Soal plagiarisme, Kompas tunggu penjelasan Anggito
Merdeka.com - Redaksi Kompas menyatakan tidak bertanggung jawab atas dugaan plagiarisme dalam tulisan Anggito Abimanyu dalam kolom Opini harian itu yang berjudul 'Gagasan Asuransi Bencana' edisi 10 Januari 2014.
Menurut Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Budiman Tanuredjo, yang bertanggung jawab atas orisinalitas Opini Kompas adalah penulis sendiri.
Budiman menjelaskan, dalam kolom Opini surat kabar yang dipimpinnya itu terdapat 'disclaimer'. "Bahwa artikel yang dikirim adalah orisinal dari pihak penulisnya. Kalau sekarang diributkan, maka Pak Anggito yang harus memberi penjelasan," kata Budiman saat dihubungi merdeka.com, Senin (17/2).
Lebih jauh, Budiman menjelaskan surat kabarnya memang pernah juga memuat tulisan Hotbonar Sinaga dalam kolom Opini pada 2006 silam. Tulisan ini yang banyak disebut dijiplak oleh dirjen Haji dan Umroh Kementerian Agama itu dalam tulisannya berjudul 'Gagasan Asuransi Bencana'.
"Kita tidak mungkin men-detect artikel yang sudah selama itu," kata Budiman.
Meski demikian, kata Budiman, Kompas sampai saat ini juga menunggu penjelasan dari Anggito. "Kalau sudah ada, maka pernyataannya akan kami muat," ujar Budiman.
Seperti diberitakan, dugaan plagiarisme dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mencuat lewat media sosial. Di situ, si penulis anonim memaparkan dengan detail kesamaan tulisan Anggito dan Hotbonar, tanpa ditulis sumber aslinya.
Bahkan dalam banyak kalimat, tulisan PhD jebolan University of Pennsylvania itu sama seluruh titik-komanya. Dalam dunia akademis, satu kalimat dengan titik-koma sama sudah hampir dipastikan bentuk plagiarisme.
Berikut kalimat yang sama titik koma itu:
Hotbonar:
Yang selalu inheren dengan bencana adalah korban manusia. Asuransi kecelakaan diri bisa memberikan penggantian biaya pengobatan atau memberi santunan cacat.
Bagaimana jika korban tewas? Asuransi jiwa akan memberikan santunan kepada ahli waris. Bencana juga selalu menimbulkan pengungsi yang sering kali rentan terserang penyakit. Nah, di sinilah pentingnya asuransi kesehatan. Pengungsi bisa berobat ke rumah sakit dengan biaya ditanggung perusahaan asuransi.
Anggito:
Yang selalu inheren dengan bencana adalah korban manusia. Asuransi kecelakaan diri bisa memberi penggantian biaya pengobatan atau santunan cacat.
Bagaimana jika korban tewas? Asuransi jiwa akan memberi santunan kepada ahli waris. Bencana juga selalu menimbulkan pengungsi yang sering rentan terserang penyakit. Nah, di sinilah pentingnya asuransi kesehatan. Pengungsi bisa berobat ke rumah sakit dengan biaya ditanggung perusahaan asuransi.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketiga capres, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saling melontarkan pernyataan dan sanggahan.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan pemimpin tidak boleh memiliki rekam jejak pelanggaran HAM.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan bercerita pernah diminta untuk membuat pidato kekalahan pada Pilkada DKI Jakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kepemilikan lahan ratusan hektar yang diduga dikuasai Prabowo Subianto bukanlah isu pertama kali mencuat ke publik.
Baca SelengkapnyaMenurut Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, ada dua hal yang membuat AMIN tidak melakukan kampanye di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaMK tidak menemukan bukti dugaaan Joko Widodo (Jokowi) cawe-cawe terhadap pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah saat ini tengah gencar membagikan bansos ke masyarakat
Baca SelengkapnyaDalam editorialnya, The Economist menyorot soal pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Baca Selengkapnya