Merdeka.com - dun

Fenomena prostitusi yang melibatkan mahasiswi tidak pernah padam, malah semakin tumbuh subur. Para ayam kampus sebutan bagi para mahasiswi penjaja diri cinta, melakukan jasa plus-plus dengan berbagai alasan yakni ekonomi, gaya hidup, sampai tidak sengaja terperangkap dalam sindikat prostitusi.

Bahkan, fenomena ayam kampus kini muncul lagi. Apalagi belum lama ini dikaitkan soal isu suap seks dalam kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi. Sosok Maharany, menjadi perbincangan setelah ikut ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, meski kemudian dilepas lagi.

Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar berpendapat fenomena esek-esek di lingkungan pendidikan banyak faktor yang melatarbelakangi.

"Jadi ini memprihatinkan sekali, ini bukan cerita baru, ini cerita lama. Mahasiswa merangkap pelacur, di Yogya berdasarkan penelitian ya seperti itu. Orangtua harus waspada melepas anak untuk belajar tapi kemudian tidak dikontrol," kata Umar saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Sabtu (9/2).

Umar berpesan agar wanita dapat menjaga kodratnya dengan lebih berhati-hati dalam bergaul. "Perempuan harus jaga mahkota kesucian, itu yang harus dijaga," katanya.

Menurut Umar, dirinya menilai banyak mahasiswi terjerumus karena motif ekonomi, dan manusia merasa tidak ada cukupnya. "Banyak yang sebenarnya bukan orang miskin banget tapi kenapa dia begitu karena motif ekonomi dia serakah, termasuk korupsi-korupsi kecil-kecilan bukan dari negara tapi cara lain uang dari korupsi," katanya.

Umar menilai peran orangtua menjadi sangat penting untuk menjaga anak untuk menghindari sang buah hati terjerumus ke dunia prostitusi. "Orangtua harus mengawasi, mesti kos harus sering dikunjungi, kan ada indikasi-indikasi perubahan, tiba-tiba punya mobil, bersolek melebihi kewajaran, selalu berkomunikasi dan selalu mengingatkan," tandasnya.