Radio, cara Prof Johannes melawan propaganda Belanda
Merdeka.com - Keahlian Prof Herman Johannes dalam bidang teknik memang tak perlu diragukan lagi. Selain membuat bom dalam perang revolusi kemerdekaan, dosen teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) juga mahir membuat perangkat radio.
Dalam Doorstoot Naar Djokja, Prof Johannes, yang diberi pangkat mayor karena ikut perang gerilya, berhasil merancang pemancar radio darurat, yang mengudara dari daerah Gading, Gunung Kidul.
Sebagaimana fungsi radio dalam perang, alat komunikasi yang diciptakan sang profesor itu juga digunakan untuk melawan propaganda musuh. Pahlawan nasional ini kerap dengan sengaja memakai bahasa daerahnya, NTT, untuk melawan propaganda Belanda, bahwa hanya orang-orang Jawa yang ingin merdeka.
Dalam setiap siarannya di radio, Prof Johannes selalu mengawalinya dengan kalimat, "Au Ir Johannes, au kokolak emineme Djokja, mai neme Republik Indonesia (saya Ir Johannes, berbicara kepada saudara-saudara dari Djokja, Ibu Kota Republik Indonesia),"
Saat Agresi Militer Belanda II 1948, Prof Johannes memang belum bergelar profesor. Saat itu dia 'baru' insinyur yang menjadi dosen Sekolah Tinggi Teknik (STT), kini adalah Fakultas Teknik UGM.
Baru pada tahun 1962, dia dipilih Soekarno menjadi rektor UGM. Jabatan rektor untuk Herman kali itu menjadi sejarah karena akhirnya universitas di Yogyakarta itu mempunyai orang nomor satu yang bukan dari Jawa.
"Itu sangat revolusioner," ujar Gorma Hutajulu, seorang aktivis mahasiswa UGM kala itu.
Hutajulu bercerita Prof Johannes sebenarnya tidak tertarik dengan politik atau pun jabatan. Keputusannya menjadi rektor adalah berkat dorongan sejumlah kalangan mahasiswa dan dosen di UGM.
Prof Johannes lahir di Rote, NTT, pada 28 Mei 1912 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Oktober 1992 pada umur 80 tahun. Hari ini, Senin (28/5), adalah seratus tahun hari lahir Prof Johannes, suami dari Annie Marie Gilbertine Amalo dan ayah dari Helmi Johannes, presenter berita televisi di VOA.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Abubakar Eby Hara Dosen Unej Jadi Guru Besar Gara-gara Sering Dengar Radio sejak Kecil
Ia satu-satunya dosen pengampu ilmu Hubungan Internasional yang mendapatkan gelar profesor
Baca SelengkapnyaPernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaPerempuan Mantan Presenter TV Bareng Jenderal Bintang Empat, Satu Senior Berdarah Kopassus
Begini momen politikus mantan presenter TV duduk bareng tiga jenderal bintang empat disela peresemian Graha Utama Akmil. Simak informasi selengkapnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaMengenal Abdul Rivai, Dokter Sekaligus Wartawan Perintis Surat Kabar Bahasa Melayu
Namanya hingga kini tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor di Universitas Gent, Belgia.
Baca SelengkapnyaSederet Janji Anies saat Jadi Gubernur DKI Jakarta yang Sisakan Persoalan
Setelah purnatugas, ternyata Anies masih meninggalkan sederet janji-janji yang masih menjadi persoalan di Jakarta.
Baca SelengkapnyaLetjen TNI Eks Wamenhan Lulus S3 Raih Summa Cumlaude di Usia 71 Tahun, Kini Bergelar Doktor
Ternyata usia kepala 7 tak menghalangi pria kelahiran 30 Oktober 1952 ini untuk terus menambah ilmu.
Baca SelengkapnyaAnies Beberkan soal Pendidikan, Prabowo: Maklum Beliau Mantan Menteri
Misalnya ada puluhan ribu guru honorer belum diangkat jadi guru P3K. Juga ada 1,6 guru belum tersertifikasi.
Baca SelengkapnyaJelang Pencoblosan Pilpres, Relawan 03 Sosialisasikan 21 Program Ganjar-Mahfud MD
Kegiatan ini merangkul sejumlah daerah di Jawa Barat dan Banten.
Baca Selengkapnya