Sulit temukan sumber emas dari sungai purba
Merdeka.com - Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Maluku Barat Daya sempat mencari sumber emas setelah ditemukan logam mulia atau emas di berbagai lokasi yang diduga merupakan endapan banjir dari sungai purba sejak puluhan ribu atau jutaan tahun silam.
"Kami pernah melakukan eksplorasi serta penelitian selama enam bulan di Pulau Halmahera untuk mencari alur sungai purba yang membawa endapan emas tapi tidak pernah ditemukan asal sumber logam mulianya," kata Kepala Dinas ESDM Kabupaten Maluku Barat Daya, Rony Kakerisa di Ambon seperti dilansir dari antara, Senin (17/9).
Letak dan arah aliran sungai purba ini juga tidak diketahui secara pasti apakah di zaman itu seluruh daratan masih bersatu dan akhirnya tenggelam jauh ke palung laut akibat pergeseran-pergeseran lempengan bumi yang dipicu gempa tektonik atau vulkanik.
Menurut dia, sungai-sungai purba ini mengalir cukup jauh pada suatu masa dari dataran tinggi ke dataran rendah. Dalam perkembangan selanjutnya, sebuah dataran tinggi bisa mengalami patahan akibat gempa tektonik yang besar dan menekan dataran rendah menjadi naik membentuk pulau-pulau baru.
"Kondisi ini bisa terlihat dari butiran emas di Pulau Buru (Maluku) atau Pulau Halmahera (Provinsi Maluku Utara) yang lebih kecil dari emas di Nabire (Pulau Irian) yang bentuknya pipih dan lebih besar," katanya.
Contoh sederhana, bentuk dan ukuran matrial batuan di hulu sungai lebih bulat dan besar sedangkan di muara sungai akan lebih kecil ukurannya. Batuan yang terbawa arus banjir ini secara tidak langsung mengalami pengikisan dan pelapukan sehingga ukurannya menjadi kecil saat tiba di muara sungai.
Sama halnya dengan matrial logam mulia yang mengalami pengikisan seperti batuan, jadi butiran emas di kawasan Gunung Botak (Pulau Buru) misalnya yang lebih kecil menggambarkan sumbernya cukup jauh terbawa banjir sungai purba. Potensi cadangan emas yang merupakan endapan banjir sungai purba ini biasanya tidak terlalu besar dan akan ditinggalkan penambang rakyat seperti di salah satu bekas lokasi penambangan di Kalimantan atau Morotai.
"Khusus untuk temuan matrial diduga emas di kawasan Batugajah, Mangga Dua atau Air Besar Karang Panjang Ambon sebenarnya bukan logam mulia. Butiran berwarna kekuningan yang menempel pada batuan itu bukan emas tapi pirit yang merupakan senyawa belerang dan besi, kemudian bentuknya seperti kubus atau kotak persegi," katanya.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Talamau menjadi salah gunung tertinggi di Sumatra Barat yang termasuk dalam kategori tipe gunung api tidak aktif.
Baca SelengkapnyaAktivitas pertambangan di Pulau Sumatra sudah berlangsung sejak era pendudukan VOC pada abad ke-19. Tambang kemudian menjadi komoditas penting di Nusantara.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Semakin ke sini kehidupan mereka semakin terancam. Diduga ada kaitannya dengan usaha ekspansi sumber daya alam.
Baca SelengkapnyaKedatangannya di Tanah Air, membuat Risma harus membayar sejumlah uang bea cukai yang totalnya sampai Rp360 juta. Ternyata ini yang dibawa.
Baca SelengkapnyaTim pencari menyisir titik terluar Pulau Sempu untuk mencari mahasiswa IPB, Galang Edi Swasono (20), yang hilang saat melakukan penelitian di pulau itu.
Baca SelengkapnyaTak hanya wilayah Timur saja yang kaya akan rempah-rempah. Pulau Sumatra juga tidak kalah kaya dengan hasil rempah yang juga menjadi incaran pedagang Eropa.
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca SelengkapnyaStudi terbaru menemukan, tabung ramping yang terbuat dari emas dan perak yang diciptakan pada Zaman Perunggu menjadi sedotan minuman tertua di dunia.
Baca Selengkapnya