Sampah di Bengawan Solo memprihatinkan, produksi PDAM terancam
Merdeka.com - Kesadaran masyarakat tidak membuang sampah di Sungai Bengawan Solo masih dipertanyakan. Kondisi itu membikin sungai terpanjang di Pulau Jawa ini tercemar tidak hanya oleh sampah organik, tetapi juga oleh limbah pabrik.
Kondisi itu membikin produksi air bersih di Solo terganggu. Kabid Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo, Joel Hartono mengatakan, volume sampah di Sungai Bengawan Solo sudah dalam kritis. Bahkan, sebagian menyumbat pipa milik PDAM yang ada di dalam sungai. Sebagian sampah lainnya bisa masuk dan akhirnya menyumbat mesin instalasi pengolahan air (IPA), di Sungai Bengawan Solo milik PDAM.
"Kondisinya memang kritis sudah kritis. Setiap harinya kami harus mengangkat sekitar 50 kilogram sampah. Timbunan sampah tersebut jelas sangat mengganggu proses produksi air bersih milik PDAM Solo," ujar Joel Hartono, Kamis (14/4).
Joel mengatakan, sumbatan sampah sering mengakibatkan mesin penyedot rusak, hingga terbakar. Akibatnya, dalam setahun kerusakan dan penggantian komponen bisa sampai tiga hingga empat kali. Bahkan, tidak jarang PDAM terpaksa menghentikan produksi karena harus melakukan perbaikan.
'Musim hujan seperti ini, gangguan sampah akan semakin terasa, karena volume sampahnya pasti juga meningkat. Kalau hanya rusak ya diperbaiki, biayanya sekitar Rp 15 juta. Tapi kalau komponen terbakar ya harus diganti, harganya Rp 50 juta," ujar Joel.
Ancaman tak hanya dari sampah, tetapi juga menghadapi limbah cair dari industri batik. Limbah berbahaya itu sebagian besar berasal dari Sungai Jenes, yang merupakan anak Sungai Bengawan Solo.
"Jika dibiarkan, limbah yang semakin pekat pada musim kemarau itu akan mempengaruhi kualitas produksi air PDAM. Produksi air tetap bersih, tapi warnanya menjadi kekuningan sehingga tidak layak dijual ke pelanggan," keluh Joel.
Joel menambahkan, dia setiap hari membutuhkan satu dump truk lumpur atau sekitar sekitar 3,5 meter kubik, buat mengikat polutan sebelum air sungai masuk instalasi pengolahan. Lumpur diambil dari Bendungan Colo, Sukoharjo, dengan biaya Rp 400 ribu per hari.
Saat ini, PDAM Solo memiliki dua instalasi pengolahan air (IPA) yang memanfaatkan aliran air Sungai Bengawan Solo. Yaitu di kawasan Jurug dan Jebres. IPA Jurug menghasilkan debit air seratus liter per detik. Sedangkan IPA Jebres memproduksi 50 liter per detik. Namun, air di sekitar kedua IPA itu banyak terdapat timbunan sampah serta tercemar limbah industri.
Selain dari IPA Bengawan Solo, kebutuhan air PDAM juga dipasok dari mata air Cokro di Kecamatan Tulung, Klaten, dengan debit air 387 liter per detik sejak 1928. PDAM juga membuat sumur dalam tersebar di 26 titik.
Direktur Utama PDAM Solo, Maryanto mengatakan, persoalan sampah di Sungai Bengawan Solo menjadi masalah PDAM yang sampai saat ini belum teratasi. Padahal, mereka akan menjadikan Sungai Bengawan Solo sebagai tumpuan produksi air minum. Dia meminta Pemkot Solo agar menerapkan sanksi yang tegas bagi pembuang sampah di sungai, seperti terutang dalam Perda Nomor 3/2010 tentang Pengelolaan Sampah.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ledakan di Pabrik Semen Padang Indarung V, Begini Kondisi Korban
Ledakan terjadi di pabrik Semen Padang Indarung V, Sumbar, Selasa (20/2) sekitar pukul 11.00 WIB. Empat pekerja mengalami luka bakar akibat peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaCara Membersihkan Lantai Kamar Mandi yang Berkerak dan Nodanya Membandel
Lantai kamar mandi dapat mengalami kerak karena paparan air, kelembapan tinggi, dan penggunaan produk pembersih yang salah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penyebab Asam Lambung Kambuh di Malam Hari, Begini Cara Mengatasinya
Asam lambung adalah cairan asam yang diproduksi oleh lambung untuk membantu mencerna makanan.
Baca SelengkapnyaPensiunan Aparat Asal Muara Jambi Ini Berkebun Aren dengan Omzet Miliaran, Kalahkan Kelapa Sawit
Peluang bisnis menanam pohon aren di perkebunan milik pribadi bisa meraup omzet hingga miliaran.
Baca SelengkapnyaPastikan Daging Aman Dikonsumsi Warga, Pemkab Banyuwangi Sidak Pasar dan RPH
Petugas membawa beberapa alat untuk mengecek kondisi daging yang dijual oleh pedagang.
Baca SelengkapnyaWaspada, Ditemukan Mie Kuning Basah Berformalin di Depok
Selanjutya BPOM telah melakukan pembinaan kepada pedangnya untuk tidak menjual produk makanan yang mengandung zat kimia berbahaya.
Baca SelengkapnyaBanyak Warga Buang Sampah di Pinggir Sungai, Pria Rembang Ciptakan Alat Pemusnah Sampah Ini
Hasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Baca SelengkapnyaSemua Tokoh Diminta Sebarkan Pesan Damai Usai Panas Pemilu, PBNU: Berbaik Sangka Agar Rukun
Apalagi, Bulan Ramadan segera tiba, masyarakat hendaknya lebih fokus beribadah
Baca Selengkapnya