Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Situs KPU dinilai masih lemah dan bisa menimbulkan kecurigaan di masyarakat

Situs KPU dinilai masih lemah dan bisa menimbulkan kecurigaan di masyarakat Ilustrasi KPU. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) sengaja menutup sementara laman situs infopemilu.kpu.go.id saat perhitungan riil Pilkada Serentak 2018 untuk menangkal serangan peretas. Keputusan ini mendapat banyak kritik. Termasuk menunjukkan lemahnya sistem keamanan situs mereka.

Pakar Keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, melihat adanya kepanikan KPU dalam menerapkan sistem buka tutup itu. Sehingga pihaknya mudah menyimpulkan bahwa situs resmi milik lembaga negara ini belum layak dan tak kuat serangan hacker. Namun, itu semua belum berarti data mereka mudah dimasuki pihak luar.

"Kalau keteteran dengan deface dan hacking rasanya masih belum bisa dikatakan mumpuni (untuk situsnya). Kalau untuk databasenya saya tidak memiliki data. Harusnya cukup aman jika dikelola dalam jaringan tertutup dan bukan internet," kata Alfons kepada merdeka.com, Selasa (3/7).

Harus diakui, kata dia, memakai sistem itu justru menimbulkan syak wasangka negatif di masyarakat luas. Walaupun alasan KPU dianggap pihaknya masuk akal, yakni hanya untuk menangkal serangan peretas. Meski begitu penilaian publik tentu berbeda-beda. Apalagi ini merupakan data pemilih.

"Kebingungan atau keresahan ini berpotensi menimbulkan kecurigaan adanya manipulasi data dan bisa saja menimbulkan kekacauan," tegasnya.

Untuk itu, Alfons meminta KPU segera berbenah. Memperbaiki infrastruktur. Ini perlu dilakukan sebelum menghadapi hajatan politik lebih besar lagi di tahun depan, yakni Pemilu dan Pilpres 2019.

"Harusnya dari Pemilu sebelumnya usaha peretasan sudah pasti dialami dan harusnya tindakan pencegahan sudah dilakukan," ucapnya. "Bukan memperbaru sistem keamanan saja, tetapi melakukan persiapan yang matang guna menghadapi Pilpres," kata Alfons menambahkan.

Adapun upaya perlu dilakukan KPU, kata dia, dengan menggunakan sumber daya mumpuni dan berpengalaman. Ini juga harus didukung dengan menggagandeng banyak pihak, seperti kepolisian, penegak hukum maupun Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat dan pegiat IT Indonesia untuk mendukung KPU menjalankan tugasnya dan menghindari aktivitas peretasan. Sehingga ke depannya tidak menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan pihaknya masih melakukan investigasi dalam masalah ini. Meski begitu, dia meyakinkan bahwa cara dilakukan KPU tidak memengaruhi isi data perhitungan real count. "Jadi yang diretas itu lebih banyak tampilan bukan datanya," ujar Tito di Mabes Polri.

Dalam upaya mencegah peretas situ KPU, kata Tito, pihaknya juga menggandeng lembaga lainnya. Itu dilakukan demi membentengi situs KPU juga tengah diperkuat. "Jadi ada tim Siber Polri, Kominfo, BSSN, untuk memperkuat firewall sekaligus melacak pelaku peretasan," jelas Tito.

Sedangkan Ketua KPU Arief Budiman, menegaskan hasil perolehan suara Pilkada diunggah pada laman KPU bukan dijadikan keputusan untuk menetapkan pasangan kepala daerah secara definitif. Penetapan kepala daerah terpilih akan dilakukan secara berjenjang melalui berita acara dibuat dari TPS, PPK, KPU Kota sampai Kabupaten.

"Itu bukan hasil resmi penetapan. KPU menggunakan itu untuk melakukan kontrol supaya pasukannya tidak nakal. Partai lebih cepat banyak terlibat," tegas Arief.

(mdk/ang)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Situs KPU Diserang saat Penghitungan Suara Pemilu 2024, Ini Saran Pakar Keamanan Siber
Situs KPU Diserang saat Penghitungan Suara Pemilu 2024, Ini Saran Pakar Keamanan Siber

Pratama memandang perlu KPU menerapkan filter lalu lintas yang dapat mengidentifikasi pola serangan DDoS dan memblokirnya sebelum mencapai target.

Baca Selengkapnya
KPU Pastikan Tidak Ada Penyimpanan Data Sirekap di Luar Negeri
KPU Pastikan Tidak Ada Penyimpanan Data Sirekap di Luar Negeri

Ganguan terhadap sistem SIREKAP, KPU menyatakan hal itu disebabkan salah satunya oleh gangguan DDoS.

Baca Selengkapnya
Ketua KPU Bicara Pengusutan Dugaan Kebocoran Data Pemilih: Pasti Ada Penindakan Hukum
Ketua KPU Bicara Pengusutan Dugaan Kebocoran Data Pemilih: Pasti Ada Penindakan Hukum

KPU hingga kini masih menelusuri dugaan peretasan tersebut.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ketua KPU Bali Jawab Tudingan Kecurangan Pemilu: Tidak Ada Surat Suara Dimakan Leak!
Ketua KPU Bali Jawab Tudingan Kecurangan Pemilu: Tidak Ada Surat Suara Dimakan Leak!

KPU Bali memastikan tidak ada kecurangan dalam Pemilu 2024 di Pulau Dewata

Baca Selengkapnya
Ketua KPU Ingatkan Pentingnya Mencoblos: Satu Suara Sangat Menentukan
Ketua KPU Ingatkan Pentingnya Mencoblos: Satu Suara Sangat Menentukan

Pemilih adalah penentu terhadap siapa yang akan menduduki jabatan.

Baca Selengkapnya
Kubu AMIN Ajak Semua Timses Capres-Cawapres Datangi KPU Lihat Kerja Sistem IT Sirekap
Kubu AMIN Ajak Semua Timses Capres-Cawapres Datangi KPU Lihat Kerja Sistem IT Sirekap

Saat ini muncul dugaan kecurangan pada data perolehan suara capres-cawapres di Sirekap.

Baca Selengkapnya
PKS Minta Publikasi Sirekap Dihentikan, Ini Alasannya
PKS Minta Publikasi Sirekap Dihentikan, Ini Alasannya

KPU diminta tidak mempublikasikan hasil yang justru berbeda karena banyaknya temuan kesalahan.

Baca Selengkapnya
KPU Serahkan Alat Bukti Tambahan Berupa Formulir D Kejadian Khusus
KPU Serahkan Alat Bukti Tambahan Berupa Formulir D Kejadian Khusus

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menyerahkan alat bukti tambahan berupa formulir D Kejadian Khusus tingkat kecamatan seluruh Indonesia kepada Mahkamah Konstitusi.

Baca Selengkapnya
Beredar Isu Suara Pemilu di Bali Dimakan Leak, Ini Penjelasan KPU
Beredar Isu Suara Pemilu di Bali Dimakan Leak, Ini Penjelasan KPU

Isu ini didasarkan pada data naik turunnya suara dalam portal InfoPemilu dan sistem Sirekap.

Baca Selengkapnya