Terungkap Sosok dan Fakta Shandy, Mahasiswa DO di Kasus Pagar Laut Tangerang
Dia 'dikuliti' netizen karena diduga menyebarkan hoaks, terkait isu pemagaran laut yang diklaimnya sebagai tindakan swadaya masyarakat.

Sosok koordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP) Shandy Marta Praja menjadi sorotan. Dia 'dikuliti' netizen karena diduga menyebarkan hoaks, terkait isu pemagaran laut yang diklaimnya sebagai tindakan swadaya masyarakat nelayan Pantai Utara Tangerang guna mencegah abrasi.
Dari informasi yang diperoleh merdeka.com, pemuda yang mengaku sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) itu ternyata adalah mahasiswa Drop Out (DO) yang dikeluarkan pihak UMT sejak semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.
"Iya benar (mahasiswa UMT) tapi sudah drop out," terang dosen pengampu ilmu komunikasi UMT, Kory Elyana saat dikonfirmasi, Selasa (21/1).
Di-DO dari UMT
Berdasarkan pangkalan data perguruan tinggi, pemuda dengan nama lengak Shandy Martha Praja terdaftar di UMT sejak 9 September 2016. Dengan mengambil program studi Ilmu Pemerintahan.
Dari data tersebur, pemuda yang mengaku sebagai warga pantura asal Karang Serang itu dikeluarkan pihak UMT tahun 2021/2022 semester ganjil.
Potongan video dengan gambar wajahnya yang viral di media sosial juga mendapat respons warga net. Beragam tanggapan negatif dialamatkan terhadap aktivis pantura itu.
'Dirujak' Netizen
"Lah diakan emang tukang demo bayaran, liat aja IG nya isinya demo," tulis akun @heryantopanji95
"Oh sekarang ada mahasiswa gelar DO," tulis @adamfirdaus681.
"Bocah kosong," tulis @lifeofserly.
Statemen Shandy Soal Pagar Laut
Pembangunan tanggul-tanggul ini disebut merupakan inisiatif dari masyarakat setempat yang peduli terhadap ancaman kerusakan lingkungan, terutama di kawasan pesisir. Shandy menjelaskan bahwa Indonesia terletak di daerah rawan gempa akibat adanya zona subduksi yang memiliki potensi megathrust, yaitu gempa besar yang dapat memicu tsunami.
Peringatan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenai ancaman ledakan Megathrust di Selat Sunda yang dapat menyebabkan Tsunami Raksasa menunjukkan perlunya langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampaknya.
"Peran tanggul laut dalam mitigasi tsunami sangat penting karena dapat mengurangi intensitas gelombang tsunami. Tanggul membantu memperlambat dan mengurangi energi tsunami sebelum mencapai daratan, sehingga kerusakan pada permukiman, fasilitas umum, dan area vital lainnya dapat diminimalkan," jelas Shandy.
Di sisi lain, masalah banyaknya bagan-bagan liar atau ilegal di tengah laut seharusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bagan-bagan tersebut mengganggu jalur nelayan dan menyulitkan akses bagi nelayan kecil yang sangat bergantung pada laut.
"Bagan liar juga berpotensi merusak ekosistem karena struktur yang tidak dikelola dengan baik dapat merusak habitat laut," pungkas Shandy.