batas atas.

Kebijakan tersebut dipastikan akan memperkecil peluang adanya tiket murah penerbangan untuk ukuran konsumen menengah ke bawah. Jonan beralasan, harga tiket yang murah bisa membuat maskapai mengabaikan faktor keselamatan.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo mengeluhkan kebijakan Jonan tersebut. Ia tidak sependapat bahwa murahnya harga tiket pesawat berarti mengorbankan keselamatan jiwa penumpang. Menurutnya, meski tiket berharga murah, pesawat yang digunakan tetap harus memenuhi standar prosedur keselamatan yang ditetapkan.

"Kebijakan tarif batas bawah tiket pesawat yang segera diberlakukan Kementerian Perhubungan akan merugikan penumpang. Tahun 2015 ini kepariwisataan hampir terpuruk dengan beberapa kali kebijakan pemerintah. Setelah larangan meeting PNS di hotel, sekarang ada pembatasan tarif penerbangan murah. Harusnya Jonan berpikir tidak linier tapi berpikir sistemik," ujar Ketua PHRI Solo, Abdullah Soewarno, Jumat (9/1).

Soewarno menegaskan, dengan kebijakan itu penghasilan di sektor perhotelan akan terpangkas. Lantaran jumlah tamu yang menginap di hotel dipastikan akan berkurang.

Ia mencontohkan kunjungan keluarga, jika biasanya orang Solo yang sudah tinggal di luar pulau pulang setahun 2 kali, ia memprediksi hal tersebut tak akan dilakukan lagi.

"Mereka kalau mau pulang pasti mikir, karena ongkosnya pasti lebih mahal. Kalau masih satu pulau sih santai saja, masih bisa naik kereta api atau bus. Kalau naik kapal kan lama, itu tidak mungkin, karena liburannya kan belum tentu panjang," keluhnya.